DUA PULUH LIMA

5.6K 505 20
                                        

Vino duduk di hadapan Dita, sementara Satrio duduk tepat di samping Vino.

"Oh..., jadi kalian ketemunya itu di kafe. Tante kira kamu sama Dita itu satu profesi ." ucap Mami Dita sembari menyuapkan makanannya ke dalam mulut.

"Oh, bukan, Tan." Balas Vino dengan senyum ramah.

"Berarti kalian deketnya belum lama dong, ya?" tanya wanita paruh baya itu kepada Vino.

"Eum..., ya lumayan lama juga sih, Tan."

"Memangnya berapa lama?"

"Kayanya udah hampir delapan bulan, Tan." Mami Dita menganggukan kepalanya sembari mengunyah.

"Lumayan juga, ya," jawabnya yang dibalas senyum tipis Vino.

"Kok kamu ga pernah cerita-cerita sih, Dit, soal Vino." Dita yang sedari tadi hanya diam dan menjadi saksi bisu pembicaraan Mami dan Vino pun kini mulai ditarik masuk ke dalam percakapan.

Wanita itu sedikit terkejut mendapat pertanyaan tersebut. Ia mulai melemparkan pandangannya kepada Vino, kemudian segera mengalihkan pandangannya ke arah lain untuk menghindari kontak mata dengan pria itu.

"Eum..., lupa mulu kalo mau cerita, Mam." Jawab Dita dengan senyum kikuk.

"Ah, kamu ini. Apa-apa lupa terus." Dita hanya melemparkan cengiran sebagai jawaban.

Kemudian jeda selama beberapa detik. Hanya suara sendok dan garpu yang bersentuhan dengan piring yang terdengar di ruangan tersebut. Niat awal Maminya yang hanya ingin memberi mereka kukis pun naik tahap menjadi memberi mereka makan sore.

"Ngomong-ngomong, Vino sudah tau kalau Dita dan Satrio ini sedang dalam masa pendekatan?"

Vino yang berniat ingin menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulutnya itu pun terdiam. Ia menatap wajah Mami Dita dengan tatapan bingung, kemudian matanya beralih untuk menatap Dita yang kini tengah menunduk dan mengaduk-aduk makanannya.

"Maksudnya 'masa pendekatan' gimana, Tan?" tanya Vino yang menekankan kata 'masa pendekatan'.

"Oalah, berarti si Dita belum cerita ke kamu kalau dia sama Satrio ini Tante jodohin." Kali ini Vino benar-benar terkejut. Dadanya terasa sesak seketika. Sementara di sebrangnya ada Dita yang masih asik menunduk dan seperti tidak berniat menjelaskan atau bicara mengenai perjodohan itu.

Vino menoleh ke arah Satrio yang duduk di sampingnya. Pria itu dalam kondisi tenang. Ia masih asik memakan makanannya tanpa berniat mencampuri obrolan di meja makan itu.

"Dijodohin ya, Tan? Sejak kapan?" tanya Vino dengan mimik wajah yang terlihat santai.

"Belum lama, kok. Sekitar 3 minggu lalu kalo ga salah. Ya kan, Dit?" Vino menatap Dita yang hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Entah mengapa ia merasa bahwa hanya dirinya yang merasa panas di meja makan ini. Sementara tiga orang lainnya tampak tenang.

Vino hanya menganggukan kepala sembari tersenyum tipis menaggapi ucapan Yolatika. Setelah itu ia hanya menanggapi dengan senyum atau satu-dua kata.

Makan sore itu selesai. Satrio yang sedari tadi hanya diam dan menimpali obrolan seadannya itu pun pamit lebih dulu. Sementara Mami dari Dita berada di dalam rumah untuk membereskan peralatan makan. Hanya ada Dita dan Vino yang duduk di teras rumah. Tidak ada yang berniat membuka pembicaraan di antara mereka. Dita bisa melihat raut wajah Vino yang menahan amarah, oleh karena itu ia tidak ingin membuka percakapan mereka.

The Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang