SEMBILAN

6.7K 570 7
                                    

Dita melangkah ke salah satu restoran yang berada di dalam mall. Wanita itu mengenakan atasan bermodel turtleneck warna putih dan skinny jeans biru muda serta tas tenteng warna biru tua. Wanita yang satu ini memiliki selera berpakaian yang selalu up to date, dan hal ini membuat ia selalu tampil menarik.

Dita melangkah memasuki area restorant tersebut. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sosok pria jangkung dengan tubuh atletisnya.

Matanya terhenti ketika seorang pria mengangkat gelas dengan satu tangan kearah Dita. Wanita ini pun langsung melangkah menghampiri pria itu.

"Udah lama nunggu, ya?" Dita menarik salah satu kursi yang berada di depan Vino ketika ia sudah berada dihadapan pria itu.

"Lumayan. Sekitar 20 menit." Jawabnya sembari kembali meneguk kopi di cangkir.

Dita mendaratkan bokongnya di kursi. "Lo udah pesen makan?" tanya Dita seraya meletakan tasnya di kursi kosong yang berada di sebelahnya.

"Udah. Lo mau pesen sekarang?" tanya Vino balik yang dijawab anggukan kepala dan cengiran tanpa dosa oleh Dita.

"Mba," Vino mengangkat satu tangannya yang bebas untuk memanggil sang pelayan yang berdiri tidak jauh dari meja mereka.

Pelayan wanita itu pun menghampiri meja Vino dan Dita. "Ada yang bisa saya bantu?" tanya sang pelayan dengan sopan dan ramah.

"Saya mau pesen makan." Jawab Dita seraya membolak-balik buku menu. Pelayan wanita itu pun mengangguk dan mengeluarkan buku kecil dari dalam saku.

"Saya mau fettucini creamy sauce satu, minumnya...," Dita membolak-balik buku menu itu lagi. "Lemon tea, deh." Tambahnya. Pelayan itu mulai menuliskan pesanan Dita di buku kecilnya, kemudian mengulang kembali pesanan wanita itu sebelum pergi meninggalkan meja mereka.

"Jadi..., dalam rangka apa, nih, lo teraktir gue makan?" Dita melipat kedua tangannya diatas meja sembari menatap wajah pria di hadapannya dengan tatapan menyelidik dan penasaran.

Vino meletakan gelas keatas meja. Ia melirik Dita sekilas. Kemudian berdekhem pelan, "gapapa." Ucapnya.

Bibir bagian kiri wanita itu terangkat sedikit. Melukiskan senyum simpul di wajah ketus Dita. "Kayaknya, lo bukan tipikal cowo yang pinter boong, Vin," Dita melirik ke arah Vino dengan tatapan menggodanya. Pria itu hanya tersenyum kikuk begitu Dita tau bahwa dirinya memang sedang berbohong.

"Jujur aja. Gue ga akan marah, kok." Tambah Dita dengan sedikit memaksa.

Vino melirik Dita sekilas, kemudian ia menghela nafas sebelum mulai berbicara. "Gue mau minta maaf soal pertanyaan malem itu, Dit." Vino menatap Dita dengan tatapan bersalah. "Gue kurang ajar dan lancang banget nanayain soal hubungan lo sama E—,"

"Stop!" Dita mengangkat satu tangannya sebatas dagu untuk memberikan isyarat Vino agar pria itu diam. Vino yang melihat ekspresi wajah Dita yang lagi-lagi berubah menjadi masam pun memutuskan untuk menurut dan bungkam.

Dita menghela nafas dalam. Rasa sesak itu kembali memenuhi dirinya, tapi ia mencoba untuk bernafas seperti biasa dan melupakan rasa pedih itu.

Wanita itu menatap Vino dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada kilatan amarah pada mata Dita yang tajam bagaikan kucing itu. Tapi, disana juga seperti ada rasa sedih dalam pandangannya.

The Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang