Dita keluar dari rumah, ia melihat Rubicon putih telah terparkir di halaman rumah. sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyum tipis. Dengan pasti, ia mulai melangkah mendekati pintu pengemudi mobil besar itu.
Vino membuka kaca mobilnya sembari tersenyum gugup. Dita tahu, hal ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, terlebih lagi Vino hampir saja pernah mengalaminya dulu.
"Hei," sapa Dita dengan senyum hangat.
"Hei," balas pria itu.
"Udah siap?"
Vino menghela nafas dalam, mengangguk "udah."
Pria itu segera membuka pintu mobilnya setelah menutup kaca mobil terlebih dahulu.
Dita mengalungkan tangannya di lengan Vino. Ia mengusap punggung tangan pria itu sembari menatap wajahnya dan tersenyum. "Kamu pasti bisa, kan aku juga ikut ngomong."
Vino tersenyum tipis, ia kemudian mengangguk dan membawa Dita masuk ke dalam rumah.
Mami dan Papinya tengah terduduk di ruang tamu. Dita sudah bicara kepada kedua orangtuanya semalam, bahwa ada hal penting yang akan ia sampaikan pada mereka.
Wanita paruh baya itu tersenyum begitu melihat Vino dan Dita masuk ke dalam rumah.
"Nak Vino, sini duduk," dengan lembut Yolatika mempersilahkan Vino untuk duduk di sofa ruang tamu.
Vino mencium tangan kedua orangtua Dita sebelum pada akhirnya ia duduk di atas sofa.
Terjadi keheningan selama beberapa saat karena Dita dan Vino saling merangkai kata-kata untuk dijelaskan kepada pasangan di hadapan mereka.
"Jadi..., ada apa?" tanya Papi Dita dengan senyuman. Aura hangat dan santai bisa Vino rasakan dengan melihat senyum pria bertubuh gempal di depan. Setidaknya, hal ini membuat rasa gugupnya sedikit menguap. Yap, sedikit.
Dita melirik Vino, ia seperti memberikan isyarat pada pria itu untuk bicara lebih dulu. Vino yang menyadarinya pun segera menghela nafas dalam dan menenangkan detak jantungnya.
"Uhm, sebenarnya kedatangan saya kemari untuk meminta restu dari Om dan Tante."
Kedua pasangan paruh baya di hadapannya mengernyitkan kening mereka bingung.
"Restu?" ulang papinya.
"Saya ingin mempersunting putri kalian. Oleh karena itu, saya meminta restu dari Om dan Tante." Vino berbicara dengan sangat amat sopan, suaranya lembut dan terdengar santai walaupun kegugupan itu masih terasa.
Pria paruh baya itu tampak terkejut, mulutnya sedikit terbuka. "Ma-maaf, maksud kamu..., kamu ingin menikah dengan Dita? Seperti itu?" senyuman hangat itu sirna dari bibirnya. Raut wajah tenang telah berganti menjadi raut wajah serius.
Vino mengangguk yakin.
"Tapi, kamu bukannya tau kalo Dita sudah dijodohkan dengan Satrio?" kali ini giliran Mami Dita yang angkat bicara.
Lagi-lagi Vino mengangguk, "saya sudah tau, Tante. Dan kedatangan saya kesini juga ingin membicarakan mengenai hal tersebut. Maaf, bukan bermaksud lancang. Tapi—"
"Kamu ingin saya membatalkan perjodohan putri saya? Seperti itu?" Vino bahkan belum melanjutkan kalimatnya, pria gempal itu sudah memotong lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Right One
Romance[Completed] Kisah tentang pencarian satu orang yang tepat.