SEMBILAN BELAS

6.3K 534 6
                                        



Dita memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah rumah dengan gaya minimalis dengan cat warna putih gradasi abu-abu muda. Dita menekan bel yang berada di samping pagar. Ia menekannya sebanyak dua kali sebelum pada akhirnya seorang wanita dengan hotpants warna cokelat muda dan kaos putih keluar dari pintu rumah.

Dita bisa melihat Tere yang keluar dari rumahnya melalui sela-sela pagar rumah wanita itu.

"Bentar, gue ambil kunci dulu." Teriak Tere yang masuk ke dalam rumah dan kembali membawa kunci pagar.

Wanita itu menghampiri pagar rumahnya, kemudian ia membuka pintu pagar dan mempersilahkan Dita untuk masuk.

" Assalamualaikum," ucap Dita sebelum masuk ke dalam rumah Tere.

"Waalaikumsallam, eh ada Dita, masuk sini," seorang wanita paruh baya dengan mukena dan tasbih di tangannya menghampiri Dita.

"Mama," Dita mencium tangan wanita itu.

"Sehat, Ma?" tambahnya.

"Alhamdulillah, kamu sehat juga kan?" Dita mengangguk sebagai jawaban. Persahabatannya dengan teman-temannya sudah terjalin kurang lebih sepuluh tahun, mereka bukan hanya saling kenal satu sama lain, tapi keluarga mereka pun sudah saling kenal dan akrab. Seperti hubungan Dita dan Ibunya Tere, ia sudah menganggap Ibu sahabatnya itu adalah Ibunya sendiri.

"Udah lama ga main, sibuk ya?"

"Hehehe engga kok,"

"Sibuk pacaran dia, Ma," celetuk Tere asal yang mendapat pelototan dari Dita.

"Terus, kenapa?" tanya Diah-Ibu Tere yang mengabaikan celetukan putrinya.

"Tere yang sibuk, jadinya bingung kalo main ke sini ga ada Tere kan ga enak," Tere memutar bola matanya jengah mendengar ucapan Dita.

"Ah masih kaku aja. Kan ada Mama, nanti Mama temenin ngobrol." Dita hanya tertawa kecil menanggapi ucapan Ibu Tere.

"Alesan, Ma. Dia tuh sibuk pacaran sama arsitek," ceplos Tere.

"Oh, udah punya pacar?"

"Punya dong, Ma. Secara Dita kan playgirl , mana pernah single." Tambah Tere.

"Terus kamu kapan, Re?" Dita tertawa melihat raut wajah Tere yang berubah menjadi tegang.

"Kok jadi Rere sih, Ma," wanita itu tampak salah tingkah mendapat pertanyaan dari Ibunya. Ia memilih untuk melangkah menuju dapur dan membuka lemari pendingin untuk mengambil minum.

"Si Hana aja udah nikah, bentar lagi paling Dita nyusul. Kan dia udah ada calon." Wanita paruh baya itu melangkah menjauhi Dita dan menyusul Tere ke dapur. "Kamu calon aja belom dapet, Re." Tambah Diah.

Dita ikut menyusul ke dapur. Ia menarik salah satu kursi yang terletak di pinggiran meja bar yang berada di kitchen island rumah Tere.

"Rere juga belom tua-tua amat, Ma. Pasti nanti dapet kok. Mama sabar aja." Diah menghela nafas sembari mengangkat kedua bahunya mendengar jawaban Tere.

"Jangan tua-tua, ntar susah punya momongan." Wanita paruh baya itu mendekati Tere, ia kemudian merebut gelas berisi jus stroberi yang sedang putrinya genggam dan meminumnya.

The Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang