TUJUH

7.1K 578 7
                                    







       

Dita melihat  Vino  dan  Alistair  yang  sedang  mengobrol  dekat  dengan  meja  minuman  dingin. Mereka  tampak  akrab  walaupun  baru  pertama  kali  bertemu. Entah  karena  sifat  Vino  yang  supel  dan  asal  celetuk  jika  berbicara, atau  sifat  Alistair  yang  memang  ramah  sehingga  membuat  mereka  berdua  seperti  teman  lama  saat  mengobrol.

"Eh, Ali  mana?" ucap  Hana  menginterupsi  obrolan  mereka.

"Tuh," Dita  menunjuk  dua  pria  itu  dengan  dagunya  dan  arah  tatapan  matanya  yang  menyorot  tajam.

"Oh  sama  si  Vino, biarin  lah. Lanjut  dong  ngobrolnya, tadi  sampe  mana?" ucap  Tere  yang  tidak  begitu  peduli  dengan  keberadaan  sahabat  pria  satu-satunya  itu  yang  datang  ke  pesta.  Sahabatnya  yang  satu  ini  memang  memiliki  sifat  yang  sedikit  cuek  dengan  orang-orang  sekitar. Dan  sifat  cueknya  itu  seringkali  diartikan  sebagai  keangkuhan  oleh  orang  lain. Membuat  Tere  dongkol  setengah  mati  bila  ada  seseorang  yang  menyebutnya  'sombong', atau  'jutek'.

"Sampe  tas  keluaran  Braun  Buffel  yang  baru." Jawab  Hana.

"Oh  iya, terus  gimana? Lo  jadi  beli?" tambah  Tere  yang  dijawab  gelengan  kepala  lemah  Hana.

Mereka  kembali  terjebak  dalam  obrolan-obrolan  khas  perempuan  dewasa  ibukota. Obrolan  yang  membahas  seputar  brand-brand  terkenal  dan  barang-barang  new  arrival  mereka. Kemudian  obrolan  itu  perlahan  berubah  menjadi  gosip  panas  yang  membahas  orang-orang  di sekitar  mereka. Girls and  Gossip  is  start  with  'g', that's  why  they  were  connected.

****

                Setelah  makan  bersama, Dita  dan  Vino  serta  yang  lainnya  pergi  meninggalkan  pesta  pernikahan  itu.

Tere, Hana, dan  Liza  yang   datang  menggunakan  satu  mobil  pun  berpisah  dengan  Dita  di  parkiran, sementara  Alistair  yang  membawa  motor, sudah  berpisah  dengan  mereka  semua  saat  keluar  dari  gedung  hotel.

Dita  dan  Vino  kini  tengah  terjebak   macet  di  jalan. Kapanpun  itu, Jakarta  akan  selalu  macet.

Dita  menghela  nafas  sembari  menyandarkan  punggungnya  di  sandaran  jok  mobil.

"Gimana  Alistair? Anaknya  enak  diajak  ngobrol, kan?" Dita  menolehkan  kepalanya   ke kanan  dan  menatap  Vino  yang  tengah  fokus  menyetir.

Pria  itu  mengangguk, "lumayanlah."

"Tadi, ngomongin  apa  aja  sama  Al?" Vino  melirik  pandangannya  pada  Dita. "Kepo." Jawab  pria  itu  sembari  tertawa  kecil.

Dita  berdecak  sebal, "gue  cuma  mau  tau  aja, kok," tawanya  semakin  geli  melihat  ekspresi  Dita.

"Urusan  cowo." Tambah  Vino  yang  membuat  Dita  jengkel.

Wanita  itu  kemudian  membuang  mukanya  kearah  jendela. Ia  memilih  menatap  lampu-lampu  jalan  yang  menyala, dibandingkan  mengajak  ngobrol  Vino  yang  tiba-tiba  menyebalkan  malam  ini, menurutnya.

Terjadi  keheningan  selama  beberapa  menit. Sampai  pada  akhirnya, pria  itu  memutuskan  untuk  buka  mulut.

"Dit,"

"Hm?"

Vino  terdiam. Ia mendadak  teringat  akan  obrolannya  dengan  Alistair  tadi  yang  membahas  tentang  hubungan  Dita  dan  Ezra. 

The Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang