ENAM BELAS

5.9K 581 15
                                    



Dita menatap Hana dan pasangannya yang tengah duduk di hadapan penghulu. Ia merasakan degup jantungnya tidak stabil seperti biasa, seolah-olah hari ini adalah hari besar untuknya.

Sang penghulu mulai menjabat tangan pria di samping Hana. Dia mengucapkan akad nikah yang diikuti oleh pria itu. Dan saat pertanyaan 'sah?' terlontar dari bibir penghulu, semua tamu yang menjadi saksi mengangguk serempak dan meng-sah-kan sepasang manusia itu.

Perasaan campur aduk menghampiri para wanita dengan kebaya merah marun yang duduk tidak jauh di belakang Hana.

"Gue kok mau nangis, ya?" ucap Tere yang sudah mengipas-ngipaskan tangannya ke hadapan wajah.

"Rasanya baru kemaren gue yang ada di posisi Hana, ga kerasa." Liza mengeluarkan senyum tipis sembari menatap sahabatnya yang tengah mendapatkan cium di kening.

Dita memilih untuk diam dan tidak banyak komentar. Ia merasakan matanya memanas karena rasa haru sekaligus bahagia. Sudah lebih dari lima tahun mereka menjalin persahabatan, rasanya baru kemarin para wanita ini berfoto bersama di acara ulang tahun Alistair yang ke-17. Sekarang, mereka malah disibukan berfoto di hari pernikahan.

Saat akad dan doa bersama selesai, ketiga wanita itu memilih untuk berkumpul di luar masjid untuk minum dan mencari udara segar.

"Hei," suara seorang wanita membuat obrolan ringan tiga wanita itu terhenti.

Dita dan sahabat-sahabatnya menolehkan kepala dan mendapati Hana tengah berdiri dengan senyum lebar dan wajah berseri-serinya.

"Hana," Dita langsung memeluk wanita itu, begitupun dengan dua sahabatnya.

"Selamat." ucap Liza seraya melepaskan pelukannya.

"Makasih." Hana menghapus airmata yang mulai menetes dari ujung matanya.

"Dulu lo ngeledekin gue cengeng pas gue nangis di akad nikah, sekarang lo ngerasain kan gimana posisi gue?" Hana menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

"Doain gue nyusul kalian berdua ya," ucap Dita.

"Aamiiiin, tahun depan lah nyusul," goda Hana sembari menyenggol lengan wanita itu.

"Ya doain aja." Liza dan Hana meng-amin-kan ucapan Dita.

"Lo gimana, Re? Gamau nikah juga?" tanya Hana pada Tere yang sedari tadi hanya diam.

"Mau lah." Jawabnya enteng.

"Terus, gamau doa dari kita-kita biar cepet nyusul Hana?" goda Dita.

Tere mendecak, "gue mau nikah. Tapi ga dalam waktu dekat ini. Ya liat aja jodohnya kapan dateng."

Dita menautkan alisnya bingung, "kenapa lo gamau nikah dalam waktu dekat?" tanya Dita.

"Belum ada waktu buat mikirin begituan, kerjaan numpuk." Jawaban khas Tere. Singkat, padat, dan selalu terkesan dingin.

Dita dan lainnya hanya menghela nafas pasrah. Jika sudah berurusan dengan pekerjaan, Tere pasti akan keras kepala.

"By the way, pilihan Tante lo oke juga," Dita menyenggol lengan Hana sembari mengulum senyum.

"Kalo ga oke ya gue gamau dinikahin."

The Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang