LIMA BELAS

6K 566 6
                                    



Dita meletakan susu kotaknya yang baru ia sedot ke atas meja sembari mengaduk adonan.

Semalam ia memutuskan untuk menginap di Bandung agar pagi hari bisa membuat kue lapis talas bersama Tantenya untuk dibawa ke Jakarta siang nanti. Dan diberikan ke Vino.

"Nanti dibuat jadi dua loyang ya, Teh," Dita mengangguk seraya terus mengaduk adonan kue.

Wanita dengan kisaran umur empat puluhan itu melangkah mendekati Dita dan meraih susu kotak Dita.

"Low fat? Kamu diet?" Dita menoleh ke arah tantenya sekilas, kemudian kembali fokus pada adonannya.

"Engga, aku lagi jaga postur badan aja. Takut-takut naik nanti timbangannya," wanita dengan rambut kuncir setengah itu menganggukan kepala sembari membulatkan mulutnya berbentuk huruf O.

"Emang jadi pembaca berita harus merhatiin postur tubuh, Teh?" tanya Tante Hanum.

"Yang jelas postur tubuh harus proposional, Tan. Soalnya kan tampil di tv," lagi-lagi Tante Hanum menganggukan kepalanya paham.

"Oh gitu." balasnya. Kemudian Tante Hanum mulai membantu Dita memisahkan adonan kue dan memanggangnya.

Saat adonan itu sudah masuk ke dalam oven, Dita menyandarkan pinggangnya di ujung meja bar sembari menyedot susu kotaknya hingga habis. Kegiatan Dita yang bersandar pada meja bar itu pun diikuti oleh Tante Hanum.

"Dit, kamu tumben mau nginep demi buat kue. Emangnya ada acara apa sih nanti siang?" tanya Tante Hanum memulai topik baru.

"Ga ada acara apa-apa. Aku mau kasih kue itu ke temen aku sebagai ucapan terimakasih."

"Emangnya temen kamu ngapain sampe terimakasihnya harus pake kue-kue segala?"

"Dia udah baik banget, mau anterin aku kemana aja padahal dia kecapean. Sampe ketiduran waktu kemaren ke tukang jait." Alis Tante Hanum bertaut.

"Tukang jait?" Dita mengangguk cepat. "Iya tukang jait." Ucapnya yakin.

Tante Hanum menatap Dita dengan tatapan menuntut penjelasan. "Temen aku nikah, terus ya aku jadi braidsmaid-nya gitu. Jadi bajunya harus samaan." Tambah Dita yang mengerti akan tatapan Tante Hanum.

Wanita paruh baya yang semula berdiri di samping Dita itu pun hanya menganggukan kepalanya paham sembari melangkah menuju kulkas. Ia membuka pintu lemari pendingin dengan dua pintu itu, kemudian mengambil sebotol jus jeruk.

"Kamu sendiri..., kapan mau nyusul temen kamu?" Tante Hanum kembali memulai topik baru. Wanita itu meraih gelas yang di susun di atas meja bar yang semula dalam posisi terbalik untuk ia gunakan sebagai wadah jus jeruk.

Dita terdiam mendengar pertanyaan tantenya. Ia tahu betul apa maksud dari wanita paruh baya itu, namun Dita mencoba untuk berpura-pura tidak tahu.

"Nyusul gimana?" tanya Dita dengan nada kikuk.

"Halah, sok ga paham. Nikah atuh, Teteh." Jawab Tante Hanum to the point.

Dita hanya menjawab dengan senyum tipis dan kedua bahunya yang terangkat.

"Kamu udah cukup umur lho untuk nikah. Kalo dua tahun yang lalu kamu selalu ngelak pertanyaan Tante soal nikah dengan alesan 'masih muda', Tante masih bisa terima dan maklum. Tapi sekarang? Umur kamu udah 24 kan?"

The Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang