DUA PULUH

6.1K 570 25
                                    



Dita mengaduk Frappucino dinginnya menggunakan sedotan sembari mendengar obrolan temannya yang baru saja bulan madu.

"Kalian harus tau! Gue sama Bastian punya planning ke Nepal buat hiking. Tapi nanti, setelah gue sama dia berhasil daki gunung di Indonesia dulu," ucap Hana yang berbicara dengan wajah sumringah.

"Kenapa harus hiking? Kan cape tau daki gunung gitu. Mending juga ke pantai." Hana menggeleng tegas mendengar ucapan Dita.

"Gue sama Bastian itu sama-sama prefer mountain daripada beach. Dia gasuka pantai katanya panas," balas Hana cepat.

"Terus lo ngapain aja sama Bastian di Malang?" tanya Tere.

"Jalan-jalan lah, ke Bromo, Museum Angkut, banyak deh."

"Lo ga lupa sama tujuan bulan madu kan?" kali ini giliran Liza yang bertanya. Pertanyaan ajaib yang mampu membuat Hana mendadak bisu.

"Ekhem, semoga aja lo ga bener-bener lupa." Goda Tere.

"Kampret!" decak Hana sebal yang menimbulkan tawa puas dari ketiga sahabatnya.

"Omong-omong oleh-olehnya mana?" Dita mengadahkan tangannya di hadapan Hana.

"Oh iya gue hampir lupa," wanita itu meraih papper bag yang ia letakan di bawah kursinya, kemudian mengangkat bungkusan itu di atas meja.

"Ini almond chesse buat kalian," Hana memberikan dua bungkus kue kering itu ke masing-masing sahabatnya. Tidak hanya kue kering, Hana juga memberi keripik apel dan keripik tempe pada ketiga sahabatnya.

"Dah, sisanya tinggal buat cowo-cowo." Ucap Hana selesai membagikan buah tangan kepada temannya.

"Thank you, baby," ucap Tere pada Hana.

Drtt....Drtt....

Dita merasakan ponselnya bergetar dari dalam saku celanannya. Wanita itu buru-buru mengeluarkan layar tipis itu dari dalam kantong.

Nama Vino ganteng tertera di layar ponselnya. Ia buru-buru menggeser layar tipisnya itu menerima panggilan itu.

"Halo?"

"Dit, lagi di rumah atau kantor?" tanya Vino pada Dita melalui sambungan telepon.

"Umm..., lagi di luar."

"Kafe?" tebak Vino.

"Iya, lagi ngumpul sama anak-anak. Kenapa, Vin?"

"Jam lima sore nanti ada acara?"

"Engga,"

"Nonton yuk, gue punya satu tiket gratis buat lo."

"Males banget sama yang gratisan," ucap Dita asal. Ia tidak sungguh-sungguh dalam bicara kali ini, melainkan hanya bercanda dan menggoda Vino.

"Maksud gue gratis itu gue yang bayar, sugar. Paham?" Dita merasakan pipinya menghangat mendengar ucapan Vino. Astaga, gue jadi merasa manis banget dipanggil sugar. Batinnya.

"Emang gue gula?!"

"Kan manisnya sama," Ya Tuhan, kenapa darah gue rasanya ser-seran ya kalo dikasih omongan manis dikit sama Vino. Parah nih efek kelamaan jomblo kayanya.

The Right OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang