5

1.3K 57 0
                                    


"Engh..." (namakamu) menggeliat kecil, ketika merasakan hembusan nafas di sekitar telinganya. Merasa terganggu, (namakamu) menendang asal seseorang yang mengganggu tidur nyenyaknya.

"Aduh lo ngapain nendang gue sih!"

"Kakak ganggu,adek mau tidur," ujar (namakamu) manja.

"Bangun dek, udah sore juga. Lo belum mandi tau," ujar Kevan.

"Adek masih ngantuk kak. Ish sana deh nggak usah ganggu," gumam (namakamu) kesal.

"Bangun dong, nanti ada yang mau jenguk lo nih. Cowok ganteng," goda Kevan.

"Siapa?" ujar (namakamu) penasaran.

"Gue lupa namanya. Kalo nggak salah tuh, iqi...bal...baal siapa gitu. Lupa gue," ujar Kevan asal.

"Oh, namanya Iqbaal kak. Bukan iqibalbaal," kekeh (namakamu).

"Hehehe."

"Ya udah, sekarang mandi dulu sana. Udah jam lima, nanti Iqbaal kesini jam 7 malem."

"Siap kak."

***
Malam harinya.

"Assalamualaikum," ujar seseorang.

(Namakamu) yang tengah memainkan iPhonenya pun menengok dan alangkah bahagianya saat Iqbaal datang dengan Aldi disana.

"Eh kalian, sini-sini masuk, temenin gue."

"Kok nggak ada yang jagain sih (nam)?" tanya Iqbaal heran.

"Kakak, Bunda, sama Ayah lagi pergi makan. Gue sendirian deh."

"Oh gitu, ngomong-ngomong masih sakit (nam)?"

"Nggak juga sih, gue amnesia, tapi gue udah inget semuanya," ujar (namakamu) santai.

Iqbaal menatap (namakamu) dengan senyum manisnya. Sedangkan Aldi kini berkeringat dingin, ia takut apa yang selama ini dirinya takuti akan terjadi.

"Aldi, sini dong. Kok di pintu terus sih. Gue udah lupain yang lalu kok, yang penting sekarang kan gue udah sembuh," uajr (namakamu) bahagia.

"E-eh, maafin gue ya (nam), tapi sumpah gue nggak ada niatan buat ngelepasin lo gitu aja. Tangan lo licin karena hujan waktu itu, gue udah berusaha sekuat tenaga gue buat nyelametin lo, tapi keluarga lo salah paham. Gue nggak tau gimana caranya buat jelasin ke keluarga lo. Gu-gue, hhh.. Susah jelasinnya (nam), mereka nggak mudah percaya gitu aja," jelas Aldi panjang lebar.

"Stop deh Ald, itu kejadian udah lama banget. Intinya sekarang gue udah sehat kan?"

Iqbaal hanya menatap keduanya bingung. Awalnya Aldi yang tiba-tiba memohon pada Iqbaal agar bertemu (namakamu), karena takut akhirnya Iqbaal menyetujuinya.

"Iya gue tau, tapi-" ucapan Aldi terpotong karena Kevan berteriak dengan kerasnya.

"LO MASIH PUNYA MUKA BUAT KETEMU ADIK GUE?! SETELAH APA YANG LO LAKUIN YANG BUAT HIDUP ADIK GUE TERANCAM! SEKARANG LO MAU APA LAGI HAH?!" bentak Kevan.

"Maaf kak, waktu itu gue-"

Bugh. Kevan memukul Aldi tepat di tulang pipi kanannya.

Bugh. Lagi-lagi Kevan memukul Aldi, tepat di sudut bibirnya yang kini mengeluarkan sepercik darah. Saat Kevan akan memukul Aldi lagi, (namakamu) menahannya.

"Kakak stop! Lo bisa buat Aldi terluka," ujar (namakamu) sedih.

"Persetan dengan keadaan dia! Gue cuman peduli sama lo (namakamu)! Adik gue satu-satunya yang saat itu nyawanya terancam karena manusia brengsek ini!" teriak Kevan.

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang