27

617 32 0
                                    

Happy reading guys
.
.
.
###

Pagi ini Kevan sibuk memasukan barang-barang miliknya, (namakamu), dan milik Reno ke dalam bagasi mobil orangtua Reno. Dibantu dengan Reno sambil mengobrol ringan. Tiket kereta sudah beres tinggal membereskan barang-barang saja.

"Eh, Ren. Coba lo liat (namakamu) ke kamarnya gih, kok dari tadi kagak ada suaranya. Biasanya juga berisik," ujar Kwvan.

"Ok kak,"

Sesampainya di kamar (namakamu), terlihat (namakamu) menatap jendela kamar yang pasti tidak terlihat Reno karena membelakangi pintu. Isakan kecil terdengar di telinga Reno. Reno mendekati (namakamu) dan membalikan badannya.

"Hey, ada apa?" tanya Reno lembut.

Dengan isakan yang semakin keras, (namakamu) memperlihatkan foto dimana Iqbaal sedang merangkul seorang perempuan sambil mencubit pipi perempuan tersebut.

Degh! Inilah yang Reno takutkan, (namakamu) mengetahui hal itu. Reno tahu perempuan itu adalah selingkuhan Iqbaal. Reno langsung memeluk (namakamu) erat, ponsel (namakamu) kembali terjatuh tetapi kali ini tidak terpecah lagi.

"Ssst, jangan langsung kepikiran yang aneh-aneh ya. Siapa tau itu cuman temennya Iqbaal kan?" jujur Reno tidak tahu mengapa ia berbicara seperti itu, padahal batinnya sangat senang ketika (namakamu) akan segera mengakhiri hubungannya dengan Iqbaal.

"Nggak mungkin mereka cuman temen Reno," lirih (namakamu).

"Sssst, tenang (namakamu), tenang. Tanya sama Iqbaal, kalo Iqbaal nggak jujur, baru boleh curiga ok?"

(Namakamu) mengangguk dalam pelukan Reno.

"Sekarang kita turun ok? Cuci mukanya dulu ya, gue tunggu di sini," Reno terduduk di ujung ranjang (namakamu) dan tersenyum licik.

"Mungkin gue harus gerak cepat deh," gumam Reno dan tersenyum iblis.

5 menit kemudian, (namakamu) keluar kamar mandi dengan keadaan yang jauh lebih baik. Namun matanya masih terlihat merah.

Di halaman, Kevan menatap (namakamu) penuh curiga. Sedangkan (namakamu) menundukan kepalanya takut dan semakin menggenggam tangan kanan Reno erat seakan mengucapkan bahwa ia tidak bisa memberitahu Kevan sekarang.

(Namakamu) tahu, Kevan marah padanya. Namun (namakamu) juga tidak mau jika Kevan melukai Iqbaal, entah apa alasannya.

"Kenapa?" tanya Kevan dingin, (namakamu) semakin erat menggenggam tangan Reno sampai sedikit luka, Reno tidak mempermasalahkan itu.

"Eee, kak. Tadi (namakamu) kelilipan jadi matanya merah," bohong Reno spontan.

"Gue nanya (namakamu), bukan nanya lo!"

"Pulang!" lirih (namakamu) dengan nada bergetar.

Brak! Kevan menutup pintu mobil marah, tidak peduli dengan pintunya yang bisa saja rusak.

"Gue ini kakak lo, gue tau lo itu gimana? Lo anggep gue apa? Semuanya lo tutupin dari gue, apa gue orang asing buat lo?" ujar Kevan dingin, mengubah kosakatanya.

(Namakamu) yang duduk di samping Kevan hanya menatap ke arah jendela. Reno hanya memandang cemas (namakamu) dari kursi penumpang di samping supir yang terus dipojokan Kevan.

Kevan menghela nafas lelah. Ia terlalu kecewa terhadap (namakamu) yang tertutup padanya.

"Gue merasa nggak dianggep sama lo," ujar Kevan pelan. (Namakamu) hanya mampu memejamkan matanya lelah dan setetes airmatanya turun perlahan.

***

Pagi ini, (namakamu) berniat membicarakan tentang foto yang dikirim seseorang kepadanya.

Me : Baal, bisa ketemu di cafe Mentari?

Iqbaal : bisa sayang, aku jemput kamu sekarang ya

Me : nggak usah, ketemu di sana langsung

Iqbaal : ya udah, kamu hati-hati di jalan [read]

Sesampainya di cafe Mentari, (namakamu) melihat Iqbaal melambaikan tangan ke arahnya. Segera saja (namakamu) menghampiri meja Iqbaal.

"Mau pesen apa?" tanya Iqbaal dengan senyum manisnya sambil menggenggam tangan (namakamu).

Perlahan (namakamu) melepas genggaman tangannya yang membuat Iqbaal mengernyitkan dahinya. (Namakamu) menatap Iqbaal serius.

"Kenap-"

"Waktu aku nggak ada di sini, kamu jalan sama cewek. Siapa dia? Kamu selingkuh kan," ujar (namakamu) to the point.

"Si-siapa yang bilang? Ak-aku emh... Enggak kok, iya enggak," balas Iqbaal gugup.

"Terus ini apa?" (namakamu) memperlihatkan foto Iqbaal dengan perempuan lain.

"Kamu bohong sama aku, aku jaga mati-matian hati kamu di sana. Tapi kamu malah kayak gini, aku tau kita ini lagi break tapi break bukan berarti putus Iqbaal, aku kecewa banget sama kamu," ujar (namakamu) dengan isakan tangisnya.

"Terus kamu sendiri? Aku tau kamu jalan sama Reno, kemana-mana sama Reno. Sadar dong, kamu masih punya pacar (namakamu), nggak sepantasnya kamu jalan sama cowok lain."

"Aku sama Reno cuman sahabatan Iqbaal, nggak lebih dari itu. Kamu lebih nggak pantas jalan sama cewek lain dengan mesranya sementara hubungannya diujung tanduk."

"Terus mau kamu apa!" sentak Iqbaal.

"Gue mau putus!" tekan (namakamu) pada setiap katanya.

Iqbaal menggeleng keras, bukan itu maksudnya yang Iqbaal inginkan.

"Please, aku bisa jelasin (nam), dengerin dulu," Iqbaal mencekal tangan (namakamu) yang kini telah berdiri dari duduknya.

"Nggak perlu, gue sama lo udah putus, dan langgeng sama selingkuhan lo ya," (namakamu) tersenyum getir.

"Kita belum putus, aku bisa jelasin (namakamu)."

"Stop baal, semua udah jelas. Gue udah tau, lo pun nggak bisa jawab pertanyaan gue. Itu udah cukup bukti buat bilang lo itu emang selingkuh!" teriak (namakamu), tidak peduli pada para pengunjung yang memandang aneh.

"GUE AKUI GUE EMANG SELINGKUH! PUAS LO!" balas Iqbaal ikut berteriak.

"Tapi itu semua ada alasannya," lirih Iqbaal kemudian.

"Apapun alasannya lo tetep cowok brengsek!" (namakamu) menampar Iqbaal dan berlari keluar cafe.

Iqbaal langsung mengejar (namakamu) ingin menjelaskan, Ia ingin (namakamu) tahu masalah sebenarnya. Namun saat Iqbaal melangkah keluar, (namakamu) tergeletak dengan darah yang mengucur di hidung dan dahinya.

Iqbaal menangis meraung-raung sambil menggendong (namakamu) ke dalam mobilnya, tidak peduli dengan bajunya yang kotor dengan darah (namakamu).

"Maafiin aku, aku salah, aku salah," Iqbaal terus merutuki dirinya. Karena tidak fokus menyetir, mobil Iqbaal menabrak pohon besar. Akibatnya kepala Iqbaal terbentur stir dan kepala (namakamu) terantuk ke jendela dengan kencang. Hal itu membuat darah di dahi (namakamu) semakin mengalir deras.

Mata Iqbaal mulai sulit untuk terbuka, terakhir samar-samar banyak orang yang mendekat sebelum semuanya menjadi gelap.

***

#TBC

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang