7

1.2K 68 0
                                    


Hari ini (namakamu) sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Namun, kini (namakamu) sedang menangis tak henti-henti karena kakinya terkilir saat keluar dari kamar mandi, lantai licin menyebabkan dirinya terpeleset.

"Hiks...sakit kak!" pekik (namakamu) kesal,  menarik rambut Kevan.

"Wadaw! Iya-iya sorry, nggak sengaja kesenggol bocah!" pekik Kevan tak kalah kesal karena tiba-tiba rambutnya di tarik.

"Woy! Lepasin elah, sakit (namakamu)," ujar Kevan memelas.

"Hiks, lo jahat sih. Karma buat lo!" ujar (namakamu).

"Iya-iya ampun dek, gue yang salah, iya gue yang salah," ujar Kevan pasrah.

Akhirnya (namakamu) melepaskan jari-jari cantiknya di rambut Kevan.

"Gila, badan kecil tenaga banteng lo," ujar Kevan lalu menyisir rambutnya dengan jari-jarinya.

"Ahelah, rontok nih rambut gue," adu Kevan tak terima.

"Hiks...hiks...huaaa. Bundaaaa, Ayahhh!" teriak (namakamu) sambil menendang punggung Kevan yang duduk di ranjang rumah sakit.

Bruk

Kevan terjatuh dengan sempurna di lantai.

"(Namakamu) astaga! Lo tuh ya-"

"Huaaaa kaki gue makin sakit habis nendang punggung lo! Kakakkkkk."

Kevan menyerah, ia tak tahu harus bagaimana menangani monyet mengamuk satu ini. Dengan perlahan Kevan mendekati (namakamu), takut-takut ditendang lagi.

"Udah dong nangisnya, nanti kakinya nggak sembuh kalo nangis terus. Mana yang sakit, biar kakak obatin ya princess," ujar Kevan lembut.

Ajaib! (namakamu) berhenti menangis dan menunjuk kakinya yang sebelah kanan.

"Tahan sebentar ya cantik. Sakitnya cuman sebentar kok," ujar Kevan lalu menarik pelan kaki (namakamu). (Namakamu) meringis tertahan.

Kevan mulai memijat pergelangan kaki (namakamu). Setelah beberapa menit memijat. Isakan (namakamu) tak lagi terdengar.

"Masih sakit princess?" tanya Kevan. (Namakamu) menggeleng polos.

"Sekarang pulang yuk. Nanti malem Bunda sama Ayah pulang dari Jerman. Senyum dong, nanti cantiknya ilang lho."

(Namakamu) hanya mengangguk lemas tanpa membalas godaan Kevan. Kevan mengikuti (namakamu) dari belakang sambil menenteng tas besar yang berisi pakaian (namakamu) selama di rumah sakit.

"Kakak lama banget sih jalannya!" omel (namakamu) saat di koridor rumah sakit yang lumayan sepi.

"Sabar kali nyet," ujar Kevan kesal. Kevan tahu, (namakamu) akan marah-marah tak jelas jika Kevan membuatnya terluka, dan anehnya hal itu hanya berlaku pada Kevan. Benar-benar adik yang kejam. Bhaks!

***

"Gue bosen," gumam (namakamu).

"Gangguin Kak Kevan aja deh," lanjutnya.

TOK!TOK!TOK!

"Masuk,nggak dikunci!" teriak Kevan dari dalam.

"Mau ngapain?" tanya Kevan sarkatis.

"Weist, nyantai bro. Nggak ngapa-ngapain kok, cuman mau gangguin Kakak aja," ujar (namakamu) santai.

"Kagak usah gangguin gue deh. Mendingan temenin aku, sini," ujar Kevan menepuk kasurnya. (Namakamu) mengangguk polos.

"Kakinya masih sakit?"

"Udah mendingan kok kak," balas (namakamu).

"Lain kali hati-hati ya," nasihat Kevan.

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang