8

1.1K 49 0
                                    

(Namakamu) berjalan dengan cerianya. Hatinya terlampau bahagia ketika dirinya kembali masuk ke sekolah yang sangat ia rindukan, senyumnya memudar mendengar teriakan tuyul tamvan.

"(NAMAKAMU)!!!"

"(NAMAKAMU)! LO KALO DI PANGGIL NENGOK KEK!"

"WOY! KUPING LO KEMASUKAN GAJAH YA? (NAMA-"

"Adaw! Sakit... Siapa sih yang nje-" Iqbaal nyengir tanpa dosa ketika melihat seorang guru menjewer telinganya.

"Wer..." lanjut Iqbaal pelan.

"Eh ada si Ibu, pagi Ibu. Gimana kabarnya bu? Aduh, Ibu tambah cantik aja deh," goda Iqbaal.

Kini Iqbaal berubah 180° menjadi laki-laki yang tak tahu aturan. Beberapa kali sudah, orang tua Iqbaal dipanggil ke sekolah.

"Kamu masih berani berbicara seperti itu hah!" omel Ibu guru.

"Ampun bu, saya mau kejar (namakamu) bu. Nanti keburu ilang soalnya," melas Iqbaal.

"Ya sudah sana, awas kalau teriak-teriak lagi. Ibu hukum kamu!" peringat Ibu guru.

"Siap bu. Iqbaal mah udah kebal dihukum sama Ibu." ujar Iqbaal santai.

"KAMU-"

"LARI!!! HAHAHA," teriak Iqbaal sambul terpingkal-pingkal karena berhasil mengerjai gurunya itu. Ibu guru hanya menggeleng-gelengkan kepalnya melihat kelakuan Iqbaal.

Iqbaal berlari mengejar (namakamu) yang sedang membenarkan tali sepatunya yang terlepas.

"Hai cantik. Gue kangen banget sama lo," ujar Iqbaal berjongkok di depan (namakamu).

"Sayangnya gue nggak nanya," balas (namakamu) jutek.

"Lo marah ya sama gue?" tanya Iqbaal.

"Bukan urusan lo," ujar (namakamu) mendorong bahu kiri Iqbaal dengan telunjuknya lalu berdiri dan berjalan melewati Iqbaal yang masih terjongkok.

"Kok gitu sih (nam)," ujar Iqbaal.

(Namakamu) berbalik dan menatap Iqbaal sambil bersidekap dada.

"Denger ya baal. Jujur gue kecewa sama lo yang berubah drastis kayak gini. Ini bukan gaya lo banget. Coba perhatiin diri lo sendiri. Baju dimasukin cuman setengah, sepatu warna-warni seharunya kan sepatu hitam baal. Nggak pake dasi, nggak pake sabuk. Trus itu rambut di cat biru ngapain coba. Gue lebih nyaman sama Iqbaal yang dulu, Iqbaal yang sopan,rapi,rajin,baik dan nggak urakan kayak sekarang," jelas (namakamu) panjang lebar. Iqbaal hanya mampu tertunduk, (namakamu) tak tahu jika Iqbaal akan seperti ini.

"Gue lakuin ini supaya lo tertarik sama gue. Bukan sama yang lain, lo tau? Gue mati-matian buat tampil keren di depan lo. Berkali-kali gue coba, lo tau? Seberapa gue nahan gugup waktu bicara sama lo? Lo nggak tau kan? Lo nggak peka, seharusnya lo jadi cewek itu peka," uajr Iqbaal dengan nafas memburu.

"Emang ada Undang-Undang supaya semua perempuan di Indonesia itu peka? Nggak kan? Lo nggak bisa merintah gue buat lakuin ini itu semua lo. Lo itu siapa gue?"

"Lo bukan siapa-siapa gue!" ujar (namakamu) dan meninggalkan Iqbaal yang mematung.

'Lo bukan siapa-siapa gue!'

'Lo bukan siapa-siapa gue!'

'Lo bukan siapa-siapa gue!'

Kalimat terakhir (namakamu) membuat Iqbaal sadar. Ia bukan sesuatu yang berarti untuk (namakamu). Iqbaal pun berbalik arah ke gerbang sekolah dan keluar lagi. Dalam artian Iqbaal membolos.
***
Mood (namakamu) sekarang benar-benar hancur karena Iqbaal, entahlah, ia sangat tak suka dengan penampilan Iqbaal yang sekarang, mungkin bagi orang lain itu terlihat keren, tapi tidak untuk (namakamu).

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang