"Ngapain di sini?" tanya Iqbaal sarkatis."Iqbaal..." lirih (namakamu).
"Gue tanya lo ngapain di sini ?!" bentak Iqbaal.
"G-gue..." (namakamu) bingung ingin menjawab apa. Entahlah dirinya hanya mengikuti kemauan Salsha tadi tanpa tahu apa tujuannya datang kemari.
"Pergi lo dari sini," ujar Iqbaal dingin.
(Namakamu) tak bisa lagi menahan air matanya untuk jatuh. Dirinya ikut merasakan sakit ketika melihat keadaan Iqbaal yang sangat memprihatinkan. Lengan kanan Iqbaal banyak terlihat goresan-goresan kecil seperti sayatan. Buku-buku jarinya mengeluarkan darah, keningnya menetes darah segar juga sudut bibirnya yang lebam dan terlihat biru keunguan.
"Gue nggak akan pergi. Gue mau lo itu berubah jadi Iqbaal yang gue kenal dulu. Bukan Iqbaal yang sekarang," ujar (namakamu) dengan isakan kecilnya.
"Lo masih peduli sama gue?" ujar Iqbaal sinis.
"Gue sangat-sangat peduli sama lo karena gue sayang sama lo," ujar (namakamu).
"Lo sayang sama gue?" tanya Iqbaal mulai luluh.
"Gue sangat-sangat sayang sama lo seperti gue sayang sama keluarga gue sendiri," ujar (namakamu) meyakinkan.
"Trus kenapa lo nggak suka dan lo marah-marah sama gue dengan penampilan gue yang sekarang?"
"Karena gue suka Iqbaal yang dulu," ujar (namakamu) memegang kedua bahu Iqbaal.
Iqbaal tanpa aba-aba memeluk (namakamu). (Namakamu) hampir terjengkang jika Iqbaal tak menahannya.
"Gue kangen sama lo," ujar Iqbaal dengan isakan tangisnya.
"Kan baru beberapa jam tadi ketemu."
"Sedetika tanpa lo bagaikan seribu tahun lamanya," ujar Iqbaal melepas pelukannya.
"Jadi sekarang udah bisa gombal nih?" ujar (namakamu) mencolek dagu Iqbaal. Iqbaal hanya tersenyum malu.
"Lukanya obatin dulu yuk," ujar (namakamu).
"Lukanya udah sembuh kok, kan udah liat wajah cantik lo lagi," ujar Iqbaal dengan kekehan di akhir kalimatnya.
"Gombal ih, udah yuk obatin. Nanti infeksi baal, gue nggak mau lo kenapa-kenapa."
"Cie..yang khawatir sama gue. Kalo gini sih mending gue luka fisik aja terus deh."
"Ngaco ih, udah ayo buruan."
Skip
"Makasih ya (nam), lo masih peduli sama gue," ujar Iqbaal menggenggam tangan (namakamu).
"Iya sama-sama."
"Ehm, baal rambut lo jangan diwarnain biru dong. Jelek tau," ujar (namakamu).
"Masa iya jelek, ganteng kali gue. Males ah ganti warna rambut lagi, lama ngecatnya," ujar Iqbaal mengerucutkan bibirnya.
"Ih masa gitu sih baal. Gue temenin deh," bujuk (namakamu).
"Nggak mau ah."
"Please baal..."
"Nggak (namakamu)..."
"Lo nggak sayang sama gue? Hiks...lo nggak mau nurutin permintaan gue. Ya udah deh kalo nggak mau, gue nggak akan, hiks...sayang sama lo lagi," ujar (namakamu) dengan isakan tangisnya.
"Eh jangan nangis dong. Iya deh gue mau, gue ganti baju dulu abis itu kita ke salon ya," ujar Iqbaal pasrah, ia tak bisa melihat (namakamu) menangis karenanya.
"Gue tunggu."
***
Di sinilah (namakamu), menemani Iqbaal dengan rasa bosan yang sangat besar. Sudah hampir 3 jam (namakamu) menemani Iqbaal di salon langganannya. Namun belum kunjung selesai juga.(Namakamu) pun menghampiri Iqbaal dengan wajah dibuat semelas mungkin.
"Iqbaal, gue capek. Pengen pulang," rengek (namakamu).
Iqbaal terkekeh.
"Kan gue udah bilang kalo bakalan lama. Lo sih ngeyel," ujar Iqbaal menjitak kepala (namakamu).
"Ih, gue kira kan nggak lama banget," (namakamu) makin memelas ketika Iqbaal menjitak kepalanya. Itu sangat terlihat imut bagi Iqbaal.
"Ini udah mau selesai kok. Sabar ya," ujar Iqbaal.
(Namakamu) hanya mengangguk sebagai jawaban.
Setelah selesai dari salon, Iqbaal mengajak (namakamu) ke taman kota. Iqbaal berencana akan mengungkapkan isi hatinya untuk menjadikan (namakamu) kekasihnya. Meskipun Iqbaal harus memaksa (namakamu) yang memang terlihat sangat-sangat lelah.
"Ngapain sih di sini baal, gue ngantuk,capek,pengen tidur Iqbaal!" rengek (namakamu).
"Cuman sebentar kok, abis itu pulang. Mau ya?" bujuk Iqbaal. (Namakamu) hanya mengangguk lemas, ia benar-benar lelah.
Duduk berdua di bangku taman. Iqbaal gugup tak karuan ketika akan menyampaikan niatannya. Kata-kata yang ia siapkan hilang seketika di pikirannya. Yang ia pikirkan hanya menjadikan (namakamu) kekasihnya.
"Ck, kalo di sini cuman mau diem aja mendingan pulang lah," ujar (namakamu) kesal. (Namakamu) hendak berdiri dari duduknya. Namun Iqbaal mencekal pergelangan tangan (namakamu) sehingga (namakamu) terjatuh tepat di pangkuan Iqbaal. Iqbaal memeluknya dari belakang sangat erat ketika (namakamu) ingin beranjak dari pangkuannya.
"Lo jadi pacar gue!" ujar Iqbaal tegas.
"Ish, lo apa-apaan sih baal. Gue nggak mau!" pekik (namakamu).
Iqbaal melonggarkan pelukannya. Hatinya hancur, saat (namakamu) tak mencintainya. Ia terima, namun saat (namakamu) mengatakan dirinya mencintai Iqbaal. Iqbaal tak bisa menerimanya, ia merasa dipermainkan.
Iqbaal menatap (namakamu) dengan tatapan kecewanya. Sedangkan (namakamu) terkekeh.
"Lo nembak gue pake 'aku-kamu' kek atau romantis-romantis gitu. Lo mah nembak tapi kesannya maksa gue," ujar (namakamu) dengan kekehannya.
"Ok gue ulangi. Ekhem, kamu jadi pacar aku ya?" ujar Iqbaal.
"Iya."
"Iya aja? Iya apa nih?"
"Iya...aku mau jadi pacar kamu."
Iqbaal tersenyum dan memeluk (namakamu) lebih erat.
"Jangan pernah tinggalkan aku sayang," bisik Iqbaal.
"Tak akan pernah aku meninggalkan kamu," balas (namakamu).
***
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TAMAT.
.
.
.
.
Eh gak deng, canda.Pendek ya?
Author lagi buntu nih.
Jangan lupa tekan ⭐ dan coment untuk aku ya gaes
Jumpa chapter selanjutnya.🙋
KAMU SEDANG MEMBACA
Why?
FanfictionKetika luka terlatih bicara Ini kisahku, bersama (namakamu) ku -Iqbaal