Happy reading all
.
.
.
###Iqbaal termenung di kamarnya. Keputusannya sangat ia sesali. Seandainya ia tidak egois, seandainya ia memahami keadaan, seandainya ia tidak meminta break dan itu semua hanya menjadi andai-andai Iqbaal semata. Terlambat, semua sudah terjadi. Yang bisa Iqbaal lakukan adalah menyesal.
"Maafin aku sayang, aku menyesal. Sangat sangat menyesal, aku gegabah. Maaf," lirih Iqbaal mengusap layar ponselnya yang menampilkan foto (namakamu) tengah tersenyum manis dengan Iqbaal yang mencium pipinya.
"Bisa kah waktu diulang? Aku sungguh menyesalinya sayang."
"Aku bodoh membiarkanmu lepas sementara dari genggaman ku. Balaslah panggilan ku sayang," ujar Iqbaal putus asa.
Panggilan terjawab, Iqbaal langsung menegakan duduknya.
"Hallo, sayang. (Namakamu) aku minta maaf, aku menyesali keputusan ku. Aku ingin -"
"Baru sekarang lo nyesel? Terlambat! (Namakamu) udah pergi!"
"Kak Kevan? (Nam-namakamu) kemana?"
"Yang pasti pergi jauh dari lo!"
Tut...tut...tut...
Badan Iqbaal meluruh ke kasur, hancur sudah harapannya. Miliknya benar-benar ingin pergi jauh darinya. Iqbaal langsung menyambar kunci motornya. Iqbaal bertekad ke rumah (namakamu).
Di luar terdengar suara petir menggelegar, Iqbaal tidak memperdulikan itu. Tujuannya adalah (namakamu). Gadis miliknya.
Dengan kecepatan tinggi, Iqbaal mengendarai motornya menuju rumah (namakamu). Terlihat di depan rumah (namakamu) tengah mengangkat koper ke dalam bagasi taksi. Mau kemana gadisnya pergi?
"(Namakamu)!" teriak Iqbaal.
(Namakamu) membelalakan matanya, bagaimana Iqbaal bisa ada di sini? Malam-malam pula.
"Apa?" balas (namakamu) malas.
"Aku-aku menyesal sayang, aku menyesal kita harus break. Aku sangat-sangat menyesal. Maafkan aku, aku mau kita baikan lagi sayang," Iqbaal berdiri di hadapan (namakamu).
"Penyesalan memang selalu datang di akhir kalau di awal namanya pendaftaran kan?" ujar (namakamu) dengan nada candaan.
"Aku serius (namakamu)," tegas Iqbaal.
"Aku percaya sama kamu, aku pulang dulu. Jaga hati dan mata kamu untuk aku, jangan mengecewakan hati yang menunggumu di sini. Aku sayang kamu," Iqbaal mencium kening (namakamu) lama.
(Namakamu) hanya tersenyum menanggapi dan menaiki taksi yang akan mengantarkannya. (Namakamu) memilih menaiki kereta api dengan jurusan malam agar pagi harinya, ia bisa segar kembali.
Hujan perlaham turun menemani kesendirian Iqbaal. Iqbaal membiarkan itu. Tiba-tiba suara berat mendatanginya.
"Lihat? Dia pergi ninggalin lo!"
Iqbaal membalik badannya. Bayu.
"Cih, dia nggak ninggalin gue lo tau? Dia sedang mempertahankan hubungan kami. Lo nggak usah ikut campur."
Iqbaal menabrak bahu Bayu kencang dan menaiki motornya meninggalkan Bayu yang tersenyum sinis. Dasar sinting! Umpat Iqbaal.
***
Di sinilah (namakamu) berada. Villa dengan perkebunan teh yang menyegarkan dipandang mata.
"Ngapain pagi-pagi buta di sini sendirian. Mau nyantet orang lo?" ujar Reno dengan segelas teh hangatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why?
FanfictionKetika luka terlatih bicara Ini kisahku, bersama (namakamu) ku -Iqbaal