Happy reading all
.
.
.
###Selesai mengobati luka di kaki (namakamu), Reno menyuruh (namakamu) untuk tidur siang. (Namakamu) hanya menurutinya.
Reno menatap (namakamu) yang tengah tidur lelap di sofa ruang tamu. Kenapa tidak di kamar saja tidurnya? Karena (namakamu) takut di villa sendirian, pembantu keluarga (namakamu) yang menjaga villa ini sedang pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Jadilah Reno yang menemani (namakamu).
Reno menyesal melepas (namakamu) hanya untuk seseorang yang memanfaatkannya. Sungguh mulia hati (namakamu) ini. Reno bertekad menjaga (namakamu) selayaknya adiknya sendiri. Umur (namakamu) dan Reno hanya berbeda 5 bulan.
Ponsel (namakamu) bergetar di meja, tidak ingin mengganggu (namakamu) dengan suara dering telepon. Reno mengangkatnya ragu.
"Hallo, (namakamu) jujur sama aku. Kamu di sana sama siapa? Jangan coba-coba bohong sama aku ya. Ka—"
"(Namakamu) lagi tidur, lo siapa sih?"
"Gue cowoknya (namakamu). Lo siapa? Jangan macem-macem lo sama cewek gue!"
"Gue Reno, tenang. (Namakamu) aman sama gue."
"Oh jadi lo yang namanya Reno, mantannya (namakamu) kan pacar gue"
"Lo biasa aja dong, gue tau lo cowoknya (namakamu) yang sukanya nuduh (namakamu) itu kan? Yang bisanya cuman nyakitin (namakamu) dengan segala kecemburuan lo kan? Denger ya, gue nggak akan biarin (namakamu) tersakiti lagi. Cukup gue yang buat dia menderita, jangan lo. Sekali lo sakitin (namakamu), gue akan buat lo lepas dari (namakamu)," ujar Reno penuh penekanan.
"Reno lo apa-apaan sih! Nggak sopan tau!" pekik (namakamu) dan langsung merebut ponselnya.
"(Namakamu) siniin ponselnya. Biar gue ngomong sama cowok nggak tau diuntung itu!" ujar Reno penuh amarah.
"Lo nggak ada hak untuk mengintimindasi Iqbaal! Gue pacarnya dan gue yang berhak kasih keputusan!" ujar (namakamu) tidak kalah marah.
"Lo masih mau pertahanin hubungan yang udah kusut bahkan sangat-sangat kusut ini? Gue tau lo lelah (namakamu), gue tau. Lo nggak bisa terus-terusan kayak gitu, gue sedih liat lo kayak gini," ujar Reno.
"Gue nggak tau harus gimana."
Prang
(Namakamu) membanting ponselnya ke lantai hingga terpecah menjadi 3 bagian. (Namakamu) terduduk di lantai dan menelusupkan kepalanya di lututnya.
"Gue harus gimana Reno?gimana?" lirih (namakamu).
"Ssstt, nggak usah dipikirin dulu masalah ini. Gue pasti akan bantu lo. Jangan nangis please, gue nggak bisa liat lo nangis gini, lo harus tau kalo gue sayang sama lo. Lo udah gue anggap adek gue sendiri, jadi stop nangis ok?" Reno merengkuh bahu (namakamu) dan memeluknya.
"Adek?" tanya (namakamu) masih dengan tangisannya.
"Iya, lo kan tau kalo gue anak tunggal, gue pengen punya adek. Mau ya jadi adek gue?" Reno mengusap air mata (namakamu).
"Gue-"
"Mantan nggak harus jadi musuh kan?" (namakamu) pun mengangguk.
"Sekarang masalah lo juga jadi masalah gue, ok?" lagi-lagi (namakamu) hanya mengangguk. Reno tersenyum tipis melihatnya.
"Makasih," ujar (namakamu) parau.
"Gue jadi pengen lebih lama di sini, males ke Jakarta deh," lanjutnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/102548922-288-k942322.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Why?
FanfictionKetika luka terlatih bicara Ini kisahku, bersama (namakamu) ku -Iqbaal