Happy reading all
.
.
.###
Perlahan mata Iqbaal membuka meski terasa berat baginya. Iqbaal memandang sekitar dengan penuh tanda tanya, rumah sakit.
'Kenapa gue ada di sini?' batin Iqbaal.
Iqbaal mencoba mengingat kejadian-kejadian yang dialaminya, perlahan namun pasti. Potongan-potongan apa yang terjadi kemarin terkumpul di otak Iqbaal.
Iqbaal beringsut bangun dan ranjang rumah sakit dan meneriaki nama (namakamu).
"(Namakamu)! Kamu di mana?! Jangan tinggalin aku (namakamu)!" teriak Iqbaal kesetanan dan membanting benda-benda di sekitarnya. Rike yang tengah tertidur di sofa pun terbangun dengan kaget. Rike langsung kenghampiri Iqbaal dan memeluknya.
"Iqbaa cukup baal, jangan kayak gini. Kamu baru sadar nak," ujar Rike.
"(Namakamu) mana Bunda, (namakamu) mana," Iqbaal mengguncang bahu Rike. Rike hanya mampu memejamkan matanya yang sangat perih untuk melihat putranya ini.
"Kamu di sini dulu ya, Bunda panggilin dokter. Nanti kita ke ruangan (namakamu) ya sayang," bujuk Rike.
"Beneran ya Bun."
"Iya sayang, udah. Kamu balik lagi ke ranjang."
Setelah diperiksa dokter, Iqbaal segera dipindahkan ke ruang rawat. Dengan segala paksaannya, Iqbaal meminta agar bertemu dengan (namakamu). Rike yang tidak kuat melihat putranya meraung-raung pun akhirnya memperbolehkan asal hati-hati.
Hati Iqbaal mencelos, ia menatap seorang gadis yang teramat ia cintai terbaring dengan mata yang terpejam. (Namakamu) berada di ruang ICU.
"Bangun sayang, bangun. Maafin aku, maaf," badan Iqbaal meluruh tepat di depan pintu ruang ICU.
"Kalo bukan Bunda lo yang minta, gue nggak akan biarin lo ada di sini brengsek!" ujar Kevan dingin.
"Kak, aku-"
"Gue nggak butuh alesan lo. Lo terlalu munafik untuk mengakui semuanya," Kevan meninggalkan Iqbaal seorang diri.
Tling!
Aldi : Baal, lo harus tau kalo Rara nggak ada riwayat penyakit sama sekali, tadi gue denger dari Vito. Lo putusin dia dan perbaiki semuanya, kembali sama (namakamu). Gue tau dia butuh lo.
"Kurang ajar!" desis Iqbaal meremas ponselnya. Iqbaal bangkit dan melepas infusnya begitu saja. Berlari keluar rumah sakit dengan tertitah-titah.
Sepergian Iqbaal, (namakamu) mulai sadar dan kecewa atas apa yang terjadi sebelum ia berada di ruang serba putih itu.
***
Me : ketemu si cafe mentari sekarang, gak pake lama!
Iqbaal duduk dengan kesal menghadap ke pintu cafe, ia benar-benar marah pada Rara. Berani-beraninya dia membohongi Iqbaal.
"Hai say- lho kok muka kamu pucet gitu? Kepalanya diperban lagi. Trus kok oake pakaian rumah sakit?" tutur Rara dan membolak balikan wajah Iqbaal ke kanan dan ke kiri.
Iqbaal melepas jari-jari Rara yang melekat pada pipinya dengan kasar.
"Lo sama gue putus! Oh gue sama lo kan nggak ada hubungan ya? Ya udah gue ganti, lo jangan pernah ganggu hubungan gue sama (namakamu) lagi, muak gue liat muka cabe kayak lo! Otak lo dimana sih? Pake pergunain penyakit mematikan hanya untuk sebuah cinta? Inget Ra, cinta nggak harus saling memiliki. Kalo lo cinta sama gue, ikhlasin gue sama (namakamu)! Jangan ganggu hubungan gue sama (namakamu) lagi atau lo akan tau akibatnya!" jelas Iqbaal.
Iqbaal langsung meninggalkan cafe dan berlari agar segera bisa bercerita dengan (namakamu) meskipun Iqbaal tau (namakamu) belum sadar. Sampai di ruang ICU, Iqbaal hanya melihat kekosongan di dalam ruangan. Seorang suster lewat, Iqbaal pun bertanya.
"Mbak, pasien di sini kemana ya?"
"Oh mbak (namakamu) sudah dipindahkan ke ruang rawat mas. Ada di lantai tiga, kamar nomor 173."
"Makasih mbak."
"Sama-sama, mari."
Iqbaal melangkah dengan senyuman di wajahnya, ia senang karena akhirnya (namakamu) tersadar.
Iqbaal melihat Bundanya ada di antara keluarga (namakamu)."Bunda!" pekik Iqbaal.
"Ya Allah nak, kamu kemana aja? Bunda sama yang lain nyariin kamu dari tadi. (Namakamu) butuh kamu nak, dari tadi dia manggil nama kamu terus. Kamu masuk ya, beri kekuatan untuk (namakamu)."
"Iya Bund, Iqbaal akan lakukan apapun untuk (namakamu)."
***
Dengan penuh kesabaran, Iqbaal terus mengajak (namakamu) berbicara meskipun tahu tidak akan ditanggapi (namakamu).
"Kamu tau? Aku nggak pernah anggap Rara sama sekali. Yang aku tau, aku cinta sama kamu,sayang sama kamu. Nggak ada niatan sama sekali buat selingkuh dari kamu," Iqbaal terus menggenggam tangan (namakamu). Nihil, (namakamu) masih enggan membuka mulutnya.
Akhirnya dengan cara terakhir, Iqbaal memberitahu alasan mengapa ia selingkuh. (Namakamu) sedikit terkejut dengan kenyataan ini, mendadak ia merasa sangat bersalah pada Iqbaal. Namun rasa kecewanya lebih besar.
"Gue kasih lo kesempatan terakhir, bener-bener terakhir," balas (namakamu) lirih.
"Makasih, makasihhh (namakamu)," Iqbaal memeluk (namakamu) erat.
"Tapi, kak Kevan-"
"Nanti gue yang bulang sama dia."
Cklek
Pintu ruang rawat (namakamu) terbuka. Menampilkan Reno dengan senyum menawannya serta bunga mawar yang dirangkai.
"Renoooooo," pekik (namakamu) merentangkan tangannya. Iqbaal yang melihat merasa keki.
Reno terkekeh dan memeluk (namakamu) sekilas.
'Ini awal pelajaran buat kamu baal," batin (namakamu).
"Seneng banget gue dateng," Reno mengacak pelan rambut (namakamu).
"Kan gue sayang lo, gue juga kangen sama lo," ujar (namakamu) santai.
Hati Iqbaal mencelos, ambigu dengan kata 'sayang' yang dilontarkan (namakamu).
'Apa ini karma buat gue?' batin Iqbaal.
"Mmm, (namakamu) aku keluar dulu ya," pamit Iqbaal, dan mendekatkan bibirnya pada telinga (namakamu).
"Please, hargain aku yang baru memulai berjuang untuk kamu," bisik Iqbaal dan mengecup kening (namakamu) lama.
Setelah Iqbaal pergi, setetes air mata turun dari kelopak mata (namakamu) dengan indahnya.
"Hey, kenapa? Iqbaal ngomong apa (nam)?"
"Gue mau makan, laper," ujar (namakamu) dan menghapus air matanya.
"Ya udah, gue suapin ya, jangan nangis lagi dong."
"Iya udah nih." Reno tahu, (nama) belum bisa bercerita.
***
#TCB

KAMU SEDANG MEMBACA
Why?
FanfictionKetika luka terlatih bicara Ini kisahku, bersama (namakamu) ku -Iqbaal