15

980 38 0
                                    

Happy reading guys
.
.
.
###

Di rumah sakit, keadaan Iqbaal sudah membaik. Namun, (namakamu) masih belum sadarkan diri. Kata dokter (namakamu) terlalu banyak memikirkan masalahnya. Itu bisa merakibat fatal untuk saraf-saraf di otaknya. Sebab dulu (namakamu) pernah mengalami amnesia.

Iqbaal menangis dalam diam dengan tangan yang menggenggam erat tangan kanan (namakamu) yang terpasang infus. Sebenarnya Iqbaal pun di infus, namun Iqbaal memaksa agar infusnya dicabut. Dokter pun mengizinkan karena memang keadaan Iqbaal sudah normal.

"Engh."

Iqbaal langsung menatap mata (namakamu) yang perlahan terbuka ketika mendengar suara (namakamu).

"Sayang," panggil Iqbaal sambil mengelus tangan (namakamu) yang digenggamnya.

"Gue bukan sayang lo lagi," balas (namakamu) sarkatis dan menarik tangannya yang digenggam Iqbaal dengan kasar.

"(Namakamu) please. Jangan putus, aku nggak mau. Aku nggak siap kehilangan kamu. Maafin sikap aku (namakamu). Maafin aku sayang."

"Iya-iya, aku cuman bercanda kok. Kita nggak putus sayang. Tadinya sih emang aku mau putus, tapi aku nggak bisa kalo harus jauh dari kamu. Gimana? Akting aku bagus kan?"

"Makasih sayang, makasih. Aku nggak tau gimana kehidupan aku tanpa ada kamu. Kamu terlalu berharga untuk dilepaskan. Makasih sayang," ujar Iqbaal memeluk (namakamu).

"Kamu nggak marah aku kerjain?"

"Enggak lah, ngapain marah coba. Aku tuh malahan seneng, soalnya dengan kamu ngerjain aku itu artinya kamu udah maafin aku," balas Iqbaal menangkup wajah (namakamu).

"Siapa bilang aku udah maafin kamu?"

"Lho, trus ka-"

"Pipi aku masih kerasa panas gara-gara ditampar kamu tadi," rengek (namakamu).

"Ya ampun, maaf ya sayang. Aku nggak sengaja tadi aku benar-benar takut kehilangan kamu. Maaf sayang, aku-"

"Kamu minta maaf mulu, bosen tau dengernya. Apa dengan minta maaf pipi aku langsung sembuh gitu?"

"Ya udah, aku harus apa?"

"Mana tau, pikir sendiri," ujar (namakamu) dan memejamkan matanya

Cup.

Mata (namakamu) melotot dan menatap Iqbaal kesal.

"Kamu ngapain sih cium-cium?!" ujar (namakamu) kesal sekaligus malu.

"Biar pipinya nggak sakit lagi," ujar Iqbaal polos. Saking polosnya minta ditampol.

"Tapi nggak dicium juga."

"Nggak papa lagi, sama pacar sendiri," goda Iqbaal.

"Malu ish Iqbaal," ujar (namakamu) memukul pelan dada Iqbaal.

"Kamu punya malu?"

"Iqbaal jangan godain terus!"

"Liat-liat, pipinya merah. Ciee merah ciee."

"IQBAAL!"

"Iya sayangku."

"Geli ih."

"Geli-geli tapi cinta kan?"

"Iya in aja."

"Iya in aja ap-"

"Udah diem, kepala aku pusing baal."

"Pusing sayang? Aku panggilin dokter ya?" ujar Iqbaal panik.

"Nggak usah, kan di sini udah ada dokter."

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang