33

889 28 0
                                    

Happy reading guys
.
.
.

###

"Sayang, tadi masa di rumah sakit aku nanganin anak kecil gitu. Lucu banget, gemesin deh. Dia nangis gara-gara disuntik. Kamu harus liat deh ekspresinya dia gimana. Kamu nggak mau bangun? Nggak mau lihat aku ya? Akunya bau ya sayang? Aku jelek ya? Kamu nggak mau bangun jadinya, aku pulang dulu ya. Biar nanti kalo kamu udah bangun, kamu bisa peluk aku yang wangi, aku pulang dulu ya," Iqbaal mencium dahi (namakamu) lama, dan mengelus perban yang berada dikepala dan pergelangan tangan kanan (namakamu).

Terhitung 1 bulan sudah (namakamu) memejamkan matanya. Kecelakaan yang membuatnya harus terbaring di ranjang rumah sakit. Iqbaal tidak peduli pernikahannya dengan (namakamu) yang tinggal seminggu lagi, itu bisa ditunda. Namun, bisakah (namakamu) nya membuka mata secepat mungkin.

Iqbaal merasa gagal menjaga (namakamu), gagal untuk bisa melindungi (namakamu). Tetapi sekeras apapun Iqbaal berusaha, ia tidak bisa mengulang semua yang telah terjadi. Takdir sudah bertindak.

"Hallo Al, lo bisa ke rumah sakit nggak? Tolong jagain (namakamu), gue mau pulang sebentar," ujar Iqbaal dengan lemah di telepon.

"Bisa baal, gue lagi free kebetulan. Gue sama Salsha segera ke sana," balas Aldi di seberang sana.

"Thanks."

"Udah seharusnya gue bantu."

Pip...pip...pip.

Beberapa menit kemudian Aldi datang bersama Salsha.

"Aku pulang sebentar ya sayang, aku harap setelah aku kembali. Kamu udah sadar, I love you so much," Iqbaal kembali mengecup dahi (namakamu).

"Gue titip dia ya," ujar Iqbaal.

"Gue tau dia kuat," balas Aldi menepuk pelan bahu Iqbaal.

Iqbaal hanya tersenyum tipis yang hampir tidak terlihat untuk menangapinya.

***

Mata Iqbaal terus menerus mengeluarkan air mata, dirinya semakin kacau. Selama 3 hari ini dirinya tidak pulang ke rumah. Dirinya berada di rumah sakit untuk menunggu (namakamu) bangun.

Saat Iqbaal menunduk menahan tangis ada sebuah tangan yang mengusap pipinya.

"Ja-jangan nang-nangis sayang," lirih suara yang sangat Iqbaal rindukan.

"Sayang?! Ak-aku, kamu?" Iqbaal tidak bisa berkata apa-apa lagi, ini sungguh diluar dugaannya. Segera saja ia memencet tombol di samping ranjang (namakamu).

"Aku tau kamu kuat sayang," ujar Iqbaal penuh haru.

Perlahan (namakamu) memejamkan matanya lagi, Iqbaal dibuat panik olehnya.

Tut...

"Sayang?! Sayang bangun, (namakamu)! (NAMAKAMU) JANGAN TINGGALIN AKU! BANGUN SAYANG! DOKTERRR!"

Detik berikutnya dokter datang bersama beberapa suster.

"Siapkan ruang operasi sekarang sus," perintah dokter.

"Baik dok."

"Pak Iqbaal, keadaan Ibu (namakamu) sedang kritis. Kami harus melakukan operasi sekarang juga. Anda bisa mengurus administrasinya sekarang."

"Tolong selamatkan (namakamu) dok."

"Kami akan berusaha sebisa kami, permisi."

Iqbaal meluruh, memeluk lututnya dengan perasaan takut luar biasa. Cobaan apa lagi yang diberikan Tuhan padanya?

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang