34

1.7K 60 1
                                    

Happy reading all
.
.
.

###

"Sayang, bangun," (namakamu) menggoyang-goyangkan badan Iqbaal kencang.

"Engh, aku masih ngantuk sayang, bentaran deh. Lima menit," ujar Iqbaal dengan mata yang masih terpejam.

"Nggak ada ah, buruan bangun. Mandi sana, kalo enggak, kamu nggak usah ikut aku ketemuan sama Farel," ancam (namakamu).

"Ish, iya iya nih aku bangun tuh," Iqbaal bangun dan memelototkan matanya malas.

"Apa sih, udah sana mandi, bau kamu," (namakamu) mengusap kasar wajah Iqbaal.

"Masa sih?" goda Iqbaal dan memeluk (namakamu) dari belakang.

"Mandi nggak?! Aku tunggu lima belas menit. Kamu belum selesai, aku tinggal!"

"Ya ud—"

"Waktu semakin berkurang sayang."

"(Namakamu) aku tuh masih ngantuk," protes Iqbaal semakin mengeratkan pelukannya.

"Empat belas menit lim—"

"Oke fine aku mandi," Iqbaal berjalan malas ke arah kamar mandi.

***

Iqbaal terus mengamati gerak-gerik Farel terhadap (namakamu) dari kejauhan. Mata Iqbaal tak pernah lepas dari meja mereka.

Iqbaal mengepalkan tangannya ketika melihat Farel menggenggam kedua tangan istrinya. Kekesalan Iqbaal semakin bertambah saat (namakamu) tidak ada penolakan sedikitpun.

Terlihat Farel terus mengucapkan sesuatu yang tidak bisa Iqbaal dengar sama sekali, namun terlihat Farel seperti memaksa (namakamu).

Iqbaal berdiri dari duduknya dan menggebrak meja saat melihat (namakamu) meneteskan air mata.Segera saja Iqbaal menghampiri meja mereka dengan tangan mengepal kuat.

Brak!

"Lepasin tangan menjijikan lo dari tangan istri gue!" perintah Iqbaal menekankan kata 'istri'.

"Lo cuman cinta sesaat dia, gue cinta sejatinya. Gue yakin dia bakal ceraikan lo!" Farel mendorong dada Iqbaal.

Meskipun tidak mengerti ucapan Farel, Iqbaal langsung menarik kerah baju Farel dan memukulinya tanpa ampun.

"Iqbaal stop! Udah baal, udah," (namakamu) mencoba melerai, namun yang ada Farel dan Iqbaal terus menerus memukul satu sama lain.

"Iqbaal udah," lirih (namakamu) dan memeluk Iqbaal erat dengan tangisannya.

"Aku nggak bisa biarin dia sakitin kamu!" teriak Iqbaal kalap.

"Aku nggak papa sayang, please berhenti," mohon (namakamu) berderai air mata.

"Hhh, untuk sekarang gue maafin lo. Pergi sebelum gue berubah keputusan!" bentak Iqbaal.

Farel pergi dengan kakinya yang pincang.

(Namakamu) langsung meluruh ke bawah, untung saja Iqbaal menangkapnya.

"Sayang? Bangun sayang, (namakamu)!" Iqbaal terus menepuk pelan pipi (namakamu).

Iqbaal seakan disadarkan dari tidur, Ia teringat pergelangan tangan (namakamu) yang digenggam erat Farel tadi, Iqbaal tahu sekarang jika genggaman Farel terlalu kuat sehingga (namakamu) tidak bisa melawan.

Iqbaal segera membawa (namakamu) ke rumah sakit.

"Bagaimana dok, keadaan istri saya?" tanya Iqbaal khawatir.

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang