Happy reading guys !!!
.
.
.
.###
Pagi-pagi sekali, Farel datang ke rumah Kevan. Lebih tepatnya modus ingin bertemu (namakamu).
Farel terkejut saat melihat Iqbaal sedang minum di dapur dengan mata terpejam.Farel dibuat terkejut lagi, ketika Iqbaal membawa handuk dan pergi ke kamar mandi dengan keadaan terjeduk tembok karena matanya terpejam.
Tepukan di bahu Farel, membuatnya terkejut lagi. Kevan yang menepuk bahunya.
"Ngapain lo di sini?" tanya Kevan.
"Mau ketemu (nam)-"
"(Namakamu)?"
"Bukan, mau ketemu ,nama lo, iya nama lo. Kevan kan?"
"Gaje banget sih lo. Ya udah lo duduk sana dulu, gue mau mandi. Bhay!"
"Mulut lo bau."
"Orang ganteng mah bebas," Kevan melenggang pergi dengan gaya (sok) coolnya.
"Ganteng kalo diliat dari gunung merapi trus pake sedotan," cibir Farel.
Sandal berbulu melayang di kepala Farel.
"Pft, haahahaha. Lo kayak cewek aja sih, pake sandal berbulu segala lagi. Hahaha, kocak lo Van. Jangan-jangan di kamar lo banyak barang warna pink gitu ya? Hahaha," ejek Farel.
"Eeq lo. Pulang ae sono lu!"
Kevan hendak melemparkan satu sendal bulu yang ada di sebelahnya ke kepala Farel. Saat akan melemparkannya.
"Kakak! Sandal aku mau di apain!" pekik (namakamu).
Kevan yang tertangkap basah hanya cengengesan tak jelas.
"Hehehe, tadi em, anu dek. Ada... Ada apa ya?" ujar Kevan.
"Kakak ngomong apa sih?!" ujar (namakamu) kesal.
"Lupakan, kamu temenin Farel dulu ya. Kakak mau mandi dulu. Ok? Iya aja, babay," ujar Kevan dan pergi ke kamar mandi.
"Hai (namakamu)," sapa Farel.
"Hai Far-, lho kok sandal aku ada di kamu?"
"Oh ini, tadi dilempar Kevan ke aku, ini punya kamu toh, kirain punya Kevan," ujar Farel terkikik.
"Ya kali punya Kak Kevan."
Tiba-tiba Iqbaal duduk di antara (namakamu) dan Farel, memang tadi duduk (namakamu) dan Farel berdekatan.
"Apaan sih baal, nggak sopan deh kamu!" omel (namakamu).
"Kamu bisa kan duduknya nggak deket-deket kayak tadi!" balas Iqbaal tegas.
"Kamu cem-"
"Aku nggak kayak gini karena kam-"
"Wops, sorry bro. Gue nggak mau ikut-ikutan. Gue ke kamar Kevan aja deh. Lo baek-baek ya. Awas kalo (namakamu) kenapa-napa, gue hajar lo!" ujar Farel dan pergi dari ruang tamu.
"Ok, aku terusin. Aku kayak gini karena kamu (namakamu). Kamu yang selalu buat aku cemburu sama tingkah kamu."
"Jadi aku harus gimana. Tingkah aku buat kamu malu? Iya?" balas (namakamu) sama-sama ngotot.
"Bukan gitu, kamu itu terlalu dekat sama cowok lain, aku nggak suka itu!"
"Apa salahnya aku punya teman cowok? Kamu punya teman cewek aku pernah ngelarang? Nggak kan? Kamu jangan egois baal!"
"Kamu itu pacar aku, kamu bisa kan nurut sama aku?"
"Kapan aku nggak nurut sama kamu? Kapan baal? Aku selalu nurut sama kamu, aku sabar hadapin kecemburuan kamu. Kamu selalu ngecewain aku, aku maafin. Apa aku kurang nurut sama kamu?"
"Kamu selalu ungkit-ungkit kejadian yang udah terjadi, apa nggak bisa kamu lupain ha? Kamu tau? Kamu itu terlalu dekat sama Farel. Aku nggak suka. Aku takut kamu berpaling (nam)."
"Sekarang aja kamu salahin Farel dalam masalah kita. Kalo sikap kamu yang kayak gini terus, aku nggak kuat baal. Aku mau put-"
"NGGAK! KAMU NGGAK BOLEH NGOMONG KAYAK GITU! AKU NGGAK MAU PUTUS SAMA KAMU!"
"SIKAP KAMU YANG BIKIN AKU NGGAK BETAH BAAL! AKU MAU PUTUS!"
PLAK!
Iqbaal menampar (namakamu) karena saking emosinya. (Namakamu) terisak pelan sambil memegangi pipi kanannya.
"Ma-af, sayang. Ak-aku nggak bermaksud nyakitin kamu," sesal Iqbaal.
"Puas? Sekarang puas sama apa yang kamu lakukan? Rasa kecewa aku belum hilang, kamu udah tambah rasa kecewa aku lagi? Kita putus!" ujar (namakamu) sarkatis dan pergi meninggalkan Iqbaal.
"Nggak, aku nggak mau putus. Please sayang, aku nggak mau putus!" ujar Iqbaal sesenggukan sambil memeluk (namakamu) dari belakang. (Namakamu) tetap diam.
"Ok, maafin sikap aku. Tapi aku bener-bener nggak bisa kalau kita putus. Aku nggak mau putus (namakamu)," Iqbaal terisak pelan.
Hati (namakamu) mulai luluh, namun ia menepisnya. Ia harus berusaha.
Orang-orang bilang, ketika seorang laki-laki menangis karena seorang wanita. Itu artinya ia tulus mencintai wanita itu.
"Please sayang," ujar Iqbaal.
"(Namakamu) ple-" tubuh Iqbaal limbung, sehingga (namakamu) pun ikut terjatuh akibat tarikan Iqbaal.
Mata Iqbaal terpejam, wajahnya pucat. Hal itu membuat (namakamu) khawatir.
"Baal, nggak usah bercanda. Nggak lucu."
"Iqbaal!"
"Baal, Iqbaal bangun," (namakamu) mulai terisak.
"KAKAK! KAK KEVAN KE SINI. BURUAN."
Kevan dan Farel datang dengan tergopoh-gopoh.
"Apa sih (na-), astagfirullah Iqbaal! Dia kenapa?" ujar Kevan.
"Nggak tau," ujar (namakamu) serak.
"Aduh, gimana dong. Anak orang nih."
"Bawa ke rumah sakit lah kak! Cepetan!" teriak (namakamu).
(Namakamu) menghubungi Bunda Iqbaal.
"Hiks, Bunda. Maafin (namakamu) Bund, (namakamu) nggak bisa jaga Iqbaal. Iqbaal tiba-tiba pingsan Bund, maafin (namakamu)."
"Tenang sayang, Bunda nggak nyalahin kamu kok. Sekarang Iqbaal ada di rumah sakit mana?"
"Di rumah sa-sakit Pelita Bund."
"Ok, Bunda ke sana ya. Kamu tenang, Iqbaal pasti baik-baik saja. Sayang"
"Iya, bunda. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam nak. Kamu hati-hati ya, jangan meleng." pesan Bunda Iqbaal.
"Iya bund."
Pip, sambungan telepon terputus.
Tubuh (namakamu) merosot, tatapannya kosong. Ia mulai menyalahkan dirinya sendiri.
(Namakamu) tak bisa mengendalikan emosinya. (Namakamu) jatuh pingsan.
"Astaga (namakamu), kamu pingsan. Kenapa bisa dua-duanya gini sih. Gue bawa ke rumah sakit sekalian deh. Kevan udah duluan juga," ujar Farel.
Memang tadi Farel ingin mengambil barangnya yang tertinggal.
"Bertahan, ok? Gue tau lo cewek kuat," ujar Farel.
***
Gimana?
Nggak ngefeel sorry.
Tinggalkan jejak.
Typo tanggung pembaca.
Jumpa chapter selanjutnya.🙋
KAMU SEDANG MEMBACA
Why?
FanficKetika luka terlatih bicara Ini kisahku, bersama (namakamu) ku -Iqbaal