Day 23
Seminggu telah kembali berlalu.
Kini, delapan orang telah berkumpul di rumah Via untuk mengerjakan tugas memasak mereka.
"Ini, minum aja. Camilannya juga makan aja, nggak usah malu-malu. Oke?"
Via tersenyum seraya meletakkan nampan berisi delapan gelas es sirup ke meja. Dibilangi begitu, Cakka langsung meraih segelas es sirup lalu meneguk isinya hingga ludes.
"Isi ulang, Mbak! Panas banget nih hawa!!"
Kelakuannya itu sontak membuat Rio berdecak. "Ayolah, bro. Tadi lo minta minum, udah dikasih. Numpang toilet, juga udah. Sekarang kerjain nih tugas kelompok!! Main mulu."
Cakka meringis. "Iya, iya. Ke, lo bawa barang-barang kita, kan??" tanyanya pada Keke.
Keke mengangguk. "Yuk kita mulai."
Lantas, mereka berdelapan bersama menggotong bahan-bahan yang diperlukan menuju dapur.
"Ini orang tua lo betulan nggak masalah kan kalo dapurnya dipake?" tanya Rio pada Via, dibalas anggukan gadis itu.
"Santai aja. Oh ya, tapi gue nggak bisa masak. Gue yang dokumentasi aja ya?"
"Yah, padahal gue aja bisa lho, Vi," pamer Gabriel seraya menyombongkan dirinya sendiri, sayang kepalanya langsung di toyor Alvin. Gabriel pun mencibir pada kembarannya itu, namun Alvin mencuekinya.
"Gue juga nggak bisa masak sama sekali. Hm, kalo Via dokumentasi, gue bacain aja resepnya gimana? Yang udah di tulis sama Shilla kemarin," ucap Alvin.
Setelah ucapannya disetujui, Alvin pun meminta kertas catatan dari Shilla, lalu mereka mulai bekerja.
***
"Ke! Tolong lo cek ovennya! Takut kuenya gosong!" seru Rio yang sedang merebus pasta.
Keke dengan segera menuruti perintah itu, lalu mengacungkan jempol. "Aman!"
"Lo duduk mulu. Kagak bantu apa-apa dari tadi," tegur Shilla pada si rambut merah yang sedang duduk di meja bar.
Cakka, lelaki itu, langsung terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.
"Gue kan udah bantu nakarin tadi. Biar lainnya aja yang kerja," ujar lelaki itu, mempersilakan Shilla duduk di sampingnya. "Lo juga duduk gih. Rio sama Gabriel udah jago masak kok."
Shilla pun menurut. Bukan karena alasan yang sama dengan Cakka, melainkan karena ia memang sudah capek berdiri.
"Kata Ify, Gabriel sama Alvin punya satu kembaran lagi, ya?" tanya Shilla, berusaha membuka pembicaraan. Secara, dirinya sedang sebelahan sama Cakka, cowok populer di sekolahnya! Masa diam saja?
Cakka sempat termangu sebelum mengangguk ragu. "Ya gitu deh. Lo jangan cerita ke siapa-siapa lho."
"Oke, jadi, sekarang pastanya sudah matang. Kita tinggal plating aja," ucap Rio ke kamera. Tangannya dengan terampil memindahkan pasta yang baru matang ke atas piring.
Gabriel lantas bergabung dengan Rio, menata topping pasta tersebut hingga terbentuklah sebuah piring pasta yang cantik.
Via menekan tombol stop di kameranya, dan langsung saja dua orang mendekat. Bau makanan yang harum langsung tercium hidung mereka, lantas mereka saling memuji satu sama lain. Via juga langsung mengambil piring, untuk membagi jatah pasta itu sama rata.
Masih hangat. Enak. Alasan itulah yang membuat mereka berdelapan langsung menyerbu piring-piring yang telah berisi sedikit pasta.
"Serius enak, Yo. Lo dapet resepnya dari mana?" tanya Ify dengan mulut penuh pasta.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK HOME
Teen FictionBagaimana jika seorang pengidap Double Identity Disorder dan pengidap lemah jantung adalah sepasang saudara kembar? Bagaimana jika mereka berteman dengan seorang perfeksionis dan seorang yang super slengean dan tak peduli aturan? Apa jadinya jika me...