Semenjak kejadian di supermarket kemarin itu, Shilla jadi merasa salah tingkah setiap kali berada di dekat Alvin. Dan Alvin -tanpa pikir panjang- segera menjadikan gadis malang itu sebagai tempatnya mencurahkan perasaan, tanpa sadar jika apa yang ia lakukan itu membuat hati seseorang sakit. Seperti yang sedang terjadi saat ini.
"Sejak di supermarket, kayanya Gabriel udah move on dari Via, deh. Dia jadi dekat banget sama Keke," ucap Alvin tanpa menutupi nada cemburunya. Lelaki itu menyedot jus tomatnya seraya menatap Shilla yang duduk di sampingnya dengan segelas jus semangka.
"Jadi dekat bukan berarti pertanda move on," tutur Shilla. "Lagian, Rio dan Ify pun akhir - akhir ini jadi dekat, kalo lo perhatikan."
Ucapan Shilla membuat Alvin menelengkan kepala, lalu mengingat kejadian hari ini.
"Satu kelompok berdua untuk praktikum. Kalian boleh pilih sendiri."
Seisi kelas langsung saja ramai. Meski teman sekelompok mereka tentu saja sama seperti yang sudah - sudah, kali ini ada yang berbeda.
"Gue sama Ify. Lo sama lainnya aja," ucap Rio sebelum Alvin sempat membuka mulut. Namun, Alvin tetap membuka mulutnya lantaran terkejut. Perlahan, ia melirik Cakka yang tampak tersenyum miring di bangkunya.
"Y- ya udah. Gue sama Via dong?"
"Terserah lo lah. Gue sama Ify pokoknya."
Dasar Rio bodoh, tentu saja jika ia bersama Ify, Alvin terpaksa bersama Via. Diam, Alvin melirik kembarannya yang tampak santai seolah tak mendengar pembicaraan Alvin dan Rio barusan.
"Iya sih. Gue harus tanya Cakka setelah ini," tekad Alvin.
"Atau besok kalau Rio sama Ify lagi, biar gue yang sama Via dan elo sama Keke?" tawar Shilla dan tepat setelahnya, gadis itu merutuk dalam hati. Berharap Alvin menolak, karena demi apapun ia kan juga berharap bahwa ia masih memiliki kesempatan!
Dan Alvin memang terkejut sampai ia tersedak jus tomatnya. Shilla langsung merasa bersalah dan menepuk - nepuk pundak Alvin dengan gugup.
"Gila ah lo. Nggak, gue nggak mau. Tadi gue sama Via, masa besok sama Keke? Gabriel bisa kira gue rebut gebetannya dia," tolak Alvin mentah-mentah setelah batuknya reda. Namun Shilla malah tertawa kecil, merasa geli sekaligus menutupi kelegaannya.
"Mana mungkin dia mikir kaya gitu soal lo. Kita kan sudah dewasa. Kalo kaya yang lo bilang, itu tandanya kita or exactly Gabriel masih kecil."
Alvin melongo takjub, "Tapi, berdasar apa yang gue tahu, orang jatuh cinta itu akan kehilangan akal sehat kalau cemburu."
"Nah, ada perkembangan apa dengan pelajaran Biologi lo?" tanya Alvin, menyedot jus tomatnya lagi seraya mengalihkan topik.
"Hmm, lo tenang aja. Pokoknya kalo sampe lo kambuh dengan hanya ada gue di sisi lo, gue pasti bisa bantuin lo."
"Kambuh?"
Mata Alvin dan Shilla sontak melotot horor. Posisi keduanya yang duduk berdampingan membuat mereka tidak dapat melihat jika sedari tadi, ada dua kepala yang menguping. Tepatnya, tepat saat Shilla mengucap kalimat terakhirnya.
"Eh, elo, Via. Sama Ify," ucap Alvin dan Shilla kompak, dengan nada gugup yang kentara.
"Lo kenapa, Al, kok bisa kambuh?" tanya Via, berjalan memutar sehingga kini ia ada tepat di hadapan Alvin dan Shilla. Tangannya menarik gelas jus Shilla tanpa izin sambil nyengir.
"Ngga apa, Vi," jawab Alvin. Setelahnya, lelaki itu menyedot cepat semua jusnya hingga tandas.
"Kami udah anggap lo teman, by the way. Jadi kalo lo mau cerita, kami siap kok," tutur Ify, "Lagian, masa Shilla doang sih yang tau?? Parah lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK HOME
Fiksi RemajaBagaimana jika seorang pengidap Double Identity Disorder dan pengidap lemah jantung adalah sepasang saudara kembar? Bagaimana jika mereka berteman dengan seorang perfeksionis dan seorang yang super slengean dan tak peduli aturan? Apa jadinya jika me...