Lima Belas

781 37 0
                                    

Halo!

Syukurlah bisa update. Terima kasih pada wifi yang nyantol di ponsel Vee ini. Syukurlah, tepat dua hari setelah part terakhir Back Home di sebar :)

Oke, selamat menikmati bagian kelima belas ini, ya!

Semoga masih tetap sabar menanti, karena Vee belum punya kuota untuk update rutin lagi :(

Doakan saja supaya Vee cepat punya kuota, jadi bisa membagikan Back Home secara rutin lagi.

Terima kasih,
Salam hangat,
Vee.

***

"Kok Keke nggak balik-balik dari toilet, sih?! Gue udah gatel mau cerita nih!!" dengus Via. Sekali lagi, matanya melirik pintu. Namun nihil.

"Kita susul aja yuk? Siapa tau dia mules, atau gimana gitu?" usul Shilla, membuat Via dan Ify mengangguk. Toh guru pelajaran selanjutnya belum masuk, padahal sudah dua puluh menit berlalu. Maka, mereka segera beranjak lalu keluar kelas.

Setiba di toilet, mereka tetap tidak menemukan keberadaan Keke. Semua bilik kosong. Terbukti dengan semua pintunya yang terbuka. Keke tidak mungkin masuk toilet cowok, kan?

"Dimana sih si gembul itu? Coba lo line deh, Fy," saran Via, yang langsung dituruti Ify.

"Nggak masuk. Duh, di mana dia??"

Via dan Shilla ikut menyentuh kening mereka dan berpikir. Kegiatan itu terus saja mereka lakukan, jika saja ponsel Via tak bergetar tanda ada pesan masuk.

Gabriel SP : Hei via, lo d mn? Guruny ud msk

"Siaaaall!! Balik kelas dulu, yuk! Kata Gabriel, gurunya udah masuk."

***

Di tempat lain, Cakka dan Keke tengah asyik menyantap mi ayam di hadapan mereka, tanpa tahu jika di sekolah sana, tiga orang sedang kebingungan dengan nihilnya mereka di sekolah. Tepatnya Keke saja, karena tidak ada yang peduli jika Cakka tidak masuk sekolah.

"Lo beneran nggak apa bolos gini, Ke?" tanya Cakka. Tangannya meraih botol saus sambal, lantaran mi-nya terasa kurang pedas.

"Ngga apa. Sekali-sekali, kayaknya asyik juga. Eh, kalo mau pedes tuh pakenya cabe rawit, bukannya saus sambal!"

Cakka terkekeh. "Terlalu pedas. Gue nggak suka."

Menyebabkan Keke berdecak, namun tak protes lagi. Ia segera menunduk, fokus pada mi-nya. Sebenarnya, kegiatan itu ia lakukan untuk menutupi detak jantungnya yang berdetak lebih cepat. Bolos bersama seorang Leonardo Cakkadila Hansel?! Keke tak pernah tahu ia bisa melakukannya.

"Nanti, tas lo gue suruh bawain Gabriel. Lo ikut ke rumah dia dulu, ngga apa kan?" tanya Cakka, memaksa Keke kembali mendongak.

"Kenapa harus ke rumah Gabriel?"

"Karena tasnya dibawa Gabriel?"

"Lo antar aja gue ke sekolah lagi. Ntar kan bisa ketemu Gabriel di sana. Lagipula, sopir gue juga jemput di sekolah."

BACK HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang