Empat Puluh

373 22 1
                                    

"Untuk alasan yang sama."

"Alasan yang sama seperti Gabriel dulu?"

"Sepertinya aku terlalu banyak berhutang..."

Istri Dana menepuk-nepuk pundak Dana, menenangkan.

"Sudahlah, toh Alvin sudah ketemu. Gabriel baik-baik saja. Mereka pasti bisa, Sayang."

"Ya.. Sekarang kita berhutang 35 juta pada Derek Hansel," gumam Dana.

***

Satu minggu kemudian, semua berjalan kembali seperti biasa.

Alvin, Gabriel, Cakka, dan Rio sudah kembali bersekolah setelah menghilang selama seminggu tanpa kabar. Rentetan tugas dan ulangan susulan menanti, membuat ketiga lelaki tampan itu harus bersabar mendengar ocehan si baby face,  Rio.

"Lagian ngga ada yang nyuruh elo ikutan bolos sama kita, cuy," desah Cakka lelah. Rio memelototinya, menyebabkan Cakka segera kembali pada ekspresi semula. Kemudian mereka tiba di kelas. Via langsung berlari mendekat lalu memeluk Gabriel.

"Ek-hem. Pajak jadian jangan lupa," ucap Cakka dengan iseng. Keningnya langsung dijitak oleh Gabriel, namun sebuah senyum bahagia tersungging di wajah Gabriel itu.

"Lo kan sudah kaya. Ngapain minta sama gue?" tutur Gabriel dengan wajah polos. Cakka memberengut sebal, dan Gabriel langsung sadar ia telah salah memilih topik. Apalagi, seminggu ini Cakka menginap di rumahnya.

"Ah, ya udah, nanti pergi, bayar sendiri. Easy," sela Alvin, lalu meninggalkan mereka ke bangkunya. Ia langsung diikuti Keke, Shilla, dan Ify yang dari tadi ada di belakang Via. Tapi Ify tidak jadi mengikuti, karena lengannya keburu ditarik Rio.

"Nanti kumpulin anak-anak yang ikut festival. Latihan perdana."

Itu saja, lalu Rio menarik tangan Ify ke bangkunya. Mereka segera bergabung bersama Keke, Shilla, dan Alvin.

"Aaahh.. Oke, pasangan baru. Selamat bersenang-senang," pamit Cakka. Ia datang tanpa tas, jadi dengan santainya ia langsung pergi meninggalkan kelas. Gabriel dan Via menatap kepergiannya dalam diam.

"Via?"

"Hm?" balas Via seraya menggandeng Gabriel mendekati bangku mereka.

"Makasih, ya. Udah mau terima gue. Gue janji, gue ngga akan pergi-pergi."

Via mengangguk. Memang, setelah mengetahui kondisi Gabriel yang sebenarnya, terutama soal adanya Sova... Via langsung menembak Gabriel menjadi pacarnya. Gabriel setuju sih, tapi ia merasa tak enak. Seolah Via hanya mau padanya agar Sova bisa pergi. Jadi, semenjak resmi empat hari yang lalu, Gabriel memang terus mengucapkan kata sejenis yang tadi.

"Lo memang ngga boleh pergi. Logan, Elvian, sama Sova aja yang pergi," lirih Via setelah memastikan tidak akan ada yang mendengar ucapannya. Barulah setelah itu ia bergabung dengan semua sahabatnya.

***

Rooftop.

Cakka selalu kesini jika ia butuh ketenangan, atau kabur dari realita. Chelsea juga disini, menyuapi Cakka sarapan nasi goreng buatannya sendiri.

"Jadi, seminggu ini kakak ngga pulang?" tanya Chelsea.

"Hmm.. Papa mama masih di rumah, males gue. Perhitungan amat sama anak sendiri," ujar Cakka dengan ketus. Ia menerima saja suapan dari Chelsea. "Lo ngga makan?"

"Udah kok, tadi di rumah." Jeda sejenak. "Mungkin mama Kak Cakka emang kangen kakak," lanjut Chelsea dengan perlahan, takut membuat Cakka meledak. Untungnya, lelaki itu tidak meledak. Hanya menggeram kesal.

BACK HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang