Sepuluh

884 43 0
                                    

"Logan!! Tahan emosi lo dikit, kek!!" sentak Cakka, mendorong tubuh Gabriel -atau sekarang Logan- membentur dinding.

Kemudian lelaki berambut merah itu menoleh ke arah Rio sambil menghela nafas. Telunjuknya menunjuk pada sahabatnya itu dengan geram. "Lo juga!! Tahan emosi lo dikit dong, apalagi ada Gabriel! Ada banyak orang yang nggak tahu! Bahaya tau nggak?!"

Rio hanya menggumam malas. Toh ia tidak sepenuhnya salah. Ia hanya membuat Logan keluar lebih cepat. Tapi.. Kalau Logan keluar, berarti Gabriel juga sangat marah, kan? Jadi apa salahnya? Rio berdecih.

"Tadi itu banyak orang. Lo mau kalo Gabriel ngambek gara-gara ada orang lain yang kenal elo?" tanya Cakka pada Logan.

Logan tak membalas, justru maju dan mencengkram kaus yang dikenakan Cakka. Cakka tak masalah, ia justru memandang balik mata Logan yang memancar dingin.

"LOGAN! Gabriel suka sama Via. Emang lo nggak tau?" tanya Alvin santai. Lelaki kurus itu langsung bergabung bersama kedua sahabatnya. Pelan, dilepaskannya tangan Logan yang mencengkram kaus Cakka.

Logan memang melepaskan Cakka, namun ia berbalik mencengkram kaus Alvin. "Terus, kalo Gabriel suka sama Via, apa hubungannya sama gue, Jonat??"

"LOGAN!" seru Cakka dan Rio panik. Keduanya langsung mendekat, namun tangan Logan yang bebas mendorong mereka menjauh.

"Lo.. Lo bisa bikin Via ilfeel sama Gabriel, Logan. Tadi, baru aja mereka akrab," jawab Alvin.

Logan mendecih sinis. "Gabriel nggak marah sama si Via Via itu. Dia marah sama tiga lainnya yang buang-buang energi itu!"

"Santai, Gan.. Tenang dulu.. Ini cuma masalah sepele, kok.." ujar Alvin, tersenyum lembut. Tangan Logan yang mencengkram kausnya ia longgarkan perlahan, namun Logan mencengkramnya balik.

"SEPELE LO BILANG?!! Kita tuh udah buang waktu, uang, tenaga. Kue itu failed!"

Logan mendorong tubuh Alvin menjauh. Tepat di dada, membuat Alvin oleng seraya menyentuh dadanya. Rio segera mendekati Alvin, sedangkan Cakka mendekati Logan.

"Logan, tolong bilang sama Gabriel kalo kita bisa ngatasin itu, oke? Sekarang tolong suruh Gabriel keluar, ya?" pinta Cakka dengan nada menyuruh.

Logan mengeraskan rahangnya, namun ia segera memejamkan matanya. Ketika mata itu terbuka, tatapannya sudah berubah lebih lembut. Gabriel telah keluar. Cakka menghela nafas lega, lalu memberikan segelas air untuk diminum sahabatnya itu.

"Thanks, Cak. Umm, Al, kamu nggak apa?" tanya Gabriel. Ia melangkah mendekati Alvin yang masih mengatur nafasnya, setelah menghabiskan segelas air dari Cakka tadi.

Alvin mengangguk. "Aku nggak apa. Empat cewek di dalam sana yang apa-apa."

Gabriel lantas menggaruk tengkuknya, lalu melirik Rio. Yang dilirik melengos.

"Iya iya, ayo kita minta maaf bareng."

***

"Enak aja. Lo udah bikin Ify nangis, dan dengan gampangnya lo minta maaf sama kami?!" sentak Via. Ia berdiri di depan ketiga sahabatnya, menghalangi Gabriel dan Rio menatap mereka.

Mata Gabriel sontak menyiratkan luka saat itu. Namun ia tetap tersenyum. "Sorry. It's not me, ladies. I'm truly sorry..."

Rio mendesah. "Udahlah. Kita bikin aja yang baru."

"Tuh! Gitu aja kan gampang. Nggak perlu pake emosi, apalagi jambak rambut Ify!!" seru Via, telunjuknya menuding wajah Gabriel.

"Vi, tolong maafin Gabriel. Kalian juga, Fy, Ke, Shil. Plis ya??" pinta Alvin. Wajahnya sedikit memucat akibat rentetan emosi barusan.

BACK HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang