Vee senang antusiasme pembaca meningkat. Akhir-akhir ini banyak notif nangkring di akun Vee. Jadi, sebagai hadiah, nih Vee kasih kisah Alvin dkk lagi hehehe...
Semoga suka dan terus baca yaa!!
***
Via, Shilla, dan Ify tiba di UKS. Yah, ternyata teman-temannya tadi kabur ke UKS. Ketiganya langsung mendekat, lantas menatap Cakka yang masih tampak badmood.
"Udah lagi, Cak. Lupain aja," tutur Keke. Gadis itu memberanikan diri untuk mengelus punggung tangan Cakka, dan syukurlah Cakka tidak menolaknya.
"Ngomong-ngomong, Gabriel di bawa Rio ke mana?" tanya Cakka sambil menatap Alvin dengan alis mengerut.
Alvin membalasnya dengan bahu terangkat. Lantas, ia beralih menatap tangan Keke yang masih mengelusi punggung tangan Cakka, membuat Keke malu dan menarik tangannya.
"Kenapa di tarik, atuh, Ke? Lanjutin aja, lagi," ujar Alvin yang membuat Keke semakin malu. Pasalnya, kini ketiga sahabat Keke pun ikut tersenyum menggoda padanya.
"Udahlah, itu pertanyaan Cakka di jawab dulu, Al," ucap Keke salah tingkah. Pipinya memerah, hingga Cakka terkekeh dan mencubit pipinya itu.
Ccssss...
Seperti ada yang meremas jantung seseorang sekarang.
"Rio bawa Gabriel ke tempat aman lah pokoknya. Mereka nge-date," jawab Alvin sekenanya.
"Hah? Nge-date? Gabriel hombreng sama Rio dong, Al?" tanya Via. Ekspresinya sungguh terkejut, dengan mata membulat sempurna dan mulut menganga lebar.
"Kemarin tuh dia nembak gue! Jadi, sebetulnya dia hombreng?!"
Sedetik kemudian, Via menutup mulutnya. Ia keceplosan! Padahal ia telah berjanji pada Gabriel untuk merahasiakannya, setidaknya hingga ia memberi jawaban. Tapi kini...
"Serius? Gabriel nembak lo, Vi?"
"Terus lo jawab apa, Vi?"
"Terima aja, Via. Gabriel cinta mati ama lo kok."
"Iiihhh sobat gue ada yang suka nih ternyata. Mantap, mantap, Vi!"
"Aduuhhh.. Malu nih gue! Diem-diem aja ya kalian. Gue belum jawab soalnya," jawab Via sebal. "Ntar dia marah lagi kalo gue udah keceplosan ke kalian."
"Wahh.. Dia aja ngga ada cerita ke gue sama sekali lho, Vi," kekeh Alvin. "Nggak nyangka gue dia berani juga."
"Udah udah ah. Gue keluar aja!!"
Tak ada yang berniat menghentikan langkah Via. Mereka membiarkan saja gadis itu memutihkan kembali pipinya yang memerah itu. Via pun mendesah lega. Ternyata, sahabat-sahabatnya itu mengerti dirinya.
Sambil membungkus pipinya dengan telapak tangan, Via melangkah tak tentu arah. Berhubung bel masuk sudah berbunyi tiga menit yang lalu, koridor pun sepi. Syukurlah, UKS tidak berlokasi satu gedung dengan ruangan kelas. Jadi, tak ada yang akan protes jika Via masih berkeliaran.
Langkah kaki Via membawanya ke taman belakang sekolah. Gosipnya, taman itu memiliki pagar invisible untuk siswa-siswa yang suka minggat. Dan siswa suka minggat itu adalah siswa nakal di sekolah ini. Tapi Via tak takut. Gadis itu tetap melangkahkan kakinya menuju bangku di bawah pohon rindang.
Saat baru saja duduk, tiba-tiba telinga Via menangkap suara orang berbincang. Awalnya Via tak berniat menguping, namun saat telinganya mendengar sebuah nama, Via berubah pikiran. Ia memasang telinganya tajam-tajam.
"Cakka pasti bisa ngatasin masalahnya sendiri, Gan. Mikha doang itu kecil."
"Lo nggak tau. Gue nggak kenal siapa itu Cakka, yang gue tau, Leo itu membuat Gabriel marah. Bodoh," desis suara orang yang kemarin menembak Via. Iya, suaranya Gabriel.
"Gabriel nggak marah karena Cak- oke, Leo. Gabriel hanya mau membela Leo. Paham, Logan?"
"Nggak, gue nggak paham. Jelas-jelas Gabriel marah. Itu karena-"
Kalimat selebihnya tidak lagi diperhatikan oleh Via. Via hanya fokus pada nama yang disebut oleh sosok mirip Gabriel itu. Ya memang Gabriel. Tadi dia sendiri melihat Rio menyeret Gabriel pergi. Tapi... Mengapa Gabriel menyebut namanya sendiri seolah ia menyebut orang lain? Via tak paham.
"Intinya, sekarang lo kembalikan Gabriel dulu. Bisa, Logan? Alv- Jonat pasti butuh Gabriel."
Telinga Via kembali menangkap suara Rio. Kembalikan Gabriel? Memangnya kenapa? Tanpa sadar, Via melangkah mendekati kedua lelaki itu.
"Rio? Gabriel? Yang lain nyariin kalian loh," ujar Via sesantai mungkin. Tak lupa ia menyunggingkan senyum terbaik pada dua lelaki itu.
"Vi? Ngapain lo di sini?" balas Rio dengan nada berkesan sengit yang berusaha disembunyikan. Tapi tentunya, Via tak masalah. Yang jadi masalah adalah balasan Gabriel, "Lo Via, kan? Yang disukain sama Gabriel itu?"
Kini Via terperangah. Sepertinya, orang di hadapannya memang bukan Gabriel. Dengan canggung, ia menyodorkan tangan kanannya.
"H- hai.. Gue Natavia Allena Putri, bisa panggil Via. I-iya, Gabriel suka sama gue."
Namun, Gabriel tak membalas salam Via, justru menatap Via aneh dari atas sampai bawah. Membuat Via tersenyum canggung lantas menarik kembali tangannya, sedangkan Rio berdeham.
"Gan, balik gih."
"Gan?"
"Logan. Namanya Logan," jelas Rio, membuat Via mengangguk dengan sorot tak mengerti. Sedetik kemudian, sorot mata Via berubah jadi kaget tak terkira saat orang yang baru saja di sebut bernama Logan itu justru menggoyangkan tangannya di depan wajah Via.
"Vi? Lo kok bisa di sini sih?"
Yang jelas, orang ini Gabriel, bukan Logan. Tapi, Via tak melihat Logan pergi atau pun Gabriel datang. Jadi...
***
Sampai saat pulang sekolah pun, Via masih memikirkan peristiwa tadi. Bagaimana Logan dan Gabriel yang berfisik sama namun sikap berbeda. Oh, menurut keterangan Shilla dan Keke tadi, Gabriel dan Logan itu memang orang yang sama. Alias, mungkin saja Gabriel mengidap penyakit kepribadian ganda, seperti yang ada di film Split itu. Yang tempo waktu di tonton Ify dengan segenap hati.
Padahal, Via sudah memutuskan untuk menerima cinta Gabriel. Tapi, ternyata Gabriel punya rahasia. Sepertinya. Dan rahasia itu berat. Via jadi bimbang....
Alhasil, Via pun mencueki chat dari Gabriel sejak tadi. Biar saja. Gabriel saja tidak memberikan pernyataan apa pun tentang apa yang terjadi tadi siang, bukan salah Via dong kalau Via bingung dan akhirnya jadi malas meladeni Gabriel.
Huh.
Via menutup wajahnya dengan bantal, dan tiga menit kemudian jatuh tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK HOME
Teen FictionBagaimana jika seorang pengidap Double Identity Disorder dan pengidap lemah jantung adalah sepasang saudara kembar? Bagaimana jika mereka berteman dengan seorang perfeksionis dan seorang yang super slengean dan tak peduli aturan? Apa jadinya jika me...