Halooo....
Vee mau mengumumkan bahwa Somewhere In The U.S, karya baru Vee yang ikut dalam WWF masuk dalam The Choice's Candidate, yang bisa dicari melalui reading list akun @wattpadindo
Vee mengundang kalian, pembaca setia Back Home, untuk ikut membaca SITUS :)
Terima kasih,
Selamat membaca.***
Satu bulan kemudian.
"HAHAHHAHA!"
Alvin tertawa puas usai Keke secara tidak sengaja menabrak pintu kelas. Yang diketawai kini sedang mengelus jidatnya sembari mengomeli siapapun itu yang menutup pintu sembarangan selagi ia berjalan masuk kelas.
Tak mengomel lama, Keke bergegas berjalan mendekati meja Alvin, masih mengelusi jidatnya. Jam istirahat baru saja berakhir, tapi gurunya belum datang. Makanya Keke segera bergabung dengan Alvin, Gabriel, serta Via disana.
"Enak, Bu, nabrak pintu?" ledek Via, membuat tawa Alvin semakin keras.
BUG.
"Hoiii?!!" protes Alvin saat lengannya ditabok Keke, menyebabkan Gabriel menoleh secara otomatis ke arahnya.
"Ke, ingat, ya. Tidak kekerasan fisik," tutur Gabriel dengan wajah serius yang direspon Keke dengan helaan nafas.
"Iya, iya. Gue kan cuma pelan, kali, Gab," sungut Keke sambil menggeser paksa Via agar berbagi kursi dengannya. "Nanti jadi pergi double date?"
Bertepatan dengan itu, Rio dan Ify memasuki kelas. Rio berjalan ke arah mereka sementara Ify menyempatkan diri berteriak di depan kelas, "JAMKOSSS!!!"
Lalu, seisi kelas pun bubar lagi keluar akibat pengumuman Ify tadi. Beberapa lagi menggerombol di satu sudut, mengobrol tidak jelas.
"Siapa double date?" tanya Rio setibanya ia di meja Alvin. Dengan polos, Alvin menunjuk dirinya sendiri dan Gabriel.
"Hah?! Lo udah pacaran sama Keke?!!" seru Ify dengan volume toak, membuat Rio membekap mulutnya dengan sadis. "Mmpphhhh- mmmm...."
Rio segera melepaskan mulut Ify sembari berkata, "Makanya, Sayang, jangan berisik."
Kali ini, tidak ada lagi yang meng-ciye-kan panggilan Rio untuk Ify, tak seperti kali pertama dua minggu yang lalu.
Ify mengerucutkan bibir, lantas kembali menghadap teman-temannya. "Ngajakin, kek, kalo nge-date."
Lalu semua mata tertuju pada Rio. Mesko tak lagi sekaku dulu soal jadwalnya sendiri, tapi Rio tetaplah Rio.
"Aku takut ngga selesai belajarnya, Sayang. Besok kan ulangan Biologi, aku ngga jago hafalan," ujar Rio dengan nada terkalem yang ia bisa.
Namun Ify tak menghiraukan, dan justru menarik Shilla yang baru saja masuk. "Ato aku date sama Shilla aja?"
Membuat Rio mengernyit tak suka. Meskipun sesama perempuan, tapi Rio tidak suka jika Ify pergi dengan konsep date jika tidak dengan dirinya.
"Ah, yaudah, yaudah. Tapi ngga lama-lama!"
Ify tersenyum puas. Kemudian ia tersentak menyadari Shilla tak punya pasangan. Cakka juga.
"Shil? Ikut ngga?" tanya Ify, yang langsung digelengi Shilla.
"Gue belajar aja," ucapnya, lalu berlalu, duduk di bangkunya sendiri.
Tanpa sadar, mata Alvin mengikuti arah berjalannya Shilla. Ia merasa aneh karena Shilla seolah menarik diri dari mereka semenjak satu bulan yang lalu, tepatnya saat ia dan Keke mulai dekat. Namun, Alvin putuskan tidak ambil pusing.
".. ketemu disana langsung, ya?" Via berucap seraya menumpukan satu lengannya di bahu Ify.
***
Pulang sekolah tiba. Sesuai kesepakatan tadi, kini Rio tengah menyetir mobilnya mengikuti mobil Gabriel di depan. Ify duduk di samping Rio, menyalakan musik. Keduanya berkendara sambil menyanyi-nyanyi.
Di mobil depan, Via memilih duduk di belakang bersama Keke. Kedua gadis itu berbisik-bisik mengenai sesuatu yang tak dapat didengar si kembar.
"Ngomongin apa sih lo dua? Suara lo dengung kaya lebah," sungut Gabriel, disusul tawa kedua gadis. Keduanya malah makin berbisik, membuat Gabriel kesal.
"Al, nyalain radionya."
Alvin menurut. Alhasil, mereka membiarkan radio itu berbicara sendiri selama sisa perjalanan. Si kembar itu tak banyak berbicara, hanya fokus pada jalanan di depan mereka.
***
"Nanti ketemu satu jam lagi, makan bareng?" tanya Keke memastikan. Melihat dua pasangan lain sudah mengangguk setuju, mereka pun berpencar. Tanpa malu, Keke menggandeng Alvin menelusuri area mall ini.
"Lo mau lihat apa?" tanya Keke.
"Lah, biasanya lo yang suka liat-liat, kan? Cewe kan gitu, gue sih ngikut aja," jujur Alvin, membuat Keke bersiul senang.
"Oke! Tapi kalo lo capek, lo bilang ya!"
Melihat Alvin mengangguk, Keke bergegas menarik lelaki itu memasuki salah satu toko pakaian.
Keluar dari toko itu, Keke menarik Alvin ke toko pakaian berikutnya, begitu terus hingga satu jam. Canda tawa dan obrolan manis menghiasi mereka berdua.
***
"Kapan sih, Alvin nembak Keke?" tanya Via sembari bergelayut di lengan Gabriel. Mereka tak memasuki toko apapun, hanya berjalan lurus di lorong. Sesekali berhenti di depan etalase dan mengagumi benda-benda lucu yang dipajang.
"Kenapa? Keke nanya?" tanya Gabriel balik, teringat bisik-bisikan mereka di mobil tadi. Gabriel melirik Via dan melihat gadisnya itu mengangguk samar.
"Yah suruh aja Keke nembak duluan kalo dia ga sabar? Gue mana tau isi otak Alvin?"
BUG.
"Aw, Via," ringis Gabriel, menyentuh lengannya yang baru saja dipukul Via. Lalu, ringisannya berubah jadi tatapan serius.
"Sebenernya gue tau sih apa yang mau dia lakuin. Tapi, bukan hak kita kan, Vi, buat tau duluan? Keke berhak taunya dari Alvin aja," tutur Gabriel seraya merangkul Via mendekat. Ucapan Gabriel itu membuat Via terdiam. Benar juga.
***
Satu jam kemudian, ketiga pasangan itu telah duduk manis di rumah makan yang telah disepakati. Secara mengejutkan, Cakka juga telah berada disana.
"Ngapain lo, Cak?" tanya Ify yang tiba paling terakhir. Ia duduk di antara Cakka dan Rio, karena Rio paling benci duduk di tengah-tengah orang cerewet.
"Ya, masa lo pergi gue ngedekam di rumah?" sungut Cakka sembari menyibak rambut merahnya ke belakang. "Abis main ke rumah Chelsea. Bosen ah."
"Lagian lo bolos sih. Sekolah mahal-mahal, lo bolos," sembur Rio dari samping Ify, membuat Cakka melempar sedotan padanya secara otomatis. "Hoi!"
"Udah, udah. Pesen ayo," lerai Alvin. Bersamaan dengan itu, Keke dan Via mengoperkan buku menu pada Rio dan Ify. "Kami udah nulis pesanan. Tinggal lo berdua sama Cakka."
"Cakka milih lama sih, kaya perawan."
Entah mengapa, Gabriel jadi ingin ikutan Rio meledek Cakka. Mungkin efek dirinya duduk tepat di hadapan Rio. Gabriel tertawa melihat wajah masam Cakka.
"Al, lo udah tulis tanpa micin?" tanya Keke tiba-tiba.
"Udah. Auto kok tangan gue," kekeh Alvin.
Entah mengapa Via jadi mengamati interaksi keduanya selagi Gabriel mengobrol santai dengan Rio serta Ify memilih menu bersama Cakka. Keke dan Alvin manis, mereka tampak serasi.
Gara-gara pertanyaan absurd Keke tadi, Vi, lo bisa bantu tanya Gabriel ngga? Kira-kira dia tau ngga Alvin mau nembak kapan?, Via jadi penasaran apa yang direncanakan kembaran pacarnya itu.
Apapun itu, semoga yang terbaik untuk Keke. Karena Via tahu, Keke sudah berhasil move on sepenuhnya dari Cakka hanya satu minggu sejak ia dekat dengan Alvin. Alvin benar-benar berhasil mencuri hati Keke, entah apa yang dilakukan kembaran pacarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK HOME
Teen FictionBagaimana jika seorang pengidap Double Identity Disorder dan pengidap lemah jantung adalah sepasang saudara kembar? Bagaimana jika mereka berteman dengan seorang perfeksionis dan seorang yang super slengean dan tak peduli aturan? Apa jadinya jika me...