Tiga Puluh Enam

635 33 1
                                    

Kini sudah empat hari pasca kejadian di lapangan itu.

Sudah empat hari pula, Gabriel perang dingin dengan Ify. Maksudnya, lelaki itu menghindari Ify di setiap kesempatan.

Sekarang juga genap empat hari, Via mengetahui penyakit Alvin. Dan sekarang genap empat hari pula lelaki itu tidak masuk sekolah.

"Gimana kondisinya?" tanya Via pada Rio, merujuk pada Alvin. Rio pun melirik sekilas, lalu bergumam, "Lumayan."

"Nanti lo pada jenguk?" bisik Shilla yang berdiri di samping Via. Pertanyaannya itu diangguki Rio.

"Lihat - lihat apa Cakka ada jadwal nge-date," balas Rio. Shilla dan Via pun mengangguk paham. Keduanya segera kembali ke bangku masing - masing.

"Ngomong apaan sama Rio?" tanya Keke setiba Shilla dan Via di bangku mereka. Ify juga ikut mendengarkan.

"Nggak apa," kekeh Via, "Kantin yuk!"

***

"Kak Cakka, mama nanyain kakak loh. Katanya, mama kangen kakak."

Cakka meneguk ludahnya demi mendengar kalimat itu dari mulut Chelsea.

"Tapi kalo ngga bisa, atau kakak ngga mau, nanti Chelsea bilang sama mama aja," tambah Chelsea saat melihat raut gugup di wajah Cakka.

"Ngga apa, oke. Nanti gue ke sana," ujar Cakka lirih, "Gue pergi dulu."

Chelsea menatap saja kepergian Cakka dalam diam.

***

"Gue nanti ke Chelsea dulu. Lo pada duluan aja."

Semua mata menatap Cakka. Benak mereka menampilkan wajah seorang gadis kelas sepuluh yang dulu sempat sangat dekat dengan lelaki berambut merah itu.

"Lo balikan sama Chelsea?" tanya Gabriel sambil terkekeh.

"Gue ngga pernah pacaran, sial. Lagian gue cuma anggap dia adik, gue nyaman dekat dia."

"Berarti lo suka sama dia, bodoh!" kekeh Via, "Jangan sembunyi di balik topeng brother zone. Lo aja udah lama ngga main sama Chelsea."

Fakta itu memang benar. Kedekatan Cakka dan Chelsea pastinya telah dilupakan, karena kini Cakka sudah dekat dengan orang lain lagi.

"Ah, lo ngga usah ikut campur. Lo aja jomblo mulu gitu," hina Cakka. Sedetik kemudian, lelaki itu menepuk wajahnya, menyesali hinaannya itu demi melihat wajah Via yang berubah murung serta wajah Gabriel yang mengeras. "Eh, ngga gitu, Vi. Canda, kok, canda."

Via mengulas senyum tipis, lantas mengibaskan tangan dengan santai.

***

Jam pulang sekolah akhirnya tiba. Dengan semangat, semua siswa berhamburan keluar kelas, termasuk Via dan kawan - kawannya. Rio yang keluar duluan mendahului lainnya sambil berteriak, "Buruan atau gue tinggal!" sudah tidak kelihatan lagi saat Via, Ify, dan Shilla tiba di parkiran.

"Kemana sih itu cowok?" dengus Ify sambil mengedarkan pandang.

Untunglah tak butuh waktu lama karena Rio telah muncul bersama mobilnya di hadapan ketiga gadis itu.

"Lama banget sih kalian. Kaya siput aja jalannya pelan," hina Rio. Ia mengedik, menyuruh ketiganya masuk. Ketiganya mengedik kesal, namun masuk juga. Belum sempat Ify menutup pintu, Rio kembali berucap, "Depan dong. Emangnya gue supir Gocar?"

"Depan gih, Fy," bisik Via dan Shilla yang sudah duduk nyaman. Ify melotot, namun akhirnya ia menurut. Ia duduk di samping Rio dengan wajah tertekuk, mengabaikan Rio yang mengulas senyum kecil. Mobil itu pun melaju.

BACK HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang