Senyuman lega memenuhi ruangan ICU. Mereka masih tak percaya pada keajaiban yang terjadi satu jam yang lalu, dimana Alvin akhirnya membuka mata.
Di luar pintu, seseorang juga tersenyum lega, bahkan menghembuskan nafas dengan keras. Orang itu kemudian segera pergi setelah menyadari seseorang di dalam ICU hampir menyadari kehadirannya.
***
"Kenapa sih lo ngumpet-ngumpet sama Alvin?" tanya Dr. Agni tanpa menatap subjek yang diajaknya bicara. Penyebabnya, ia sedang sibuk merapikan berkas pasien.
"Gue itu udah dilupain, gue udah bukan bagian dari mereka lagi," balas satu-satunya orang lain di ruangan Dr. Agni. Keponakannya, Bashilia Renata.
"Dilupain apaan? Itu cuma ada di pikiran lo doang," cibir Dr. Agni tak percaya.
"Memang gitu, karena mereka semua udah saling pacaran. Malah Alvin juga udah pacaran sama Keke," ujar Shilla sendu. "Gue doang yang nggak pacaran."
"Emangnya si Cakka itu pacaran juga?" tanya Dr. Agni. Ia melirik Shilla sebentar sebelum melanjutkan aktivitasnya merapikan berkas.
Shilla menggeleng sebagai jawaban meski ia tahu Dr. Agni tak dapat melihatnya. Maka dari itu ia menambahkan, "Cakka mana mungkin suka sama gue? Dia itu banyak yang ngantri di sekolah. Jadi ya daripada terusir gue aja yang ngejauh."
"Nah," Dr. Agni menoleh, menatap Shilla intens. "Itu lo ngaku kalo lo yang kabur. Come on, jangan sampe nyesel."
Shilla menunduk, tak mampu menyanggah. Ya, ia memang kabur! Secepat kilat Shilla berdiri lalu berpamitan dan keluar dari ruangan dokter spesialis jantung itu.
***
Dua hari kemudian
Alvin tertawa mendengar celotehan Keke dan Via, sementara Gabriel berada di sisinya membawa semangkuk bubur.
"Aku udah takut banget kalo kamu nggak bangun lagi, tahu?" ucap Gabriel sembari menyodorkan sesendok bubur yang langsung dilahap Alvin.
"Buktinya aku bangun kan?" kekeh Alvin dengan santai. "Oh ya, Cakka gimana?"
"Belum bisa dihubungin," jawab Gabriel, terdengar sedih dan khawatir. Karenanya Alvin menggerakkan tangannya, menepuk-nepuk punggung tangan Gabriel menenangkan.
"Aku rasa kalo balik sini nanti juga dia bawa kabar baik," senyum Alvin, lalu melahap suapan bubur terakhirnya.
"Ya, semoga aja," gumam Gabriel. "Via, kita mau berangkat jam berapa?"
"Kalian ngapain?" tanya Keke, menatap Gabriel dan Via bergantian.
"Rapat pensi. Lo pacaran aja dulu sama Alvin," ucap Gabriel sambil membantu kembarannya minum.
***
Satu jam kemudian, tinggallah Alvin dan Keke berdua di kamar rawat Alvin. Keduanya terdiam canggung, hanya saling menatap tanpa mengatakan apa-apa.
Suasana tetap seperti itu hingga beberapa menit kemudian, hingga Alvin merasa gerah dan gatal ingin berbicara.
"Keke.." panggilnya. Bibirnya yang bergerak lirih berhasil membuat Keke mengerjap dan berdiri seolah siap melakukan apapun.
"Apa? Perlu apa?" tanya Keke cepat dengan nada yang terdengar nyaris panik. Tapi gadis itu berangsur tenang dan duduk kembali kala tangannya digenggam Alvin.
"Maaf ya, gue nggak jadi cowok yang bertanggung jawab buat lo," senyum Alvin. Ia mengelus-elus punggung tangan Keke dengan gerakan lemah.
"Hah? Ngga kok," tolak Keke pada pernyataan Alvin. "Gue senang lo kembali," jujur Keke seraya memberikan senyum terbaiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK HOME
Teen FictionBagaimana jika seorang pengidap Double Identity Disorder dan pengidap lemah jantung adalah sepasang saudara kembar? Bagaimana jika mereka berteman dengan seorang perfeksionis dan seorang yang super slengean dan tak peduli aturan? Apa jadinya jika me...