Suasana dalam mobil hitam keluaran Jepang itu cukup mencekam. Dengan bodohnya, Cakka dan Rio membawa Gabriel alias Logan yang sedang mengamuk menuju mobil Rio.
"LOGAN!!" seru Cakka dengan nada marah. Ia menahan lengan sahabatnya itu dari sisi kanan, sementara Rio dari sisi kiri.
"Bisa lo panggil Gabriel? Alvin terluka, dia butuh Gabriel," ucap Rio dengan nada yang berbanding terbalik dengan Cakka.
"Alvin? Huh, gue nggak kenal dia!" elak Logan sambil tetap berusaha membebaskan diri dari cengkeraman Rio dan Cakka. "Argh! Lepaskan gue!"
"Jonat, Logan! Jonat butuh Gabriel!"
Tubuh Logan membeku sejenak mendengar nama Jonat disebutkan. Tapi tak lama, lelaki itu kembali memberontak.
"Gue belum selesai ngehajar orang yang melukai Jonat!"
"Logan! Apa ada kepribadian baru di antara kalian?"
Rio langsung mendapat pelototan heran dari Cakka setelah pertanyaannya itu terlontar. Tapi Cakka pasrah saja, karena memang kepribadian aneh itu belum pernah dipertanyakan identitasnya.
"Aaaaabe! Huft, dia sungguh pengecut. Kerjanya hanya berteriak," ketus Logan. Kemarahannya tampak mereda, seiring dengan Rio dan Cakka yang mengangguk mendengarnya. Jadi, nama kepribadian itu adalah Abe.
"Bagus, sekarang bisa lo panggil Gabriel?" tanya Cakka sekali lagi.
Kali ini, Logan tak memberontak. Ia malah menatap Cakka dan Rio dengan tatapan takut. Kepalanya menunduk dalam, bahkan ia berhasil melepaskan tangannya dari cengkrama Rio dan Cakka, yang terkejut dengan reaksi ini.
Kedua lelaki itu masih terdiam dan berusaha mencerna. Kejadian seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. Tapi Rio cepat sadar.
"E- Elvian?"
Logan yang telah menjadi Elvian. Itulah dia. Lelaki itu menoleh takut ke kiri, lalu langsung menunduk saat mendapati tatapan tajam Rio.
"Cak, cari Ify. Elvian cuma kenal sama Ify, seingat gue," perintah Rio.
***
Ify mengatur nafas setibanya ia kembali ke UKS. Di tangannya, beberapa bungkus obat teracung dan segera diraih oleh Shilla. Gadis itu segera membaca label obat baik - baik, lalu memilih yang dibutuhkan Alvin.
"Al, minum obat," suruh Shilla. Ia membantu lelaki pucat yang sedang meringis itu menelannya, disusul Via yang menyerahkan segelas air putih dengan sedotan. Alvin meneguknya rakus.
"Lo udah baikan?" tanya Via prihatin. Entah mengapa, tangan Via bergerak mengelus rambut Alvin yang lepek terkena keringatnya barusan. Namun, belum sempat ada yang menjawab, pintu UKS telah dibuka lebar, menampilkan sosok berambut merah yang tampak kelelahan di baliknya.
"FY!" Sosok itu mengatur nafasnya seraya memasuki ruang UKS perlahan, "Ikut gue. We need you."
Ucapan Cakka itu langsung memberi tanda tanya di benak ketiga gadis. Minus Alvin yang telah tertidur akibat obat yang diminumnya barusan.
"Cepat, Fy!"
Tanpa babibu, Cakka menarik Ify bersamanya. Via dan Shilla saling bertatapan, lalu memutuskan tak ingin ikut campur. Keduanya menunggui Alvin.
***
"CAKKA IFY!"
Cakka dan Ify sama - sama menoleh. Keke tampak berlari kecil menghampiri mereka.
"Alvin sama Gabriel kenapa? Aduh, sial banget gara - gara dipanggil kepala sekolah, gue jadi ketinggalan berita," decak Keke setiba ia di dekat kedua temannya.
"Ehm, ngga apa, Ke!" jawab Cakka cepat, "Udah ya, gue dan Ify buru - buru!"
Lalu, begitu saja keduanya meninggalkan Keke. Keduanya segera memasuki mobil Rio.
"Elvian," sebut Cakka, membuat Ify mengerti. Gadis itu segera mendekati Elvian, menggeser posisi Rio.
"Elvian, ini Kak Ify," sapa Ify ramah. Ia mengajak bocah bertubuh remaja itu bersalaman, yang tentu saja dibalas. Bonus senyum lebar pula. "Kamu lagi ngapain?"
"Elvian lapar."
"Suruh dia panggil Gabriel," suruh Rio tanpa pikir panjang, membuat Ify melempar tanya padanya. Rio mengedikkan bahu sebagai jawaban.
"Kenapa Elvian harus panggil Gabriel?" tanya Ify, kali ini dengan suara.
"Lo sih," bisik Cakka kesal, lalu ia nyengir kaku pada Ify, "Lakuin saja, Fy. Lalu lo akan mengerti."
Ify mendelik tak terima. Tapi bagaimana lagi? Akhirnya ia berpaling lagi pada Elvian. "Elvian, kakak mau ketemu Gabriel. Dia ada?"
Elvian menggeleng takut.
"Kalau kamu sudah panggil Gabriel, Kak Ify ajak kamu makan. Gimana?"
Elvian mengerjap, seiring dengan tatapan ketiga sahabat Gabriel itu yang penuh harap. Dan sedetik kemudian, sorot teduh Gabriel telah kembali.
"Ngapain sih? Bosan gue," sungut Gabriel, yang membuat Ify bersiul takjub. Gabriel seketika terkejut mendapati Ify berada di sampingnya. Langsung saja ia lontarkan tatapan tak terima pada kedua sahabatnya.
"Lo kepribadian ganda?"
***
Saat Keke kembali ke kelas ketika bel berbunyi, ia tak mendapati ketiga sahabatnya duduk di bangku, atau di sudut mana pun di kelas itu.
"Eum, Bagas," panggil Keke, "Lo lihat Via sama Shilla nggak?"
Bagas menoleh sambil tersenyum ramah, "Lo ngga tahu? Tadi mereka bawa Alvin ke UKS. Itu yang gue denger sih."
"UKS? Alvin kenapa?" Jantung Keke mulai berdebar panik. Ia jadi mengingat beberapa kejadian yang mungkin jadi penyebab Alvin masuk UKS.
"Sudah minum obat?" tanya Shilla ketika ia, Alvin, dan Keke bersiap menjelahi toko bahan kue. Ia tidak jelas bertanya pada siapa, tapi Alvin mengangguk.
"Yuk, gue kan juga sudah pasang alarm di otak gue nih untuk jadwal berikutnya."
Atau kejadian sebelumnya lagi, dimana Alvin sampai memohon pada Gabriel untuk mengikuti pelajaran olahraga, yang akhirnya berhasil cowok itu ikuti untuk pertama kalinya -meski cuma jogging yang tak mengeluarkan keringat-.
Atau... Saat lelaki itu tahu - tahu sesak nafas dan kedua sahabat lelaki plus kembarannya buru - buru mengeluarkannya dari kelas.
Jujur, Keke tetap tak dapat meraih kesimpulan.
"Yaudah, makasih, Gas. Gue susulin deh," ucap Keke sambil bersiap balik badan.
"Keke, kasih tau teman - teman lo sedivisi ya buat besok ada rapat pensi gabungan," ucap Bagas sebelum Keke menjauh.
Keke mengangguk, lalu buru - buru berlari ke luar kelas. Tapi batal. Karena kedua sahabatnya telah kembali ke kelas dengan wajah tenang.
"Shil! Via! Kalian dari mana?"
"UKS," jawab Via polos. Kemudian, tangan gadis itu keburu ditarik Shilla menuju bangku mereka sehingga Keke terpaksa mengikuti.
"Kenapa?"
"Tadi ada kecelakaan kecil, Ke," jawab Shilla, "Lagian elo ngilang aja. Ketinggalan kan."
"Ify?" tanya Keke lagi, tanpa memedulikan kalimat kedua Shilla. Yah, tadi memang ada hal penting yang harus Keke lakukan.
"Ify sama Cakka," jawab Shilla. Seketika Keke menepuk keningnya, merasa bodoh. Tadi kan dia sudah bertemu mereka.
"Oh iya. Gue tadi papasan sama mereka," kekeh Keke sambil duduk di bangkunya, "Via, kata Bagas, nanti ada rapat pensi."
"Oke. Oh ya, lo kok duduk, Ke? Ngga mau ikut kita balik ke UKS?"
Seketika Keke menimbang. Keningnya berkerut bak memikirkan sesuatu yang maha penting.
"Pelajaran setelah ini kan Kimia.."
"Penting mana? Nyawa temen lo, atau reaksi kimia?"
Saat itu juga, Keke berdiri dan mendahului Via serta Shilla keluar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK HOME
Teen FictionBagaimana jika seorang pengidap Double Identity Disorder dan pengidap lemah jantung adalah sepasang saudara kembar? Bagaimana jika mereka berteman dengan seorang perfeksionis dan seorang yang super slengean dan tak peduli aturan? Apa jadinya jika me...