"Wala Ananda anaknya bapak Benny dan ibu Yeni bangun sekarang juga!!!" suara cempreng milik Karin menggelegar ditelingaku, kesambet jin apa seorang Karin bangun lebih pagi dariku?
Aku akan sangat mengutuknya karena membangunkanku di pagi yang dingin ini, pasalnya semalaman aku dan dia saling curhat makanya hari ini aku malas bangkit dari ranjang.
"Sepuluh menit lagi bel masuk bunyi, gue gak mau jadi anak nakal lagi. Lo puas-puasin aja tidur, tapi jangan harap ya nilai praktik labkom lo bagus. GUE DULUAN!!!" terdengar suara gebrakan pintu yang membuat telingaku pengang, tulang belakangku meminta agar jangan dulu melakukan aktifitas apapun. Aku sangat malas sekali bangkit dari posisiku sekarang, bola mataku masih ingin bersembunyi di balik kelopak mata.
"Wala Ananda!!! Mbo ya kalo ada ujian ya belajar, nilai kamu nol dalam praktik ini!!!" tampang seram milik pak Dudut tiba-tiba muncul dihadapanku.
"Nilai kamu nol!!! Nilai kamu nol!!! Nilai kamu nol!!! Nilai kamu nol!!! Nilai kamu nol!!!" perkataan itu dan wajah pak Dudut selalu mengiang-ngiang didalam mimpiku.
"Aaargh!!!" aku sangat merutuki praktik labkom pagi ini, pasalnya aku sangat benci angka nol dalam apapun itu!.
Dengan amat malas aku bangkit kemudian mencuci muka di wastafel sebelum melakukan ritual mandi pagi.
"Astagfurullah...!" jam yang menempel di dinding menunjukan pukul enam limapuluh tujuh menit yang berarti tiga menit lagi gerbang dan juga labkom ditutup.
Aku bergegas turun menapaki anak tangga, hampir saja aku tersandung oleh kakiku tadi. Tadi bunda sempat bertanya sebelum aku pergi, tetapi aku akan semakin telat bila meladeninya.
Aku minta diantar pak Sopo naik sepeda motor, ya walaupun sepeda motor pak Sopo sudah tidak bertenaga lagi.
Dan kini aku semakin geram dengan pak Sopo yang mengendarainya begitu lelet, ditambah lagi kondisi jalanan yang padat merayap. Hancurlah nilaiku!.
"Pak berhenti didepan!" aku menepuk-nepuk pundak pak Sopo dengan amat gemas. Lalu turun dan bergantian posisi dengannya, sekarang aku yang mengendarainya dan dia sebagai penumpang.
Berkat latihan dengan joki terbaikku kemarin, setidaknya aku bisa mengendarai motor walaupun agak oleng. Tapi saking terlalu gemas, aku memutar gas dan membuat motor kami melaju kencang menembus jalanan.
Jantungku terus memompa darah ke seluruh tubuh, menghasilkan degupan yang amat keras. Aku telah sampai di depan gerbang yang kini telah ditutup, aku tidak berhenti persis di depan gerbang tapi aku masih bisa melihatnya dari sini.
Aku menyuruh pak Sopo untuk segera pulang, dan dia terlihat tegang dengan insiden tadi. Dan sekarang aku harus memikirkan bagaimana caranya agar bisa masuk ke dalam.
Pak satpam membukakan pintu gerbang, ada mobil disana. Aku bergegas lari menuju mobil itu lalu ikut masuk dengan bersembunyi dibaliknya agar pak satpam tidak mengetahuiku.
"Huh lega!" aku mengehela nafas untuk saat ini, tapi untuk urusan di labkom itu lain lagi.
Aku menutup lokerku dengan grasak-grusuk tidak karuan, pasalnya aku tidak membawa modul labkomku. Aku tidak tahu apa jadinya nanti kejadian tadi membuatku haus, makanya aku pergi ke kantin untuk membeli air mineral sebelum masuk ke kelas.
Aku terlalu santai sekarang, jam di tanganku sudah menunjukan pukul tujuh lewat duabelas menit dan nilaiku berkurang dua belas poin.
Bruk...
Aku menabrak seseorang sehingga menyebabkan kami terjatuh, aku bagngkit lalu mengulurkan tangan untuk membantunya bangkit.
Aku seperti mengenalinya, dia orang yang amat kukenali. Tapi aku sedikit lupa dengannya. Dia mendongak memperlihatkan pupil mata tajamnya, aku tahu tatapan itu. Aku sempat terpaku diam di tempat, dia pun sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intertwine Of Us [COMPLETED]
Romance[Revisi setelah extra chapter] Awalnya dia adalah temanku, teman terbaikku. Tapi setelah status kami sebagai teman, kini dekat menjadi sahabat. Lalu kini status sahabat itu mengantarkanku pada perasaan yang sesungguhnya, aku memungkiri hal itu. Seti...