'24

500 30 0
                                    

"Halo!" aku menempelkan ponsel di telingaku.

"Pagi cantik!" suara ceria kak Melan membuatku lebih bersemangat pagi ini.

Sejak bertemu dengan kak Melan aku sudah merasa ada kesamaan dengannya, jujur aku suka dengan kepribadiannya yang supel, mudah akrab, periang, dan asik kalau diajak mengobrol. Dan satu hal yang menarik, dia adalah seorang angkasawati. Profesi itu yang sangat kucita-citakan.

Sudah banyak daftar kegiatan yang sengaja kami buat untuk menghabiskan waktu bersama, dari mulai belanja, main, pokoknya segala aktifitas yang sekiranya bisa membuat hubungan kami semakin dekat.

"Oh gitu, nanti aku usahain deh" aku menutup telepon secara sepihak karena jam sudah menunjukan pukul enam empatpuluh sembilan. Aku bergegas menuju kamar mandi.

"Masa sih?!" aku tertawa mendengar cerita Radit yang makan di siang hari saat puasa.

"Gila kan?! Aku aja yang cewek bisa nahan, hargain yang lagi puasa. Eh dia malah nyemen" kami terkekeh bersama, lalu melanjutkan langkah menuju kelas.

"Wala!" aku menoleh pada empunya suara.

"Sharon!" dia berlari ke arahku lalu langsung memelukku dengan erat.

"Uuu aku kangen sama sahabat cantik yang satu ini" aku melepaskan pelukan, lalu beralih pada Karin yang sedang menyaksikan adegan berpelukan kami.

"Eh kenalin ini sahabat aku, Karin namanya" aku memperkenalkan Karin pada Sharon.

"Rin, ini Sharon sahabat kecil aku" tangan Karin terulur bermaksud ingin berjabat tangan.

Aku melihat reaksi Sharon yang menatap tangan Karin. "Udah cuci tangan belum?"

Karin tersenyum, "udah pagi tadi" tangannya masih menggantung disana, menunggu tangan Sharon terulur.

"Pake antiseptik?!" tangan Karin masih menggantung, lalu kelihatannya Sharon tidak menghiraukan uluran tangan Karin. Karin menarik tangannya kembali, lalu bersikap semanis mungkin.

Sepertinya hatiku merasa tidak enak dengan Karin atas kelakuan Sharon padanya, aku sedikit heran dengan sifat Sharon remaja tidak seperti dulu.

Sharon tersenyum padaku, "gue duluan ya" dia  dan aku menyunggingkan tawa kecil sebelum pergi.

"Rin, maaf ya soal Sharon. Gak kayak dia yang dulu" kami melanjutkan langkah menuju kelas.

"Gapapa kali, ngapain minta maaf bukan salah lo" Karin terkekeh, tapi tetap saja ada yang mengganjal perasaanku.

°°°

"Eh Wal! Perut gue ngidam mi ayam mas Puji ih" konsentrasiku yang sedang membaca harus terbagi karena perkataan Karin barusan.

"Puasa" aku mencari-cari lagi buku yang lainnya di rak sebelah.

"Buka masih lama ya?" dia meringis kesakitan memegangi perutnya, aku merasa geli melihat ekspresinya.

"Masih lah sayang, sabar dong kayak anak kecil" aku meledeknya dengan godaanku, membuat bibirnya maju beberapa setimeter.

Aku sudah menemukan buku antariksa kesukaanku lalu duduk di kursi, saat aku membuka hard cover ada yang berdiri disampingku.

Aku mendongak mendapati Jevan dengan senyumnya yang begitu melunakkan kakiku, lalu dia duduk tepat di hadapanku.

"Bukber yuk! Sekalian gur mau cari kado Gue traktir" dia tersenyum memperlihatkan deretan giginya.

"Wal?!" dia memecahkan lamunanku.

"Mau gak?" kedua alisnya terangkat menungu jawaban. Aku berpikir sejenak, kenapa harus hari ini padahal aku sudah ada janji dengan kak Melan.

Intertwine Of Us [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang