'23 - if you know the reason

452 26 0
                                    

Sudah 5 hari aku gagal memberikan hadiah ini pada Wala, dan kalaupun dipikir-pikir ini hal yanh sangat mudah tetapi sulit sekali mendapatkan momen yang pas.

"Tadi sih ada yang jemput non Wala" 

"Kira-kira siapa ya mbak?" aku menatap nanar hadiah ditanganku.

"Waduh, gak kalau namanya sih mbak ndak tahu. Tapi orangnya putih abis itu ganteng den" aku menghela napas berat, lalu berpamitan untuk pulang.

"Cakra" itu suara kak Melan memanggil dari balik pintu, aku menaruh hadiah ini di laci nakas agar dia tidak mengetahuinya.

Aku membuka pintu dihadapanku. "Apa?!" aku sangat malas bila harus mengantarnya pergi sepagi ini.

"Anterin gue!" aku menggeleng-geleng seraya ingin menutup pintu.

"Eits! Jangan jadi anak pemalas ya, cepetan ganti baju" matanya melotot, tapi itu masih terlalu cetek dibandingkan rasa malasku yang besar.

Brugh...

Sepertinya kak Melan sudah pergi dari sana, jadi aku bisa menarik selimut lagi.

"Jatah buka puasanya mau utuh kan?" oke. Dia tahu aku inhin kembali tidur, benar-benar menyebalkan sekali punya kakak yang satu ini.

Aku membuka pintu lagi, dia masih setia berdiri disana. "Buruan!" bentaknya seraya berjalan mendahuluiku, aku ikut mengekorinya hingga ke garasi.

°°°

"Nih!" kak Melan menyodorkan sejumlah uang padaku, aku menatapnya malas.

"Buat apaan?!" kepalaku serasa berat dan ingin jatuh saja.

"Lo keliling-keliling sini aja dulu, cari apake gitu soalnya gue mau ketemuan dulu" aku memicingkan mata, berusaha mencari kebenaran disana.

"Ketemu siapa?" tanyaku masih curiga dengan gerak-geriknya.

"Kepo!"

"Udah cepetan ambil" dia menaruh sejumlah uang ditanganku, lalu mengepalkannya secara paksa dan pergi begitu saja.

Untuk apa dia bertemu di hari libur seperti ini? Aku mengacak-ngacak rambutku sendiri, sebenarnya tubuhku ingin sekali dipijat-pijat dan mungkin disini ada kursi pijat.

Sedari aku memasuki mall ini, hidungku terus-terusan disajikan aroma masakan yang menggetarkan perutku. Untung saja keimananku tidak berkurang sedikitpun, ya walaupun tidak terlalu besar juga keimananku tapi setidaknya aku bisa menahan sampai waktu berbuka.

Aku menemukan satu-satunya tempat pijat dan refleksi disini, tepatnya diujung sana. Aku berjalan penuh semangat sekarang, pasalnya badanku sudah pegal-pegal minta dipijat.

"Silahkan" wanita itu tersenyum menyambutku, aku membalasnya dengan ogah-ogahan.

Aku duduk dikursi pijat lalu mulai merasakan tekanan di punggung, pundak, sampai kaki. Ini yang namanya surga dunia? Mataku perlahan-lahan mulai menutup.

Entah sudah berapa lama aku disini? Pasalnya mataku tertutup dan hanya ada suara keramaian disini. Setan apalagi yang mencoba menggoda keimananku di bulan berkah ini? Pasalnya sedari tadi aroma makanan terus saja tercium, padahal foodcourt ada di dua lantai lagi. Apa mungkin bayanganku saja karena terlalu lapar? Aku sudah tidak tahan menciumi aromanya lagi, aku membuka mata lalu mengerjap beberapa kali.

"Ehm! Pantes aja panas, ada setan disini" aku menatap Radit sinis, rupanya si-tukang nyemen lagi mencoba meruntuhkan keimanan.

Dia menyengir. "Ngapain lo disini?" tanyanya menarik piring yang berisi makanan itu menjauh dari hidungku.

Intertwine Of Us [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang