Tinit... Tinit...
6.10
Astaga! Hari ini aku bangun terlalu pagi, perubahan yang baik nampaknya. Sebenarnya setiap hari aku bangun pagi untuk sholat shubuh, tapi aku melanjutkan tidurku lagi. Aku langsung menyapukan hidungku menggunakan tissu di atas nakas, kemudian berjalan lunglai dengan kepala yang berat untuk ritual pagi hari.
"Untuk apa kau menghubunginya lagi hah?! Apa tidak cukup perhatianku selama ini?!!!" dari dalam kamar orang tuaku, aku mendengar bunda sedang berteriak dan terisak. Kakiku berjalan mundur beberapa langkah untuk mendekat dan menempelkan telingaku ke daun pintu.
"Dengerin aku dulu, aku menghubungi dia hanya untuk membicarakan bisnis propertiku"
"Bisnis? Apa kamu pikir aku ini wanita bodoh Benny?!!!" terdengar isakan lagi dari dalam, kemudian hening beberapa saat.
Aku tak mau mendengar semua lebih jelas lagi, aku segera turun ke bawah dan segera pergi ke sekolah.
Acara bukber kemarin rasanya kurang seru karena Cakra pulang duluan, aku jadi merasa tak enak hati karena kemarin terlalu asyik mengobrol dengan Jevan. Mungkin hari ini aku harus meminta maaf padanya dan membuat janji baru hanya untuk kita berempat.
"Non sudah sampe" pak Sopo mengagetkanku dari lamunan, lalu sesegera mungkin aku membuka pintu dan pergi menuju kelas.
Saat aku masuk kelas, Karin tidak ada disana namun Cakra ada. Aku melihatnya sedang tertawa dan mengobrol dengan Radit, senyum kecil kusunggingkan padanya tetapi dia terlihat acuh tak acuh pada senyumku dan malah kembali mengobrol dengan Radit.
Aku duduk di bangku seperti biasa, lalu mulai memainkan ponselku dan memilih ruang obrol Cakra.
Me : istirahat nanti aku tunggu di aula sebelah gudang, Wala.
Send
Aku mengengetuk-ngetuk meja dengan kuku, menimbulkan suara. Aku menoleh ke arah Cakra, dia melirikku namun didetik yang sama aku kembali menoleh ke depan.
Ting...
Cakra : ok.
Hanya itu? Oke tidak terlalu buruk untuk jawaban dari orang yang sedang marah padaku, aku terima itu.
°°°
Kring...
Bel istirahat pertama berbunyi, karena satu jam pelajaran gurunya sedang ada rapat makanya aku dan Karin memutuskan untuk pergi ke perpus hanya sekedar baca-baca dan membuang rasa bosan.
"Rin gue ke toilet dulu ya" aku berbohong padanya, tadinya sih memang benar ingin buar air kecil. Tapi karena aku ingat janji dengan Cakra, sekarang aku malah membelokkan tubuh menuju aula tak terpakai di sebelah gudang.
Saat aku berjalan memasuki aula, ternyata Cakra sudah ada di balkon luar mungkin sedang menikmati pemandangan. Aku menggeser pintu yang agak macet ini, kemudian berjalan mendekat ke arahnya.
Dia masih pada tatapan yang lurus kedepan, aku ikut memandangi pemandangan yang tersaji didepanku. Aku menghela nafas sebelum mulai pembicaraan.
"Cak!" lirihku, dari ekor mata aku bisa melihatnya masih dengan tatapan lurus.
"Aku kesini mau minta maaf" dia menoleh sekarang, aku tetap pada tatapan lurus takut bila nanti melihat wajahnya marah.
"Untuk apa?!" suaranya serak, aku sekarang menghadap ke arahnya, memastikan bila nantinya dia marah bisa kuperjelas apa maksud permintaan maafku.
"Soal bukber kemarin" dia sepertinya malas mengingat acara kemarin.
"Maaf kalau aku bawa Jevan, tapi jujur ya aku gak enak sama kamu karena gak bilang-bilang dulu terus juga kemarin aku asik ngobrol sama Jevan dan kamu... aku takut kamu marah" aku tertunduk, enggan menatap mata yang penuh amarah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Intertwine Of Us [COMPLETED]
Romance[Revisi setelah extra chapter] Awalnya dia adalah temanku, teman terbaikku. Tapi setelah status kami sebagai teman, kini dekat menjadi sahabat. Lalu kini status sahabat itu mengantarkanku pada perasaan yang sesungguhnya, aku memungkiri hal itu. Seti...