Di tempat yang mampu meluluhkan hati siapapun yang menyaksikannya, berdiri dua sejoli yang sedang merajut kasih.
"Makasih ya udah ngajak aku ke tempat romantis kayak gini" genggaman tangan Sharon begitu hangat terasa saat menyentuh kulit Cakra, tapi sentuhan itu masih belum bisa tergantikan, sentuhan sang malaikat.
Setelah satu bulan lamanya raga itu tak lagi terlihat kini ada seseorang yang menggantikan posisi itu, tapi dia bukan menjadi alasan setiap senyuman Cakra.
Dia menghilang ditelan bumi, pergi tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Hati itu bingung harus mencarinya kemana lagi, karena tempat dia berlabuh telah hilang.
"Cak!" sentuhan itu mengagetkan lamunan Cakra, itu hangat tapi tak mampu membangkitkan lampu-lampu didalam sana. Terlalu redup oleh sentuhan itu.
"Kamu bengong? Sakit? Kita pulang aja yuk," Cakra menggeleng-geleng, lalu tersenyum simpul.
"Aku gak mau ngecewain kamu, lagipula ini sebagai tanda kesuksesan acara aku kemarin" Cakra meyakinkan dia agar tetap disini
"Serius?" tanyanya manja. Cakra tersenyum simpul lagi lalu kembali menatap pemandangan yang tersaji didepan.
Sharon melingkarkan tangannya pada lengan Cakra, itu hangat tapi Cakra masih belum bisa melupakan sosok malaikatnya.
"Boleh kan?" tanyanya hati-hati, Cakra terdiam sesaat lalu mengangguk kecil. Memori otaknya terstimulan mengingat sewaktu kepala Wala bersandar di bahunya, seluruh tubuhnya merinding, tapi dengan Sharon? Tak ada yang istimewa.
°°°
Sejak 30 menit yang lalu dia terus memegangi ponselnya, berharap ada kabar berita baik yang datang mengabari.
"Mel! Ada yang masih ditunggu?" tepat dihari istimewa mereka berdua, pria pujaan hati Melan memberikan sebongkah kejutan yang mampu menyunggingkan senyuman dibibirnya.
"Aku mau kenalin kamu sama temen aku, orang yang sama waktu kita ketemu di mall waktu itu." Melan terlihat sangat menunggu kedatangan sosok itu.
Tangan pria itu menggenggam tangannya, sama hangatnya seperti genggaman pada umumnya. "Udah lah, sekarang udah larut banget mendingan kita pulang dulu besok kita buat janji lagi, gimana?" tanyanya menenangkan, Melan mengangguk lalu merekapun pergi dari tempat itu.
°°°
"Tumben pulang telat?!" tanyanya ketus, raut wajah yang tadinya mengembang sekarang menciut seketika.
"Kepo lo!" Melan bergegas pergi menuju tangga takut bila diintrogasi lebih dalam.
"Mama masih bangun lho, dibilangin tau rasa lo" Cakra berusaha mencegahnya pergi, Melan terpaku menghentikan langkahnya.
"Ck! Lo mau apa?!" Melan geram dengan kelakuan jahil adik sematawayangnya.
"Simpel kok!" Cakra bangkit, lalu menyeringai. Melan memicingkan mata, mencari sebuah ide absurd yang terlintas di otak adik cowoknya itu.
"Gue mau tau cowok kayak gimana sih yang berani-beraninya macarin kakak gue?" dia tersenyum devil, lalu Melan memelototinya.
"Gak usah kepo deh dek!" alis Melan terangkat, lalu mulutnya bersiap merutuki Cakra.
Cakra acuh-tak acuh mendahului Melan naik ke atas. "Oke!" Cakra berbalik lalu menyunggingkan senyum kemenangannya, sedangkan Melan menghentak-hentakkan kaki ke lantai lalu mengerucutkan bibirnya.
•••
Published on 11 June 2017

KAMU SEDANG MEMBACA
Intertwine Of Us [COMPLETED]
Romansa[Revisi setelah extra chapter] Awalnya dia adalah temanku, teman terbaikku. Tapi setelah status kami sebagai teman, kini dekat menjadi sahabat. Lalu kini status sahabat itu mengantarkanku pada perasaan yang sesungguhnya, aku memungkiri hal itu. Seti...