Chapter 6 : Discussion

33 2 1
                                    

"Bagaimana dengan ini?" tanya Ivy.

Ivy, Junka, Wally, dan Harry sedang menggambarkan draft mural kelompoknya untuk kompetisi di akhir bulan Januari nanti. Dan mereka telah pilih air (atau yang lebih tepatnya laut) sebagai tema muralnya.

"Lumayan, coba aku tambahkan sedikit shading biru tua lagi," jawab Junka. "Dan..... selesai. Bagaiman menurut kalian?"

"Sempurna!" jawab Wally dengan bangga. "Sekarang, pembagian tugas."

"Hmm... siapa yang mau menggambar sketchnya nanti?" tanya Harry.

"Aku," jawab Ivy.

"Dan siapa yang ahli dalam mewarnai?" tanya Harry.

"Aku," jawab Junka sambil melihat draft yang telah diselesiakan oleh kelompoknya. Dia masih tidak berani untuk melihat Harry hingga sekarang. Karena ia tahu bahwa Alice bisa melihatnya lewat CCTV sekolah kapan saja.

"Oke... dan siapa yang ahli dalam lukis tiga dimensi?" tanya Harry.

"Aku," jawab Wally.

"Baik... dan sudah! Coba aku ulangi lagi. Ivy yang akan menggambar sketchnya dengan kapur, Junka yang akan mewarnainya, Wally yang akan melukis dengan cara tiga dimensi, dan aku yang akan membantu kalian bertiga," ujar Harry.

"Sip," jawab mereka bertiga.

"Hei, apakah kalian sudah selesai dengan draft kalian?" tanya Joanne.

"Sudah," jawab Ivy. "Bagaimana dengan kalian?"

"Sudah juga. Jadi... apa yang kita lakukan sekarang?"

"Aku tidak tahu."

Junka melirik ke jam tangannya untuk melihat bahwa sekarang jam...

11.00

Luar binasa, aku harus tetap berada di ruang ini selama 1 jam lagi. Apa yang bisa aku lakukan sekarang?

"Um-Junka, apakah kita berdua bisa berbicara di pojok ruangan? Hanya kita berdua saja," bisik Harry ke telinga Junka.

"Uh-Boleh," jawab Junka dengan ragu.

Untung saja ruang meetingnya luas dan dalam keadaan berisik. Jika tidak, Harry tidak akan bisa mendapatkan kesempatannya untuk berbicara dengan Junka. Ia menarik lengan Junka ke pojok ruangan dan memastikan kondisi ruangannya masih berisik.

"Junka, kau harus jawab pertanyaanku dengan jujur, oke?" ujar Harry.

"Oke, kak," jawab Junka.

"Mengapa kau menjauhiku?"

Pertanyaan itu membuat Junka terpaku di dalam posisinya dan terus menunduk untuk menghindari ekspersi sedihnya yang akan muncul sebentar lagi. Ia merasa takut dengan memberitahukan alasan yang sebenarnya kepada Harry. Dan ia takut dengan CCTVnya yang mungkin masih menyala hingga sekarang.

"Apakah aku berbuat sesuatu yang salah kepadamu?"

Lagi lagi, Junka tidak bisa menjawabnya. Rasa takut sedang menaklukannya sekarang. Ia melakukan ini demi keselamatannya dari konsekuensinya. Namun, ia tak bisa melakukan ini lebih lama lagi. Harry adalah orang yang terlalu baik untuk bisa disakiti.

Common Fate ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang