Ding... Dong...
Tak lama kemudian, pintunya terbuka oleh Ibunya yang terlihat lelah.
"Hai, Mama. Mama tidak apa-apa?" tanya Junka sambil masuk ke dalam rumah dan memeluk Ibu tercintanya.
"Mama baik-baik saja, nak," jawab Ava sambil menutup pintunya kembali dan membalas pelukan dari anak bungsunya. "Mama baru saja bangun tidur sebelum kau sampai di sini beberapa menit yang lalu."
"Oh."
Junka melepaskan sepatunya dan meletakkannya ke dalam lemari sepatu yang terletak di sebelah kanan pintu depan. Ia naik ke atas tangga dan jalan menuju ke kamarnya. Tiba-tiba, kakaknya—Vincent keluar dari kamarnya.
"Dek, sini sebentar," ujar Vincent.
"Um-Oke," jawab Junka dengan nada suara yang terdengar bingung di telinga Vincent. Tak biasa Vincent mengajak Junka untuk masuk ke kamarnya
Junka masuk ke dalam kamar Vincent dan duduk di atas kasurnya sambil melihat kakaknya yang sedang mencari sesuatu dengan cepat.
"Ada apa, Kak?" tanya Junka dengan rasa ingin tahu.
"Ada sesuatu yang harus kutunjukkan kepadamu," ujar Vincent dengan nada yang serius. Ternyata yang selama Vincent carikan adalah ponselnya. "Ini."
Ia memberi Junka ponselnya untuk memperlihatkan sebuah video. Di video tersebut merupakan drama milik kelas Brooke yang telah ia pentaskan bulan lalu. Di tengah-tengah video, ia melihat seorang laki-laki yang diam-diam menaruh sesuatu di atas panggung. Lalu, di saat Brooke tidak sengaja menginjak benda itu, ia terpeleset dan terjatuh dengan posisi yang parah. Terdengar banyak tawaan dan suara terkejut dari teman-temannya.
Tak lama kemudian, tim medis lari untuk membawa Brooke ke rumah sakit.
"Bentar dulu."
Junka memutar ulang kembali videonya dan memberhentikannya di bagian di mana lelaki itu muncul dari belakang tirai. Ia memfokuskan matanya untuk melihat bahwa laki-laki tersebut adalah Ethan.
Sudah kuduga.
"Dari mana kau mendapatkan video ini?" tanya Junka sembari memberikan ponselnya kembali kepada Vincent.
"Dari salah satu teman SMAku yang berkuliah di sana. Dia memiliki adik perempuan bernama, Alya. Alya adalah sahabat Brooke di sana. Baru kemarin, adiknya mengirimkan video itu kepada temanku. Lalu, temanku mengirimkan video itu kepadaku untuk memperlihatkannya kepadamu," jawab Vincent.
"Aku harus menelfonnya sekarang," gumam Brooke. "Makasih untuk infonya, kakak."
"Sama-sama."
Junka hendak keluar dari kamar Vincent menuju ke kamarnya untuk menelfon Brooke. Ia mengeluarkan ponselnya dari tas dan duduk di atas kasur sambil mencari nama Brooke di dalam daftar kontaknya.
Riiinnng... Riiinnng... Riiinnng...
"Halo?"
"Hai, Brooke, ada sesuatu yang harus kubicarakan denganmu. Aku tahu jika kau trauma dengan kejadian ini, tetapi aku telah menemukan orangnya."
Di seberang sana, terdengar Brooke yang sedang menghela nafas yang berat. Sejak kejadian itu, Brooke ingin sekali melupakannya karena ia menyesal dan malu. Menyesal karena telah mengambil peran utama. Sangat jarang sekali Brooke mengalami kejadian yang memalukan seperti itu. Sebab itulah, ia menjadi trauma akibat kejadian itu. Cidera yang dialaminya dan tawaan para siswa-siswi. Gosip tentang kejadian tersebut telah tersebar dimana-mana. Dan itu membuat Brooke ingin mengeluarkan amarahnya yang ia telah pendam selama satu bulan ini. Dan tingkat amarahnya melebihi Rachel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Common Fate ✔️
Roman pour Adolescents[ B O O K 1; PROSES EDITING] Junka Akihabara dan sahabatnya telah bersatu selama 3 tahun berturut-turut. Mereka semua dipertemukan di Tokyo dimana mereka bersekolah di sekolah yang sama. Semua orang mengenal mereka sebagai sekumpulan sahabat yang s...