Chapter 26 : Visit

23 0 0
                                    

"Selamat datang di Dawson City. Kami harap anda menikmati penerbangan ini dan semoga hari anda menyenangkan."

"Junka, bangun."

"Ngak mauuu..."

"Ada Richard loh."

"E-e-eh? Manamanamana???"

Junka terbangun seketika ketika mendengar nama Richard. Ia lihat di sekelilingnya untuk melihat bahwa mereka sudah sampai di bandara Dawson City. Terlihat semua orang sedang mengambil barang-barang mereka dan turun dari pesawat.

Junka dan Vincent bangun dari tempat duduknya, dan mengantri untuk turun dari pesawat. Saat mereka berada di bandara, terlihat para paparazi sedang memotretkan Junka tepat di depan pintu arrival.

"Pfft... paparazi. Lagi dan lagi," ujar Junka sambil memutarka kedua bola matanya.

"Itulah akibatnya jika kamu menjadi terkenal."

Setelah mereka mengambil koper mereka masing-masing, mereka keluar melalui pintu arrivalnya dan berhasil menaiki taksi dengan cepat.

"Pak, ke Dawson City Residence ya," ujar Ava.

"Siap bu."

Sejujurnya, Junka merasa kedinginan sekarang. Ini adalah kepertama kalinya ia pergi ke negara yang dekat dengan kutub utara. Kanada. Dan sejak ia turun dari pesawat, ia merasa seperti di dalam kulkas yang sangat dingin.

Saat mereka sudah tiba di depan rumah Brooke, Alfie membayar supirnya, dan mereka berempat turun dari taksi. Di depan gerbang rumahnya, terdapat dua penjaga pribadi keluarga Carlton yang sedang berdiri untuk menjaga keamanan rumah besar itu.

"Permisi pak, kami ingin menemui para keluarga Carlton," ujar Ava.

"Oh ya, kalian pasti para keluarga Akihabara. Silahkan masuk."

Salah satu penjaga itu membuka pintunya dan mengajukkan para Akihabara untuk masuk ke dalam. Rumah Brooke bukanlah mansion nan rumah biasa seperti rumah Junka. Rumah tersebut merupakan gabungan antara tiga rumah yang berukuran sedang. Ayah Brooke—Evan merupakan seorang arsitektur yang sukses dan kaya. Maka dengan itu, beliau telah menggabungkan ketiga rumah itu menjadi seperti sekarang. Junka jalan menuju pintu depannya dan menekan tombol belnya.

"Sebentar!"

Pintunya terbuka untuk memperlihatkan Brooke dalam pakaian santainya.

"Hai!" sapa Brooke. "Ayo masuk."

Mereka berempat masuk ke dalam dan jalan menuju ruang makan yang terletak di paling pojok kiri rumah. Di sana, terlihat Brooklyn dan Evan yang sedang menyiapkan piring, sendok, dan yang lainnya.

"Akhirnya kalian datang juga," ujar Evan sambil memeluk sahabatnya yaitu, Alfie.

"Evaan, what's up my man?"

"Hahaha... baik. By the way, udah makan siang belum?"

"Belum."

"Ya udah. Ayo kita makan."

Lalu, kedua keluarga itu memakan makan siang mereka sambil membicarakan tentang kehidupan mereka sekarang. Sepanjang pembicaraan mereka itu, Junka hanya bisa memakan spagetinya sedikit saja. Selera makannya mulai menghilang karena teringat seseorang.

Richard.

Ia merasa sedih, bingung, dan marah. Ketiga emosi itu becampur aduk sehingga membuat dia terus melamun. Semuanya begitu terjadi cepat. Sangat cepat. Ia tidak pernah berharap bahwa masa SMA-nya akan menjadi seperti ini.

Common Fate ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang