Mentari bersinar begitu cerah, seakan menyapa setiap orang. Awan putih bagai kapas yang melayang di langit.
"Diano!" Teriakan menggelegar, yang membuat setiap orang yang mendengarnya menutup telinga.
"Apa sih?!" Tanya laki-laki bernama Diano itu ke perempuan yang kini ada di depannya.
"Ini siapa?! Kenapa kamu bisa foto sama cewek lain! Hah?!" Diano menatap malas gadis yang ada didepannya. Lalu dengan santainya meminum es teh manis yang di pesannya, walau seluruh mata yang ada di kantin tertuju padanya.
"Emangnya kenapa?" Tanya Diano dengan santainya.
"Kamu bilang kenapa?!" Nafas gadis itu memburu. "Aku itu pacar kamu! Dan kamu malah foto sama cewek lain? Kamu mikirin perasaan aku enggak, Diano!" Mata gadis itu memerah.
"Oh," Diano manggut-manggut, menyahut malas. "Itu doang, kok di perbesar sih?"
"Diano kamu keterlaluan! Kita putus!"
"Oke, makasih atas keputusannya." Diano tersenyum manis, jenis senyum yang bisa membuat gadis luluh. "Kenapa enggak dari kemarin-kemarin aja?"
"Kamu!"
"Aduh jangan teriak-teriak napa, gendang telinga gue pecah lama-lama dengar suara lo." Laki-laki yang ada di samping Diano bersuara ketus. "Nggak usah sok cantik deh. Kalo udah putus, ya udah enggak usah ribut lagi napa?"
Diano tertawa pendek. "Lo bener sob, harusnya kalo udah di putusin diam aja ya nggak? Toh, dia yang minta putus dari gue."
"Dianoooo," pinta gadis itu memelas, bahkan air mata sudah mengalir dipipinya.
Diano berhati batu, tentunya dia sama sekali tidak mengindahkan ucapan dan rengekan gadis itu.
"Udah lah, kita nggak ada hubungan lagi. Dan tolong jaga jarak dari gue." Diano bangkit dan langsung meninggalkan gadis itu, gadis yang sedang meneriaki namanya.
"Diano!"
***
"Lo enggak berubah." Deeka menghembuskan asap dari himpitan bibirnya.
"Mau gimana lagi? Cewek emang susah dimengerti." Diano menghisap rokok yang di jepit di antara bibirnya.
"Kena karma baru tau rasa lo."
Diano tertawa lebar. "Karma? Lo percaya sama kayak gituan? Mana ada yang namanya karma."
"Tidak ada yang tau, bisa aja besok lo ketemu cewek yang lusa bisa buat lo jatuh dan enggak bisa bangkit lagi. Cewek yang buat lo melakukan apa saja demi dia, bahkan lo rela berkorban."
Diano berdecak. "Sok puitis, nggak sadar kalo lo juga sifatnya enggak jauh beda sama gue? Sama-sama brengsek?"
Deeka tertawa. "Well, gue walaupun begitu gue punya prinsip. Gue sekali dapat yang pas di hati, nggak bakalan gue lepas."
"Ya, semoga aja cewek itu bisa betah dan bertahan sama sikap lo."
"Heh! jam pelajaran bukan masuk malah disini." Gadis berambut kuncir kuda bertolak pinggang di depan kedua laki-laki itu. Wajahnya sangar.
"Dengar, Laudia. Kita itu lagi malas belajar jadi daripada buat guru makin emosi. Lebih baik kita di sini, ya nggak, Di?"
Diano mengangguk membenarkan ucapan Deeka.
"Bener."
"Ck, kalian berdua emang nggak jauh beda. Coba kalian itu kayak pacar gue, baik, ganteng, penyayang, romantis lagi." Ucap Laudia sambil senyum-senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diano Dan Aila
Teen Fiction"Lo mau ngapain ikut gue masuk kamar mandi?!" Tanya Diano sambil melotot. Gadis itu menyengir, polos. "Emang kenapa?" "Lo cewek, dan gue cowok. Lo nggak takut gue apa-apain?!" Diano mendelik ke gadis itu. "Loh? Lo aja nggak bisa pegang gue, gimana c...