"Rasanya kayak angin lewat gitu, tapi anginnya kayak nampar. Kayak lewat cepat gitu."
***
Aila memandang wajah Diano yang nampak sangat tenang saat tidur.
"Andai gue bisa pegang elo." Aila tersenyum kecil.
Aila mengarahkan tangan nya ke pipi Diano, tapi tangannya hanya lewat. Menembus kulit Diano begitu saja.
Senyum jahil menghiasi wajah, Aila lalu menghirup udara banyak-banyak.
"BANGUN ALSKAR!"
Diano yang terjolak kaget langsung jatuh dari tempat tidur. Sedangkan mahkluk yang membangunkannya tertawa lebar, terdengar begitu bahagia.
"Rasain." Aila masih tertawa.
"Dasar setan!" Omel Diano, sambil mengusap pantatnya yang jatuh sempurna di atas lantai, sesekali meringis.
"Setan jangan teriak setan dong." Aila berjongkok didepan Diano. "Muka lo merah."
Diano melotot, bagaimana tidak memerah ia sudah emosi dengan mahkluk astral yang ada didepannya itu. Apalagi wajahnya yang nampak polos, membuat Diano semakin emosi.
"Heh, kok gue juga jadi setan. Setan-nya 'kan elo bukan gue." Diano berdiri. Aila juga ikut berdiri.
"Elo juga setan kali, kelakuan lo itu yang mirip setan." Aila menjulurkan lidah ke Diano.
Diano mencibir.
"Tadi ada yang sms elo." Ucap Aila, sambil menunjuk hape Diano yang ada di atas narkas.
"Lo nggak baca sms-nya, kan?" Diano mengambil hapenya dan mendekapnya, matanya menatap Aila yang memutar bola matanya.
"Ya kali? Emang gue bisa apa pegang itu benda, yang ada kalo gue pegang ntar malah jatuh."
"Bagus deh," Diano mulai membuka hapenya dan membaca sms dari lima pacarnya, yang isinya hampir sama. "Coba lo pegang sisir gue. Kepo gue gimana caranya bisa jatuh."
Aila menaikan satu alisnya. Dengan malas gadis bergaun putih itu memegang sisir Diano yang ada di atas narkas, tapi sisir itu malah jatuh ke lantai.
"Udah?"
"Terus kalo lo megang orang gimana?" Dengan malas lagi, Aila mendekat ke Diano dan menyentuh pipi laki-laki itu.
"Rasanya kayak angin lewat gitu, tapi anginnya kayak nampar. Kayak lewat cepat gitu."
Aila memutar bola matanya dan berdecak. "Emang. Udah, lo banyak tanya." Lalu tiba-tiba Aila menghilang begitu saja.
"Eh, kok lo hilang?!" Pekik Diano sambil menatap seisi ruangan.
Aila lalu tiba-tiba muncul di depan Diano.
"Paan dah? Sibuk banget sih jadi orang."
"Lo sih hilang tiba-tiba."
"Gue 'kan hantu Diano ku sayang dan tercinta." Aila jadi gemas sendiri pada Diano, bahkan rasanya ingin sekali Aila menjambak rambut Diano. Namun apalah daya, dirinya hanya mahkluk tak kasat mata. Yang jika menyentuh pun tidak berpengaruh apa-apa. Lagi pula ia juga tidak yakin akan sampai jika mau menjambak rambut Diano. Karena Aila itu pendek, hanya sebatas bahu Diano tingginya.
Diano melotot. "Jangan-jangan lo naksir gue ya, makanya lo ngikutin gue?"
"Enak aja, mana ada. Nggak ada sejarahnya hantu naksir sama orang, beda dunia kali." Aila mengomel, mulutnya komat-kamit mengeluarkan sumpah serapah ke Diano.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diano Dan Aila
Ficção Adolescente"Lo mau ngapain ikut gue masuk kamar mandi?!" Tanya Diano sambil melotot. Gadis itu menyengir, polos. "Emang kenapa?" "Lo cewek, dan gue cowok. Lo nggak takut gue apa-apain?!" Diano mendelik ke gadis itu. "Loh? Lo aja nggak bisa pegang gue, gimana c...