33. Sahabatku

36.7K 3.6K 56
                                    

Berita tentang Deeka dan Krisan yang sekarang sudah taken menyebar dengan sangat cepat di seluruh sekolah. Ada yang tampak senang idola mereka itu berpacaran dengan Krisan yang bisa dikategorikan ke dalam jajaran anak yang cukup populer di sekolah. Ada pula yang sinis, tidak suka jika Krisan dan Deeka bersama. Juga ada yang biasa saja.

Aila dan Krisan sedang duduk bersantai di teras rumah mereka saat tiga mobil yang tiba-tiba parkir di depan rumah mereka.

"Hai," Diano menyapa Aila yang sedang membaca novel.

"Kalian ngapain? Kok bawa plastik banyak banget?" Aila tidak membalas sapaan Diano. Malah bertanya yang lain.

"Kita bikin parti!" Teriak Laudia bahagia. "Sekalian pj," Laudia tersenyum geli ke Krisan yang memalingkan wajahnya.

"Mau di dalam atau di luar?" Aila memberi pembatas dan meletakan novel yang baru setengah ia baca ke atas meja.

"Di luar aja, kita duduk di bawah pohon." Deeka menunjuk pohon yang ada di pekarangan rumah Aila dan Krisan.

Aila mengangguk.

Terbuat isi dari plastik yang di bawa Deeka, dan Michael adalah makanan ringan. Sedangkan Diano dan Gihon mengeluarkan beberapa karton minuman dari dalam mobil.

"Banyak banget." Celetuk Krisan.

"Sekali-sekali nggak pa-pa lah, aku lagi senang." Sahut Deeka. "Apa sih yang nggak juga kamu?"

"Apaan sih?" Wajah Krisan agak memerah.

Diano duduk di samping Aila. Tapi Aila berdiri.

"Gue ke dalam sebentar." Aila segera masuk ke dalam rumahnya, tanpa berbalik.

"Dia kenapa?" Diano bertanya sambil menoleh ke Krisan yang juga tampak bingung.

Krisan mengangkat bahu. "Nggak tau, dari tadi kayaknya Kak Aila biasa aja deh."

"PMS, kali." Celetuk Gensa sambil menyengir.

"Gue susul Kakak lo dulu." Diano berdiri, dengan sedikit berlari masuk ke dalam rumah Aila.

Diano dapat melihat Aila yang duduk di depan meja makan dengan memegangi kepala.

"Kamu kenapa?"

Aila tersentak dan segera berbalik.

"Nggak, kok." Aila memalingkan wajah. Dan itu semakin membuat Diano merasa ada yang aneh dengan Aila.

"Kamu kenapa, sayang?" Diano duduk di samping Aila. "Sakit?"

"Aku nggak kenapa-napa." Aila memalingkan wajah.

"Kamu marah? Aku salah apa?" Diano menarik tangan Aila hingga cewek itu menghadap ke arahnya. "Aku buat salah?"

"Bukan itu." Aila menarik tangannya dari Diano.

"Terus apa? Jangan buat aku gini."

Aila menghela nafas. "Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu udah tangkap orang yang punya rencana jahat sama aku?"

"Oh, dia?" Diano tampak malas. "Itu pantas buat dia. Dia jahat banget sama kamu."

"Dia teman aku, Alskar!" Aila sedikit menaikan suaranya. "Dia teman aku, walaupun dia jahat!"

Diano menatap tajam Aila. "Jadi aku salah? Iya? Salah kalau aku mau menegakan hukum buat kamu? Aku salah?"

Aila menghela nafas frustasi. "Bukan gitu."

"Terus gimana? Jadi mau kamu aku biarkan teman kamu itu bebas gitu aja? Kalau dia buat jahat biarin aja gitu? Serba salah tau nggak?"

"Bukan gitu, Al."

Diano Dan AilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang