25. Tulus

42K 4.1K 55
                                    

Aila menelan salivanya dengan susah payah, bagai ada kelereng yang ikut di telannya.

"Jangan tegang begitu, santai saja." Adriel mengibaskan tangannya. Matanya lalu menatap ke pohon yang memiliki dua sisi itu. Sebelah kanan adalah sisi yang memiliki daun hijau yang begitu lebat, namun di sebelah kiri hanya ranting dengan banyak cabang yang berwarna hitam.

"Jadi apa yang harus aku lakukan?"

Adriel tersenyum. "Kamu hanya perlu melakukan satu hal, itu mudah."

"Hal apa dulu?"

Adriel tersenyum, senyum malaikat yang biasa dia tunjukan kini berbeda. Karena dia benar-benar bukan malaikat yang sempurna, dia setengah iblis. Jikapun dia malaikat, kemungkinan dia adalah malaikat pencabut nyawa ter-tampan.

"Kamu harus mencari tiga bola yang bercahaya paling terang. Dan mendapatkan bola itu tidaklah mudah, mereka bagai memiilki jiwa, mereka bisa berpindah tempat bisa berada di mana saja. Aku tidak memberikan mu batas waktu, tapi usahakan kamu mendapatkan semua itu sebelum pohon yang memiliki daun itu gugur semua. Karena jika gugur semua kamu tau resikonya. Dan tidak semua bola itu berasal dari keluargamu, dia bisa berasal darimana saja. Jangan lupa, daun dari pohon itu sangat mudah gugur." Tatapan Adriel begitu serius membuat Aila sedikit bergindik ngeri.

Patah-patah Aila mengangguk. "J-jadi harus secepatnya?"

Adriel mengangguk. "Dan jika kamu sudah mengumpulkan semuanya cepat berikan padaku. Selanjutnya itu akan jadi urusanku."

"Oke. Jadi bisa aku mulai?" Adriel mengangguk.

"Tunggu, ada hal yang ku lupakan." Aila berbalik menatap Adriel. "Cari bola yang berwarna biru terang, dan usahakan menjauh dari bola yang berwarna hitam."

"Kenapa?"

"Jika bola berwarna hitam itu sampai tersentuh berwarna biru bola berwarna hitam itu akan memakan bola biru itu." Aila mengangguk. "Silahkan."

Aila berbalik, menarik dan mengembuskan nafasnya. Ini berat. Sangat berat. Taman ini luas, sangat dan bukan hal yang mudah menemukan bola itu. Terlebih lagi ia tidak tau sebesar atau sekecil apa bola itu.

"Kemana dulu, ya?" Aila bergumam.

Tiba-tiba terdengar suara tawa yang begitu nyaring, tawa itu sangat di kenalnya. Aila melangkah pelan menuju semak yang menjadi tempat asal suara.

Bola berwarna biru terang dengan wajah Krisan yang tertawa. Ternyata Adiknya sangat menyayanginya. Aila berjalan mengendap, melompat dan langsung menangkap bola itu. Bola itu melawan, ingin melepaskan diri dari Aila. Tapi Aila juga tetap keukeuh tidak melepaskan bola itu. Perlahan bola itu tenang, tidak lagi berusaha kabur. Aila menghela nafas, segera di pegang erat-erat bola itu. Tidak ia biarkan lepas.

Aila menghela nafas. Baru satu. Masih ada dua lagi, dua lagi itu pun sulit mendapatkannya. Sesulit ini ya untuk bangun lagi? Ah, rasanya Aila ingin menyerah saja.

Taman luas dengan segala macam yang ada di dalamnya memang memikat perhatian. Aila memutuskan untuk mencari di sungai, entah ada atau tidak benda itu di sana.

Sungai dengan air yang sangat jernih, bahkan batu yang ada di dalam sungai itu berwarna-warni. Aila berdecak, tempat ini begitu indah. Sayang, hanya orang yang antara hidup dan mati yang bisa ke sini. Itu pun jika mendapat kesempatan kedua, jika tidak akan langsung pergi ke Alam baka. Itu kata Adriel.

Aila memasukan tangannya ke dalam air, merasakan sensasi dingin dari air itu.

Aila tersenyum kecil, rasanya ia ingin membawa batu berwarna yang ada di sungai itu pulang. Aila baru sadar jika ada ikan-ikan kecil yang berenang di dalam sungai itu. Bahkan diantara ikan itu ada yang berwarna merah muda.

Diano Dan AilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang