20. Kosong Berapa?

43.4K 4.9K 316
                                    

Diano menempelkan ponsel di telinganya. Nada sambungan terdengar.

"Halo sayang tumben telfon." Suara di seberang sana nampak riang.

"Kita nge-date, mau nggak?"

"Mau dong!" Pekikan kuat terdengar gembira.

"Ke kafe yang ada di dekat sekolah ya? Aku di sana."

"Oke, aku otw." Setelah sambungan itu mati Diano menghela nafas.

"Gue udah suruh Dela, Lila, Salma, Fany datang." Deeka meletakan ponselnya di atas meja.

"Gue udah telfon, Maura, Elena, sama Elma." Krisan memeriksa daftar pacar Diano yang ada di kertas.

"Gue tadi baru telfon Agita buat datang. Melelahkan punya pacar banyak." Diano mengembuskan napas panjang.

"Makanya jangan player." Ejek Aila, cewek itu dari tadi hanya berdiri di belakang Diano. Memperhatikan apa yang di lakukan tiga orang itu.

Diano mendengus.

"Jadi lo ketemu kosong berapa dulu?" Tanya Deeka, cowok itu meminum jus rasa mangga.

"Kosong 6. Gue udah terlanjur telfon." Diano mengusap wajahnya kasar.

"Kita ke meja sebelah sana. Kalo lo merasa nggak cocok putusin aja." Ucap Deeka dengan semangat.

"Lo juga kasih putus pacar-pacar lo." Ketus Krisan.

"Kenapa? Cemburu, hm?" Tanya Deeka, menggoda Krisan. Wajah cewek itu memerah padam.

"Gila aja gue cemburu." Krisan berdiri melangkah menjauh.

"Ini nih cewek. Kalo salting langsung pergi." Deeka menyusul Krisan.

Diano hanya geleng kepala.

Tidak lama setelahnya Agita datang, si 06. Cewek itu nampak manis dengan dress biru muda yang jatuh hingga lututnya, rambutnya tergerai senyumnya manis.

"Hai, sayang." Sapanya sebelum duduk di depan Diano.

"Hai juga," Diano tersenyum. "Mau pesan apa?"

"Terserah aja."

Terserah?

Kata paling keramat bagi para kaum laki-laki. Kata terserah.

"Jus apel dua mbak." Ucap Diano ke waiters itu.

"Eh, aku nggak suka jus apel, yang lain."

"Tadi katanya terserah."

"Nggak jadi, aku nggak suka. Yang lain."

Diano mengumpat kesal. "Jus wortel?"

"Aku nggak suka."

"Alpukat?"

"Pahit."

"Mangga?"

"Enggak suka mangga."

"Stroberi?"

"Aku nggak suka asam."

"Terus maunya apa?" Wajah Diano terlihat begitu frustrasi.

"Apel, deh." Diano mencoba mengatur nafasnya. Sabar Diano

"Jus apel, Mbak." Waiters itu mengangguk.

"Tumben kamu ngajak aku date." Agita memilin rambut panjangnya.

"Lagi mau aja." Balas Diano malas. Terlanjur kesal.

"Kok kamu gitu sih?"

"Apa lagi?" Diano sudah sangat frustasi.

Diano Dan AilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang