Rumah Michael tampak ramai dengan mobil yang terparkir di bakalan rumah cowok itu. Studio khusus yang ada di rumah yang Aila kita hotel saat pertama kesana itu tampak ramai. Ada Deeka yang sedang duduk bersama Krisan di depan Piano berwarna putih gading. Michael, Gihon, Gensa dan tak lupa Diano sedang menyetel beberapa alat musik yang akan mereka mainkan. Laudia, Rania, Kamania dan Aila sedang duduk sambil bercerita di sofa yang tidak jauh dari tempat Krisan dan Deeka.
"Kalian juga suka cover lagu, kan?" Tanya Aila ke Diano.
Diano mengangguk, memetik beberapa kali senar gitar di tali tiga dan empat yang baru saja ia ganti. "Hm, kenapa?"
"Bikin cover sama-sama mau nggak?"
"Ide bagus!" Deeka yang berada di balik grand piano berseru. "Gue sama Krisan."
Aila mencibir. "Emang lo bisa nyanyi?"
Deeka berdecak tidak percaya yang di buat-buat. "Nggak tau dia. Suara gue itu kayak suaranya Ed Sheeran, bagus bangeeeet."
"Tapi Ed Sheeran nggak seganteng Shawn Mendes." Aila mencibir.
"Boleh, aku sama kamu." Diano tersenyum, mengedipkan sebelah matanya pada Aila dan sukses membuat wajah Aila memerah.
"Dasar pasangan suka pamer!" Deeka berseru. "Cari tempat sepi sono!"
"Lo kira gue elo? Yang suka pacaran di tempat sepi." Diano mendelik.
"Sudah-sudah, kalian nyanyi sana." Michael menengahi. "Gue sama yayang gue di sini aja." Michael memeluk Laudia yang tepat duduk di sampingnya. Membuat Laudia menjadi salah tingkah dengan wajah memerah karena malu. "Uhh, gemesin banget sih." Michael mencubit pipi Laudia gemas.
"Kamu ih!" Laudia memukul bahu Michael sebelum menenggelamkan wajahnya di dada kekasihnya itu.
Diano mencibir, meletakan gitarnya lalu menuju Aila jadian menarik tangan cewek itu hingga ke depan kamera perekam yang menyorot ke arah mereka.
"Lagu yang kemarin."
"Yang mana?" Aila menyirngit, menarik kursi yang agak jauh dari dirinya lalu duduk di sana. "Oh, aku ingat."
"Oke, satu, dua, tiga." Setelah menghitung, Gensa yang berada di belakang kamera menyalakan perekam kamera.
Aila:
"People say we shouldn't be together, we're to young don't know about forever, but I say they don't know what they talking about."Diano:
"Cause this love is only getting stronger
So I don't wanna wait any longer
I just wanna tell the world
That's you're mine girlAila dan Diano :
"Oh, they don't know about the things we do
They don't know about the 'i love you's'
But I bet you if they only knew
They would just be jealous of us
They don't know about the up all night
They won't know I've waited all my life
Just to find a love that feels this right
Baby, they don't know about they don't know about us."Diano dan Aila tersenyum tipis setelah menyelesaikan lagu yang mereka nyanyikan.
"Keren!" Krisan mengacungkan jempol.
"Biasa aja." Deeka mencibir yang dihadiahi cibitan dari pacarnya--Krisan.
"Jadi nggak kalian nyanyi?" Gensa yang sudah stand by di belakang kamera bertanya pada pasangan itu.
Deeka mengangguk. "Gue main gitar, Krisan main piano." Gensa mengangguk, mengarahkan kameranya ke Krisan dan Deeka.
"Eh, kok mati?" Gensa memeriksa kamera yang telah ia setel, dan betul saja kamera itu mati. "Batrenya habis." Gensa menggaruk tengkuknya.
"Yah, padahal gue udah siap." Ucap Deeka kecewa.
"Nggak pa-pa." Krisan mengusap bahu Deeka. "Lagunya juga kita udah pernah nyanyi sama-sama jadi nggak pa-pa."
Deeka mengangguk. Walau masih tidak rela.
"Gue pesan pizza supaya lo nggak ngambek lagi." Gensa menepuk bahu Deeka. "Mau berapa banyak?"
"10." Deeka mengangkat kedua tangannya.
"Maunya." Cibir Diano.
Deeka mendelik. "Sirik aja lo."
Diano hanya mencibir.
Aila hanya terkekeh melihat keduanya. "Al, aku mau bicara. Tapi nggak di sini. Bisa?"
Diano mengangguk. "Kita di halaman belakang aja." Diano menarik tangan Aila menuju halaman belakang rumah Michael, keduanya duduk di kursi panjang yang ada di bawah pohon.
"Kamu jangan marah, ya." Aila meremas pelan tangan Diano.
"Marah kenapa? Aku malah marah kalau kamu nggak cerita." Diano mengacak pelan rambut Aila. "Ada apa?"
Aila menggigit bibir bawahnya. "Jadi gini, waktu sampai di rumah ternyata ada orang agensi dari majalah yang waktu itu Krisan krim foto aku. Mereka mau lihat aku langsung, bahkan aku kaget karena langsung bos dari agensi permodelan itu yang datang ke rumah, merekalah ajak aku kerja sama. Tapi mereka mau aku jadi model inti dan pusat dari agensi majalah itu ada di Kanada. Aku bilang aku pikir-pikir dulu. Apalagi sebentar lagi ulangan, aku bilang kasih waktu sampai ulangan selesai. Kalau aku setuju aku bisa langsung pergi, karena mereka juga nggak keberatan. Bahkan mereka yang akan urus surat kepindahan aku."
Diano menarik sedikit senyumnya, dengan pelan ia merapikan rambut Aila yang sempat ia acak-acak. "Boleh, kenapa enggak?"
Aila mendongak, menatap Diano dengan mata berbinar cerah. "Benar? Kamu nggak marah?"
"Kenapa harus marah? Ini jalan yang Tuhan kasih buat kamu. Kalau ini yang terbaik kenapa enggak? Asal kamu tetap jaga hati kamu, ingat ada yang minggu kamu di sini."
Aila mengangguk. "Makasih." Ia menubruk Diano dengan pelukan erat yang tentu di balas Diano tidak kalah erat, walau harus berpisah ia tidak masalah asal Aila-nya bahagia kenapa tidak.
. . .
Double update
KAMU SEDANG MEMBACA
Diano Dan Aila
Teen Fiction"Lo mau ngapain ikut gue masuk kamar mandi?!" Tanya Diano sambil melotot. Gadis itu menyengir, polos. "Emang kenapa?" "Lo cewek, dan gue cowok. Lo nggak takut gue apa-apain?!" Diano mendelik ke gadis itu. "Loh? Lo aja nggak bisa pegang gue, gimana c...