15. Kebenaran

47.5K 4.9K 74
                                    

Aila masih saja memberenggut sepanjang perjalanan ke rumah Michael. Diano melanggar perjanjian, dan Aila tidak suka itu.

"C'mon, kalo gue nggak ngomong gitu adek lo nggak bakalan mau. Gue juga udah kepo. Intinya gue berhasil buat adek lo main piano."

Aila masih pada ekspresinya. Tidak berubah.

"Kenapa lo mau banget sih tau tentang gue? Penting buat lo?"

"Banget." Aila kaget tentunya dengan jawaban Diano, apalagi cowok itu berkata dengan tenang. Seakan tidak ada beban saat dia mengatakannya.

"Kenapa lo mau tau? Apa pentingnya buat elo?"

"Entahlah, gue pengen aja tau tentang elo lebih jauh. Hati gue seakan nyuruh gue buat cari tau tentang elo. Bagaimanapun caranya." Aila berdecak.

"Basi!"

"Apa yang basi?"

"Gombalan lo! Lo kira gue terpengaruh dengan rayuan elo?"

"Lo kira gue lagi ngerayu?" Tanya Diano. "Gue jujur Ai,"

"Ai? Enak aja lo ganti nama orang sembarangan!" Sembur Aila cepat.

"Ai artinya apa?"

"Cinta."

"Kalo wo ai ni?"

"Aku cinta kamu."

"Aku juga cinta sama kamu." Aila mendelik tajam. Berdecak gadis itu mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

"Kenapa?"

"Al, jangan main-main sama perasaan. Gue takut."

"Lo kira gue bilang gitu karena gue suka sama elo? Ya kali? Lo itu hantu, menyebalkan lagi." Ketus Diano.

Aila tersenyum, kecut. Mengangguk beberapa kali. "Gue tau, nggak mungkin juga."

Diano diam-diam melirik Aila. Bukan, bukan dia sengaja. Tapi salahkan mulutnya yang congkak itu. Jika bisa--

"Gue masih hidup." Diano dengan cepat menoleh. "Itu yang mau lo tau selama ini, kan?" Aila menatap Diano sendu.

"M-maksud lo?" Diano menepikan mobilnya.

"Gue masih hidup. Cuma jiwa gue nggak pada raga gue." Aila tersenyum. "Gue koma. Selama itu, jiwa gue entah bagaimana bisa keluar dari badan gue."

"La, lo nggak bohong, kan? Lo nggak lagi ngelawak, kan?"

"Gue tau ini yang selalu pengen lo tau, gue masih hidup apa nggak. Lo ingat waktu kita ke rumahnya Michael?" Diano mengangguk samar. "Gue kesakitan sambil megang dada gue, dan sesak nafas. Ternyata di rumah sakit ada yang sengaja lepas masker oksigen gue. Yang berakibat gue yang kritis."

"La, lo enggak bohong, kan?" Tanya Diano berharap, Diano juga bingung pada dirinya sendiri dia merasa ini yang dia mau ini yang dia ingin dengar dari Aila. Kenyataan ini.

"Enggak, lo tanya aja sama Krisan." Aila tersenyum hangat, kali ini senyum itu sampai di matanya.

"La, lo bukan orang yang waktu itu kecelakaan di depan sekolah, kan?"

Aila tersenyum miris. "Itu gue." Diano terhenyak. Apa yang dia kira-kira selama ini benar, apalagi saat Aila tidak sengaja keceplosan tentang kecelakaan itu. Memang Diano pernah berfikir jika Aila itu hanya koma dan masih hidup, seperti film korea yang pernah Diano tonton--atau terpaksa--dengan Mamanya.

"T-tapi kok Krisan nggak kenapa-napa?"

"Krisan waktu itu sakit, dan gue juga nggak tau kejadiannya terlalu cepat."

Diano Dan AilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang