31. Kembali Ke Sekolah

41.8K 4.1K 86
                                    

Hampir satu bulan Aila harus duduk di kursi roda, kini dia sudah bisa kembali berdiri dan berjalan dengan normal. Terlebih lagi Diano yang selalu menemaninya saat melakukan chek-up atau membantunya belajar berjalan di saat kakinya masih kaku.

"Kak, udah siap?" Kepala Krisan menyembul dari balik pintu kamar Aila.

Aila yang sedang memakai sepatu mengangguk tanpa menoleh.

"Siap!" Aila mengambil tas yang telah lama tidak ia gunakan. Aila menyapukan tipis bedak bayi yang selalu ia gunakan, tidak perlu make-up hanya perlu bedak bayi, bahkan ia tidak memoleskan apa-apa lagi selain bedak pada wajahnya.

"Sarapan dulu." Natalie meletakan sepiring besar nasi goreng spesial kesukaan kedua anaknya.

Krisan segera menarik Aila duduk di sampingnya.

"Jaga Kakak kamu baik-baik di sekolah, Kris. Tau sendiri Kakak kamu ceroboh." Ucap Fiko mengingatkan anak bungsunya.

"Iya, Pa." Krisan mengangguk, tidak di ingatkan juga dia tetap ingat. Karena tidak akan dia biarkan ada yang menganggu Kakaknya itu.

"Pa, nggak perlu segitunya. Aku bisa jaga diri." Kesal Aila dengan wajah cemberut.

"Kamu masih sakit, sayang." Natalie meletakan sepiring nasi goreng di atas meja. "Makan,"

"Ya, nggak berlebihan juga kali, Ma. Aku bukan anak kecil."

"Jalan aja masih pincang kamu." Fiko geleng kepala, anaknya itu memang tidak pernah suka terlau di perhatikan.

"Tapi nggak gitu juga." Aila lagi-lagi membalas dengan kesal. Walau ucapkan Ayahnya benar, dia masih saja berjalan dengan pincang, sepertinya waktu satu bulan belum terlalu bisa membuat kakinya tidak lagi kaku.

"Kakak nanti juga paling di jaga sama Kak Diano." Celetuk Krisan yang mengundang tawa kedua orang tuanya sedangkan Aila mendelik tajam ke adiknya itu.

"Kapan Diano kamu ajak ke rumah? Krisan bilang kalian udah jadian." Aila meringis mendengar ucapan Ayahnya.

"Iya, Pa." Akan Aila balas Krisan di sekolah. "Tapi Aila nggak bisa janji bawa dia ke rumah. Sibuk."

"Alasan kamu," Natalie melirik Aila sebelum berbalik ke Krisan. "Deeka aja sering ke sini. Masa Diano nggak pernah,"

"Ya, Ma. Beda." Aila menggaruk kepalanya. "Diano lagi persiapan acara pernikahan Kakak sepupunya."

"Oh. Bilang dong, sayang. Mama kira dia nggak berani ke rumah." Natalie tersenyum. "Tapi jangan lupa bawa ke rumah."

"Iya, Ma." Aila mengangguk. Segera ia menyelesaikan sarapannya agar tidak lagi di tanya-tanya.

"Aku ke mobil duluan." Aila segera beranjak. Jujur saja kakinya masih teras nyeri jika di gunakan berjalan, apalagi jika naik tangga atau berjalan dengan jarak yang jauh.

Kata Dokter kakinya hanya terbentur dan tidak terjadi patah tulang atau retak, tapi tetap saja dia harus hati-hati, jika salah sedikit saja bisa berbahaya.

Dia baru saja keluar dari rumah sakit sekitar dua minggu yang lalu, itu juga dia harus sering cek-up setiap minggu. Dan Diano yang paling setia mengantar jemput atau sekedar menemani Aila.

"Kak nggak gila, 'kan? Senyum-senyum sendiri." Sepertinya Aila sudah berhayal terlalu lama hingga tidak sadar kalau Krisan dan Ayahnya sudah ada di dalam mobil, bahkan mobil sudah berjalan saat Aila sadar dari lamunannya.

"Eh, nggak kok." Aila mengalihkan pandangannya gugup.

"Pasti lagi mikir Kak Diano, ya 'kan?" Krisan tersenyum jahil. "Sebentar lagi ketemu kok, Kak. Tenang aja."

Diano Dan AilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang