Sore itu hujan sedang turun, sementara itu seorang siswa dengan seragam dan jas kuningnya tampak berdiri di depan kelasnya yang kebetulan berada di lantai satu. Ia sendirian di sana, menatap rintik-rintik hujan yang turun terus menerus.
Namanya Jeon Jungkook, si siswa berbakat yang selalu dielukan para guru dan teman-temannya. Mungkin hari ini sedang sial baginya, karena Jungkook harus pulang telat dan naasnya tidak membawa payung sementara hujan bisa turun kapan saja.
Ponselnya mati kehabisan baterai dan kini Jungkook merasa ia benar-benar sendirian di koridor sekolah. Tak nampak seorang pun di sini, terasa senyap hanya suara hujan yang turun seolah semakin deras.
"Belum pulang?"
Suara itu memberikan sensasi berbeda di rungunya, Jungkook menoleh dan tidak mendapat keberadaan orang yang bertanya demikian. Dan begitu ia menoleh ke belakang, barulah ia mendapati seseorang tengah tersenyum kotak padanya.
"Tae Hyungie!" sapa Jungkook yang terdengar seperti memekik, sementara yang dipanggil tersenyum semakin lebar hingga deretan gigi rapinya terlihat sementara kedua matanya menyipit.
Nyatanya Jungkook sangat suka senyum itu, ia pun berbalik. Menjadi berhadapan dengan sang hyung yang ia panggil, namanya Taehyung dan mereka bertemu saat di tangga menuju roof top sekolah yang sebenarnya sudah ditutup sejak 5 tahun yang lalu.
"Apa yang kau lakukan di sini, hyung?" Jungkook bertanya, ada raut wajah berbinar dari kedua matanya.
Sementara itu Taehyung mememilih memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Berjalan sedikit agar berdiri tepat di sebalah Jungkook, kedua matanya menatap hujan sementara itu senyumnya pudar sedikit.
"Tidak melihat jam, heh?" Suara itu memang terdengar berat dan agak serak.
Pertama kali Jungkook mendengar suara Taehyung adalah saat pemuda itu bernyanyi. Jungkook sangat suka suara Taehyung karena menurutnya sangat menenangkan dan lembut meski nyatanya suara pemuda itu sangatlah dalam.
Jungkook lantas melihat arloji hitamnya di pergelangan tangan kiri, sesaat ia tertegun menatap jarum jam pendek yang sudah berada di angka tujuh. Ia pun kembali menatap Taehyung yang kini sudah menatapnya.
"Kenapa?" Taehyung bertanya saat mendapati raut wajah yang berubah drastis dari pemuda manis di hadapannya.
Sementara itu Jungkook terdiam beberapa saat, ia kembali mengecek arlojinya kemudian berkata, "Sial! Aku sudah berjanji pada umma untuk pulang cepat hari ini hyung!" Jungkook terlihat panik, ia lupa janjinya dengan sang ibu yang dari jauh-jauh hari.
Taehyung kembali tersenyum, biasanya senyum itu selalu menangkan tapi kali ini tidak terlalu berdampak pada Jungkook. Pemuda itu masih panik dan cemas, menatap hujan yang sepertinya lama berhenti.
"Terobos saja," balas Taehyung santai.
Ia pun langsung mendapati tatapan dari sebelahnya, "Kau gila hyung! Aku tidak mau basah kuyup lalu sakit, umma bisa me—"
"Mudah, aku bisa menggantikanmu," potong Taehyung cepat, lagi, nadanya terdengar santai seolah tidak perlu mengkhawatirkan apapun.
Jungkook terdiam mendengarnya, ia pun berpikir sebentar hingga pada akhirnya mengangguk yakin.
"Kalau begitu, aku pulang dulu hyung! Semoga orang-orang tidak curiga padamu."
"Ya, tentu."
Akhirnya dengan niat yang penuh, Jungkook mencoba menerobos hujan. Tak lupa menoleh ke belakang, mendapati Taehyung yang tengah melambaikan tangan padanya. Jungkook tersenyum lebar, hingga gigi kelincinya terlihat dengan manis.
"Hati-hati. Sampai bertemu."
Itulah kata yang dapat Jungkook tangkap sebelum ia benar-benar menjauh dari pemuda itu.
.
.
.
.
.
OMAKE
"Jadi, bagaimana? Kau sudah menemuinya?"
Yang lebih muda terlihat menggeleng lemah, tangisnya sudah keluar sejak kemarin tanpa henti. Dan seharusnya ia sadar bahwa hal itu sangatlah tidak berguna. Sementara yang lebih tua hanya diam menatapnya, kini mereka berada di ujung tangga kelas dua yang sedang sepi.
"Hyung, bagaimana jika umma mencariku?" tanya Jungkook pada akhirnya kembali menangis meski ia tidak bisa mengeluarkan kristal bening itu.
Taehyung yang berada di sebelahnya nyatanya sudah menduga semua ini. Lantas ia pun menarik Jungkook ke dalam pelukannya, membiarkan adik kesayangannya menangis meski itu tidak berdampak apa-apa.
"Tenang saja, jika mereka sudah menemukan jasadmu. Ibumu pasti kuat, dia pasti kuat menerima kedua putranya yang sudah pergi."
Dan isak tangis Jungkook terdengar lirih di ujung tangga yang gelap.
FIN
A.N
Ada yang bisa nangkep ceritanya?
©leenamarui
KAMU SEDANG MEMBACA
kth ♡ jjk
Fanfictioncerita vkook atau taekook ya pokoknya tentang mereka. [37/100] ©leenamarui