Love Scenario

2.9K 376 56
                                    

....

Cahaya jingga milik mentari sudah memasuki tiap-tiap celah jendela kelas. Angin berhembus tak tentu arah, daun berguguran tanpa ada yang begitu peduli, sementara kelas itu dimiliki oleh segenggam keheningan tak berarti.

Ini sudah menjadi kebiasaannya, mengintip dari celah jendela paling pojok sebelah kanan. Melihat dari celah cukup besar baginya: melihat satu orang yang baru beranjak setelah sejam bel pulang berbunyi.

Dan ketika satu jam itu berlalu, dia akan buru-buru berbalik. Melangkah cepat masuk ke kelasnya sendiri, mengabaikan tatapan penasaran teman sekelasnya yang belum pulang. Entah ada urusan atau membuat-buat urusan.

Jeon Jungkook tahu, kalau dia ini terlalu bodoh. Mengatasnamakan cinta untuk melalukan hal bodoh serta sia-sia. Tapi, Jungkook sadar secara menyeluruh apa maksud dan tujuannya. Selama sebulan ini, mengintip dari celah jendela yang sama, lima belas menit sebelum yang diintip pergi sebagai orang yang terakhir.

Jungkook hanya terlampau suka, memperhatikan siluet punggung itu. Punggu tegap yang seringkali memakai jaket berwarna hitam atau sweater berwarna abu. Warna monokrom selalu terlihat pada orang itu.

Dan Jungkook tahu secara harfiah apa yang menjadi alasannya saat ini.

....

Kucing berkaki pendek itu berjalan seperti sedang tersesat. Kepalanya melihat ke segala arah, dari pancaran matanya jelas kucing ini pergi dari tempatnya lalu tersesat. Warnanya putih dengan corak abu di telinga dan perutnya. Berjalan tanpa takut bulunya kotor tapi dia takut pada orang asing.

"KUCING!"

Tanpa mempedulikan tatapan orang lain yang lewat. Jungkook seringkali lupa sedang di mana jika melihat seekor kucing. Apalagi kucing muchkin menggemaskan yang pastinya mahal. Kucing itu terdiam begitu Jungkook berteriak. Kaki-kakinya perlahan mundur tapi Jungkook buru-buru mengeluarkan sebuah plastik kecil dari kantong kecil kanan tasnya. Sebuah makanan kucing, dengan tidak segan memberi makan kucing kecil itu.

"Kau hilang, ya?" Jungkook dengan semangat mengusap lembut kepala kucing itu, sementara sang hewan sedang sibuk melahap makanannya.

Benar-benar menggemaskan. Tanpa sungkan, membawa kucing itu dalam gendongannya. Dalam sekejap mereka seperti sudah mengakrabkan diri. Mungkin, ini adalah bagian dari kemampuannya. Jungkook berjalan dengan pemandangan senja yang menarik, kucing di gendongannya sesekali bersuara dengan imut. Sampai mereka melewati akan sebuah rumah bertingkat dua dengan warna putih.

Ini rumah orang itu. Jungkook terdiam beberapa meter dari pagar rumah itu. Menatap jendela di lantai dua yang sudah ditutup. Tentu saja, senja semakin larut. Secara tiba-tiba kucing itu malah memaksa turun dari gendongannya, berjalan dengan anggun menuju rumah putih itu. Melewati sela-sela pagar yang cukup lebar, meninggalkan Jungkook atau malah mengundangnya?

"Hei! Kau kau ke mana, kucing?" Jungkook berujar sambil mendekati pagar berwarna hitam itu.

Sedangkan kucing tersebut berhenti, berbalik ke arahnya dan secara cepat terdengar pintu rumah putih itu dibuka. Seseorang keluar, memakai kaus oblong abu-abu dan celana putih selutut. Kedua matanya tampak lelah, Jungkook membatu sekali pun kucing sudah berjalan mendekat orang yang berada di pintu.

"Kau pergi lagi, hm?" Orang itu berkata dengan lembut bersama suara baritonnya, dalam sekejap kucing itu sudah berada di gendongan si pemilik rumah.

"O, ada yang mengantarmu?" Kalimatnya sepertinya bertanya, tapi tatapannya tertuju pada Jungkook.

"Terima kasih... oh, Jeon Jungkook?"

....

Seperti sebuah mimpi. Ini benar-benar mimpi, terjadi di dunia nyata. Jungkook sampai-sampai harus memukul pipinya sesering mungkin agar sadar. Tentu saja dia sudah sadar. Buktinya, dia tetap terkejut ketika ibunya marah-marah karena dia tidak belajar.

kth ♡ jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang