Reason

3.7K 484 33
                                    

Miss me?

»»»

Kedua tungkainya berjalan, menapaki lantai koridor yang sepi. Jam sekolah sudah berlalu sejak dua jam yang lalu, jelas, sekolah tengah sepi sekarang. Hanya ada suara dari gedung aula ataupun lapangan yang berada di tengah-tengah bangunan sekolah yang melingkari lapangan luas itu.

Suara langkahnya menggema tenang, memantulkan dalam keadaan hening. Kemudian arahnya berbelok, sebuah aroma pekat langsung tercium oleh indra penciumnya. Dan butuh semeter lagi hingga ia bisa menemukan asal muasal bau yang menyengat itu.

Hatinya tersenyum, sementara raut wajahnya datar sejak tadi. Namun tak bisa memungkiri paras manisnya masih dapat terlihat dan itu mampu membuat orang lain luluh karenanya dengan alasan sederhana.

Perlahan sudut bibir kirinya tertarik pelan, mencetak seringai di hadapan seseorang yang duduk menghadap kanannya, ia berada di sebelah kanan orang itu yang tengah mengepulkan asap pekat dari rongga mulutnya. Mengabaikan ekstensinya sedari tadi.

"Bodoh."

Kata itu yang langsung meluncur dari si pemuda yang baru datang. Jungkook menyenderkan punggungnya ke tembok ruang gudang tua di sekolahnya. Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku blazzer-nya, kedua matanya memandang lurus ke depan. Semilir angin di sore hari meniup rambutnya dengan lembut.

Suara ludah yang diludahkan terdengar sejenak, sementara itu asap pekat masih menguar, tercampur udara bersih yang seketika berubah menjadi udara kotor yang membawa sarang penyakit.

"Berhenti urusi hidup orang lain. Memangnya kau siapa hah?" jawab orang itu, mengisap puntung rokoknya dengan santai yang menyelip di celah jari tengah dan telunjuknya.

Jungkook terkekeh pelan. "Dan berhenti urusi komentar orang lain."

Hening selang beberapa saat, hingga puntung itu akhirnya tinggal seperempat sehingga orang itu harus membuangnya tak lupa dengan mematikannya terlebih dahulu dengan cara diinjak. Iapun berdiri, membiarkan darah mengalir cepat ke kepalanya hingga membuat pandangannya sedikit berkunang-kunang dalam waktu singkat. Ia berbalik, menghadap Jungkook yang masih di posisinya.

"Apa maumu huh?"

"Berhenti."

Decakan malas terdengar. Kim Taehyung sudah jengah mendengar jawaban itu. Dan seharusnya ia tak perlu bertanya dengan pertanyaan yang sama seperti sebelum-sebelumnya. Ia pun meraih kotak rokoknya dari dalam saku celana, melihat empat batang rokok lagi yang masih bagus dan belum terbakar sama sekali.

Tanpa sengaja, Jungkook ikut melihat isi kotak tersebut. Dengan sekejap ia meraihnya tapi Taehyung jauh lebih cepat. Memasukkan kembali ke dalam saku celananya dan berbalik lalu berjalan meninggalkan pemuda Jeon sendirian bersama tatapan sendu dan nanar.

Kapan kau berhenti?

»»»

Jeon Jungkook tidak pernah sebelumnya peduli sebegitu berlebihan pada orang lain. Dan Kim Seokjin sudah menyadari itu sedari dulu. Tepat saat adik kesayangannya itu masuk masa MPLS dan mati-matian mengikuti OSIS demi meraih posisi seksi kedisiplinan. Hanya karena sebuah alasan sederhana yang menurutnya begitu konyol.

"Hei, sudahlah. Itu hanya membuang-buang waktumu saja."

Tapi Jungkook yang Seokjin kenal adalah anak keras kepala dengan ambisinya untuk keinginan polosnya. Jungkook itu definisi polos yang sesungguhnya dan Seokjin amat menyayangkan takdir yang membiarkan anak sepolos Jungkook harus peduli pada seseorang yang notabenenya tidak mempedulikan anak itu.

"Tidak. Aku harus berusaha!"

"Untuk apa?"

Jungkook agak tersentak karena Seokjin sedikit membentaknya. Tapi ia tidak marah, kedua matanya langsung menoleh pada wajah Seokjin dengan kerjapan polos.

kth ♡ jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang