(Push) My Luck

2.1K 236 8
                                    

Ketika jam sudah memasuki jam pelajaran. Para murid di kelas ini sudah mulai sibuk dengan tugas yang baru diberikan. Sedikit ribut mengingat tidak ada guru yang mengajar atau mengawasi. Pintu kelas dibuka dengan cara digeser, beberapa pandang mata mengarah ke sana. Ketika tahu siapa, tak sedikit yang bergumam dan menyapanya.

Langkah kaki itu berjalan memasuki kelas ini. Berjalan tepat ke bangkunya yang selalu di situ tak pernah berpindah. Seorang teman yang duduk di depannya menyapa dengan senyum secerah mentari pagi.

"Hai, telat lagi?"

Mendudukan bokongnya dengan kesal. Wajahnya tampak muram, tasnya seolah dibuang ke lantai. Menendang bangkunya pelan sambil berdecak malas.

"Karena sial lagi?"

"Diamlah, Jim! Aku tambah kesal sekarang."

Kim Taehyung pelaku murid telat hari ini. Menuntut semesta karena entah kenapa selalu telat akhir-akhir ini. Tapi gilanya dia malah menyalahkan seseorang yang sebenarnya tidak salah apa-apa dalam segala kesialan dia akhir-akhir ini.

Dan Park Jimin sahabat kecilnya tertawa puas. Kim Taehyung yang seperti sekarang benar-benar membuatnya gemas sekaligus ingin menolongnya. Namun Jimin bukanlah dewa keberentungan yang bisa membuat sahabatnya terhindar dari segala kesialan yang anehnya sahabat kecilnya itu malah meneyalahkan orang lain.

"Nyaris tertabrak, menabrak tiang listrik, terpelest kotak susu, terhantam bola basket. Lalu sekarang apa?" tanya Jimin dengan penasaran.

"Telat karena menolong nenek-nenek menyeberang jalan." Taehyung menjawab dengan ekspresi terdatarnya.

"Hah? Kau serius?"

"Ya. Dia mau menolong nenek-nenek itu tapi dia sendiri takut menyeberang. ORANG ANEH!"

Seisi kelas nyaris mengarahnya. Taehyung menutup mulut dengan kikuk. Beberapa dari mereka malah ada yang mengatainya bahwa dia lebih aneh. Jimin tertawa puas, lagi-lagi Taehyung kembali menjadi orang yang ceroboh namun lucu.

"Lalu, mengapa kau menolongnya?"

"Dia memintaku!"

"Tunggu, kau berangkat bersamanya? Atau bagaimana?"

Taehyung menghela napas kasar. Dia berusaha menenangkan dirinya. Jangan sampai emosinya pecah sekarang. Bisa-bisa dirinya diusir dari kelas. Belum lagi sepertinya tugas yang diberikan guru cukup banyak mengingat keadaan kelas lebih hening dari biasanya ketika tidak ada guru.

"Aku... kebetulan berjalan di belakangnya."

"Lalu? Mengapa dia bisa minta tolong padamu? Kau bisa jalan terus dan meninggalkannya, bukan?"

Jimin tersenyum jahil ketika Kim Taehyung tidak menjawabnya. Tepatnya, tidak bisa menjawab. Padahal, itu bukanlah sebuah pertanyaan sulit seperti ulangan harian sejarah mereka kemarin. Tak mau menjadi semakin terpojok, Taehyung memilih berjalan keluar kelas dengan suara Jimin yang meminta dibelikan kopi kaleng di kantin.

"Jimin memang teman tidak tahu diri!" umpat Taehyung kesal, menatap pantulan dirinya di cermin toilet sekolah.

Menatap dirinya sendiri. Taehyung sudah sadar bahwa dia ini tampan. Namun, pikirannya seketika kembali ke hari-hari kemarin. Banyak kejadian yang menurutnya terlalu datang secara tiba-tiba. Seperti sebuah kesialan dari masa lalu yang baru membalaskan dendamnya sekarang. Menghela napas agak kasar, Taehyung sebenarnya mulai mengantuk. Semalam suntuk terjaga karena keasyikan bermain game. Salahkan adiknya yang memberinya game baru dan ternyata benar-benar asyik. Dan Taehyung lupa jika adiknya dimarahi karena bermain game tersebut.

kth ♡ jjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang